Anda di halaman 1dari 31

Transfusi Darah Rasional Pada Anak

Oetari Hayatun Nufus


1907101030119

Pembimbing
dr. Heru Noviat Herdata, Sp.A
Outline
BAB I
Pendahuluan

BAB II
Tinjauan Pustaka

BAB III
Kesimpulan
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Tindakan transfusi darah pada anak dibeberapa
kondisi tertentu merupakan prosedur yang
bersifat live saving. Penggunaan transfusi
sebaiknya dihindarkan bila ada terapi alternatif
lain, seperti obat-obatan hematinik, eritropoietin,
colony stimulating factors, asam traneksamat,
agar dapat menghindari risiko yang mungkin
akan timbul akibat dari prosedur transfusi darah.

World Health Organization menyebutkan bahwa “any


transfusion which is not indicated is contra indicated”
mengartikan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan bila
tidak ada indikasi yang kuat. Jadi setiap dokter harus harus
menjalankan prosedur transfusi darah secara racional dan harus
berdasarkan evidence based medicine (EBM)
Pendahuluan
Perhatian khusus terhadap bayi dan anak dalam pemberian transfusi darah
Bayi dan anak merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit infeksi
Aorta
yang ditularkan melalui transfusi darah dan reaksi transfusi lainnya sehubungan
dengan keadaan organ maupun sistem imunitasnya yang masih belum matang,
Pulmonary khususnya pada neonatus.
Artery
Left  Neonatus (BBLR) merupakan kelompok penerima transfusi yang paling sering.
Atrium Coronary  Reaksi transfusi akan berdampak pada periode kehidupan selanjutnya
Artery
Mitral  Jika anak yang ditransfusi dapat tertolong, maka meningkatkan harapan hidup
Pulmonary Valve
Valve
Aortic
Right Atrium Valve

Left
Tricuspid
Ventricle
Valve

Right
Ventricle
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah dari seorang donor kepada resipien.

Darah adalah materi biologis yang bersifat multigenik sehingga secara


potensial dapat menimbulkan berbagai reaksi imunologik pada resipien.
Epidemiologi
WHO memiliki data di negara berpenghasilan rendah,
terdapat hampir 54% transfusi darah diberikan kepada anak
di bawah usia 5 tahun Sebanyak 128 negara memiliki pedoman nasional
tentang penggunaan darah secara klinis yang tepat,
terdapat sembilan negara di Asia Tenggara (81%).
36% 44% 31% Sekitar 49% negara pelapor memiliki sistem
haemovigilance. Asia Tenggara memiliki persentase
dengan sistem haemovigilance sebesar (40%)
RBC FFP PLT
RB
C
Prevalensi anak yang mendapat transfusi yang berusia
kurang dari 16 tahun
Penilaian Crossmatch
Crossmatch : mereaksikan darah donor dengan darah pasien
secara silang.
Mayor crossmatch: sel darah merah donor direaksikan dengan
serum resipien
Minor crossmatch: sel darah merah resipien direaksikan dengan
serum donor

metode gel
Faktor Risiko
Tindakan pemberian darah atau produk darah untuk pasien, harus selalu
memperhatikan dan menimbang risiko transfusi dengan risiko tidak ditransfusikan

1. pasokan darah dan produk darah 2. penggunaan klinis darah


yang aman, dapat diakses dengan dan produk darah yang tepat
biaya yang masuk akal dan memadai
untuk memenuhi kebutuhan nasional

Transfusion Associated Circulatory Overload TACO


riwayat gagal jantung kongestif  (CHF), kardiomegali pada radiografi
Beberapa kondisi
peningkatan tekanan darah (tekanan dada dasar, meningkatkan
kardiovaskular dan
darah sistolik > 140 mmHg atau diastolik keseimbangan
ginjal
> 90 mmHg), cairan, penggunaan diuretik
pra-transfusi, dan cedera
ginjal akut
Jenis Transfusi
Darah

Darah Lengkap/ Sel Darah Merah Sel Darah Merah Trombosit


(Whole blood) -Suspensi sel darah merah -Suspensi sel darah merah -Konsentrat
-Darah lengkap segar (packed red cell/PRC) beku cuci (frozen, thawed trombosit
(fresh whole -Suspensi sel darah merah and washed red cell) -Konsentrat
blood/FWB) rendah leukosit -Suspensi sel darah merah trombosit aferesis
-Darah lengkap simpan (leucodepleted PRC) yang diradiasi (irradiated -Konsentrar
-Darah lengkap rendah -Suspensi sel darah merah blood) trombosit aferesis
elukosit (leucocyte cuci (washed red cell) rendah leukosit
depleted)
Jenis Transfusi
Darah

Plasma -Kriopresipitat
Granulosit
-Plasma segar beku (fresh -Konsentrat faktor VIII
-Granulosit aferesis (faktor anti hemofilia A)
frozen plasma/FFP)
-Plasma cair -Konsentrat faktor IX
-Albumin
-Imunoglobulin
1. Indikasi Transfusi Darah Lengkap (Whole
Blood/WB)

1
Perdarahan akut atau masif yang disertai
dengan hipovolemia

2
Transfusi tukar (pada hiperbilirubinemia
indirek karena penyakit hemolitik neonatus)

3
Alternatif pada keadaan yang membutuhkan sel darah
merah. Namun komponen PRC tidak tersedia
2. Indikasi Transfusi Suspensi Sel Darah Merah
(Packed Red Cells/PRC)

1
Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan
pada kadar Hb <7gr/dL, terutama pada anemia akut.
Contoh: anemia aplastik

2
Kadar Hb 7-10 g/dL terjadi hipoksia atau hipoksemia
yang bermakna secara klinis dan laboratorium

3
Jika Hb >10gr/dL diberikan jika hanya memiliki penyakit yang
membutuhkan kapasitas transpor O2 yang lebih tinggi seperti PPOK.
Neonatus dengan gejala hipoksia Hb<11g/dL (anemia bayi prematur).
Keadaan dengan penyakit jantung atau paru pada keadaan yang
membutuhkan suplementasi O2 adalah 13
3. Indikasi Transfusi Suspensi Sel Darah Merah
Cuci (Washed Packed Red Cells/WRC)

1
anemia hemolitik autoimun

2
pasien dengan riwayat reaksi alergi atau
demam pada transfusi sebelumnya

Mengapa?
Agar mengurangi insiden reaksi transfusi terhadap
protein plasma
4. Indikasi Transfusi Konsentrasi Trombosit
(Thrombocyte Concentrat/TC)

1
Perdarahan pada pasien trombositopenia.
Dengan jumlah trombosit <50.000/

2
Profilaksis bila kadar trombosit <50.000/ pada
pasien yang akan menjalani operasi atau
prosedur invasif lainnya dan sesudah terjadinya
perdarahan masif
3
Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang
mengalami perdarahan
Contoh: anemia aplastik
5. Indikasi Transfusi Plasma segar beku (Fresh
frozen plasma/FFP)

1
Mengatasi defisiensi faktor koagulasi IX (hemofilia B) dan
faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat sejak lahir atau
sesudah lahir bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik
atau kombinasi

2
Dapat diberikan pada pasien dengan terjadinya perdarahan
aktif dan biasanya diberikan sebelum operasi

3
FFP digunakan untuk pengobatan kekurangan faktor pembekuan
yang ganda misalnya pada pasien dengan penyakit hati, vit K
defisiensi (malabsorsi, penyakit empedu, starvation), atau DIC
Hemofilia B, Hipoproteinemia pada luka bakar
6. Indikasi Transfusi Kriopresipitat
(Cryoprecipitate/Cryo)

1
Profilaksis pada pasien dengan defisiensi
fibrinogen yang akan menjalani prosedur
operasi dan prosedur invasif lainnya,

2
Mengontrol perdarahan pada pasien Hemofilia
A, von Willebrand yang tidak ada respons
dengan desmopressin asetat.
1. Kontraindikasi Transfusi Darah
Lengkap (Whole blood/WB)
Whole blood tidak diindikasikan semata-mata untuk
menggantikan volume darah maupun diperuntukkan
bagi pasien dengan anemia normovolume karena
mengandung risiko yang tinggi. Penggunaan Whole
blood untuk transfusi pada saat ini sangat terbatas
2. Kontraindikasi Transfusi Konsentrasi
Trombosit (Thrombocyte Concentrat/TC)
Konsentrasi trombosit tidak diberikan pada
penderita immune thrombocytopenic purpura (ITP)
dan Perdarahan intravaskular menyeluruh (PIM)
Dosis & Pemberian
PRC
Setiap unit PRC akan menaikkan konsentrasi Hb kira-kira
01 1g/dL atau kenaikan hematokrit sekitar 3%. Hampir
semua anak-anak mentoleransi dosis 5-10 mL/kg. Dosis
neonatus adalah 10-15 mL/kg. Digunakan dosis 5 ml/kg
apabila hematokrit < 20%, dan dosis 2,5 mL/kg bila
hematokrit <10%. Transfusi PRC 3 ml/kg akan menaikkan
HB 1 g/dL atau 10 mL/kg akan menaikkan hematokrit
10%. Lama pemberian PRC minimum 2 jam dan
maksimum 4 jam.
Contoh perhitungan dosis

Volume transfusi = Total volume darah x (Ht yang diharapkan – Ht sebelum transfusi)
Ht donor unit
 

TC
02 Dosis pemberian TC pada anak dan neonatus dengan berat
badan dibawah 15 kg adalah 10-20 mL/kgBB/ hari. Anak-anak
dengan berat badan di atas 15 kg dapat menerima sekitar 300
mLPemberian satu unit TC per 10 kg BB akan menaikkan
jumlah trombosit sebanyak 5.000-10.000 /μL. Lama transfusi
untuk satu unit TC adalah 5-15 menit, maksimum pemberian
dilakukan tidak boleh lebih dari 4 jam
Dosis & Pemberian
FFP
03 Dosis pemberian transfusi FFP pada anak dan
neonatus 10-20 mL/kgBB/hari. Dosis permulaan
diberikan 15 mL/kg BB atau 1 kantong FFP/15 kg
BB ditransfusikan. Fresh frozen plasma yang
tidak segera digunakan dapat disimpan pada
suhu 1-6 °C dan digunakan tidak boleh lebih 24
jam.

Kriopresipitat (Cryo)
04 Dosis 1-2 mL / kgBB atau satu kantong Cryo/6 kgBB.
Penghitungan jumlah kantong dapat menggunakan rumus 0,2
x berat badan dalam kg untuk meningkatkan konsentrasi
fibrinogen 100 mg/ dL. Dalam praktiknya, dapat diberikan 10-
20 unit/ kgBB/12 jam, karena waktu paruh kriopresipitat 12 jam.
Satu kantong kriopresipitat berisi sekitar 30-40 mL, dan
mengandung faktor VIII 70-75 unit Dosis tambahan dapat
diberikan dengan interval 8-12 jam kemudian
Reaksi Transfusi
Reaksi transfusi dapat terjadi secara
akut yaitu terjadi dalam 24 jam setelah transfusi, atau
terjadi secara
lambat (delayed) yaitu terjadi setelah 24 jam
pascatransfusi

Reaksi cepat Reaksi lambat


1. Reaksi transfusi hemolitik imun 1. Reaksi hemolitik lambat
2. Reaksi transfusi panas nonhemolitik • Aloimunisasi
3. Reaksi alergi • Graft Versus Host Disease (GVHD)
4. Reaksi anafilaksis 2. Reaksi transfusi nonimun
Kategori Reaksi Transfusi, ada 3:
1. Ringan 2. Sedang 3. Berat

Demam dengan suhu >38,0°C Demam dengan suhu tubuh >39,0°C atau Terjadi hipotensi atau gangguan
atau kenaikan suhu 1-2°C dari kenaikan suhu >2°C dari suhu tubuh pra- sirkulasi, sesak napas, mengi,
suhu tubuh pra-transfusi, pruritus, transfusi, disertai menggigil, rasa kaku, stridor berat, serta anafilaksis
ruam ringan, transient urticaria, mual/muntah, mialgia, angioedema,
atau flushing mengi, urtikaria, serta ruam kulit, tanpa
gangguan pada sirkulasi dan pernapasan
Komplikasi

Dari negara pelapor, 12 tidak dapat


WHO merekomendasikan Prevalensi infeksi yang
menyaring semua darah yang disum-
bahwa semua donor darah dapat ditularkan melalui
bangkan untuk satu atau lebih dari in-
harus diskrining untuk transfusi dalam donor darah
feksi di atas. 99,8% dari donasi di ne-
infeksi sebelum digunakan. di negara-negara
gara-negara
Skrining untuk HIV, berpenghasilan tinggi jauh
hepatitis B, hepatitis C, dan berpenghasilan tinggi dan 99,9% di lebih rendah daripada di
sifilis harus diwajibkan negara-negara berpenghasilan menengah negara-negara
ke atas disaring mengikuti prosedur berpenghasilan rendah dan
kualitas dasar menengah
Prevalensi infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi
dalam donor darah berdasarkan pendapatan
  HIV HBV HCV Sifilis

Negara 0,001% 0,01% 0,06% 0,01%


berpenghasilan
tinggi (0% - (0,003% - (0,002% - (0,002% –
0,01%) 0,13%) 0,05%) 0,11%)

Negara 0,10% 0,29% 0,18% 0,34%


berpenghasilan
menengah ke atas (0,03% - (0,15% - (0,06% - (0,11% –
0,23%) 0,62%) 0,35%) 1,08%)

Negara 0.19% 1.96% 0.38% 0.69%


berpenghasilan
menengah ke (0,03% - (0,76% - (0,03% – (0,16% -
bawah 0,77%) 5,54%) 0,80%) 1,25%)

Negara 0,70% 2,81% 1,00% 0,92%


berpenghasilan
rendah (0,33% - (2,00% - (0,50% - (0,60% -
1,66%) 4,50%) 2,23%) 1,81%)
Data Komplikasi

Komplikasi berdurasi lambat dapat terjadi Komplikasi Risiko


beberapa hari, bulan, atau bahkan tahun Infeksi Hepatitis B virus 1 dari 350,000
terkait transfusi lebih jarang terjadi karena
kemajuan dalam proses skrining darah; risiko Hepatitis C virus 1 dari 1.8 juta
tertular infeksi akibat transfusi telah menurun Human T-lymphotropic virus 1 dari 2 juta
10.000 kali lipat sejak 1980-an 1 or 2

Human immunodeficiency 1 dari 2.3 juta


virus
Creutzfeldt-Jakob disease Jarang
Human herpesvirus 8 Jarang
Malaria and babesiosis Jarang
Pandemic influenza Jarang
West Nile virus Jarang
A N
U L
M P
S I
K E
Kesimpulan

Tindakan transfusi darah pada anak dapat bersifat life saving. Namun, transfusi
darah hanya bisa diberikan jika obat-obatan dan penanganan lainnya tidak
efektif lagi dalam mengatasi kegawatdaruratan tersebut. WHO memberi
pedoman bahwa any transfusion which is not indicated is contra indicated, hal ini
menunjukkan bahwa transfusi darah tidak boleh diberikan tanpa indikasi yang
kuat. Jadi setiap dokter harus menjalankan prosedur transfusi darah secara
rasional dan harus berdasarkan evidence based medicine (EBM). Mengingat
faktor risiko, reaksi transfusi dan komplikasi yang bisa didapatkan setelah
melakukan transfusi darah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai