Klinik part 1
• Nama : Dr. Yael Esthi Nurfitri Kuncoro, SpKK, FINSDV FISQua
• Jabatan:
• Surveior UKP Akreditasi FKTP
• Surveior Akreditasi Rumah Sakit
• Kepala Bidang Penunjang Medis RS Ken Saras
• Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Ken Saras
• Ketua Sub Komite Mutu Profesi Komite Medik RS Ken Saras
• Pendidikan:
• FK : FK. Universitas Diponegoro Semarang : (2001 – 2007)
• Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Univ. Diponegoro Semarang : (2008 – 2012)
• No Telp : 081229099921
• Email : LA_BELLEE@yahoo.com
TKK 3
FASILITAS & KESELAMATAN
Monev Edukasi
Tujuan :
MANAJEMEN
FASILITAS &
KESELAMATAN
1. Improving
person experience
Physically &
Psychologically
Free from Stress: patient’s feeling of safety, peacefulness
and serenity when entering the health facility.
Sight:
Tampilan fisik
dari fasilitas
Sound:
Tidak bising/
Hiruk pikuk/
Musik
Scent:
bau yang harum.
2. IMPROVE EFFICIENCY
3. PREVENTING RISK OF INFECTION
4. COST SAVING & EFFICIENCY
Konsep yang mendasari
1. Prevention is better
than cure
2. Patient safety
as well as
worker safety
Untuk mencapai tujuan tsb
• Penerapan manajemen risiko dalam pengelolaan fasilitas
dan keselamatan
• Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi yang
dijalankan untuk mengelola Risiko dan potensinya (PMK 24/2019)
• Risiko : Potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari
proses/kegiatan saat ini atau kejadian pada masa yang akan datang
(ERM, Risk Management Handbook for Health Care Organization)
3. Manajemen risiko
Initiate
Quality Risk Management Process
Risk Assessment
Risk Identification
• What might go wrong or
Risk Analysis
has gone wrong?
Risk Evaluation
unacceptable
• What is likelihood or
Risk Control
Risk Reduction
Risk Acceptance
• What are the
consequences (severity)?
Output / Result of the
Risk Review
Segregasi
Kontrak transfer
(Non asuransi)
ASHRM
REGISTER RISIKO
NO UNIT RISIKO PROBABILITAS DAMPAK DERAJAT PENYEBAB AKIBAT UPAYA YG PENCEGAHA PENANGGUNG PELAPOR
KERJA/PELAYA RISIKO SUDAH N SUPAYA JAWAB AN
NAN DILAKUKAN TIDAK
TERJADI
LAGI
LINGKUP MANAJEMEN FASILITAS & KESELAMATAN
1
• Keselamatan dan keamanan
2
• Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya
3
• Manajemen emergency (kedaruratan)
4 • Pengamanan kebakaran
5
• Peralatan kesehatan
• Caranya :
• Dinding bangunan yang kuat
• Pagar, pintu
• Petugas security (satpam)
• Pencegahan terjadinya pencurian
• ID card dan badge karyawan dan pengunjung
• Pemasangan kunci (misalnya pada ruang kasir,
ruang farmasi, ruang rekam medis, ruang bayi)
• Monitoring dengan CCTV
• Terhindar dari tindak kekerasan fisik maupun
pelecehan seksual
• Terhindar dari aksi terror
• Terhindar dari aksi penculikan
Keselamatan memberi jaminan bahwa
gedung, properti, teknologi medis dan
informasi, peralatan dan sistem tidak
berpotensi mendatangkan risiko terhadap
pasien, keluarga, staf, pengunjung.
• Terhindar dari kondisi fasilitas (bangunan,
system utilitas, peralatan) yang tidak
aman
• Sistem alarm: fire alarm, fire detector, smoke
detector, heat detector
• Sistem ventilasi dan air conditioning
• Uninterupted Electric power Supply
• Emergency shut off (pemadaman tombol
otomatis)
• Terhindar dari bahaya jika terjadi bencana
atau kebakaran
• Pemakaian alat pelindung diri (pada
renovasi)
• Evakuasi dan escape jika terjadi bencana
atau kekerasan
Perlu adanya regulasi yang mengatur
Contoh:
• Kebijakan keamanan dan keselamatan
• Penetapan kode-kode emergensi
• Penetapan petugas yang bertanggung
jawab
• SOP penggunaan tanda pengenal pada
tamu
• SOP safety briefing
• ….dst
Upaya yang perlu dilakukan (antar lain….)
1. Melakukan asesmen risiko secara komprehensif dan pro aktif utk
mengidentifikasi:
bangunan, ruangan/area, peralatan, perabotan & fasilitas Iainnya yang berpotensi.
menimbulkan cedera. Sebagai contoh risiko keselamatan yang dapat menimbulkan cedera
atau bahaya termasuk diantarnya perabotan yang tajam dan rusak, kaca jendela yang
pecah, kebocoran air di atap, lokasi dimana tidak ada jalan keluar saat terjadi kebakaran.
Area yang berisiko keamanan terjadinya bahaya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan,
gangguan, tindak kekerasan, akses atau penggunaan oleh orang yang tidak berwenang.
Upaya yang perlu dilakukan (antar lain….)
2. melakukan monitoring dengan memasang kamera sistem closed circuit television (CCTV) yang
dapat dipantau pada daerah terbatas (apabila sumber daya tersedia) seperti:
• ruang bayi dan daerah yang berisiko Iainnya dimana pasien dan keluarga pasien rentan yang tidak
dapat melindungi diri sendiri atau memberi tanda minta bantuan bila terjadi bahaya.
• Monitoring melalui pemasangan kamera CCTV juga diperlukan untuk daerah terpencil atau
terisolasi, area parkir dan area Iainnya yang sering terjadi kehilangan atau gangguan keamanan.
• Pemasangan kamera CCTV tidak diperbolehkan di ruang pasien dan tetap harus memperhatikan
hak privasi pasien.
Upaya yang perlu dilakukan (antar lain….)
3. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan fasilitas pendukung yang aman
4. Perlunya dilakukan safety briefing, adanya jalur evakuasi jika terjadi bencana, dan titik kumpul
5. Sistem pelaporan dan tindak lanjut jika terjadi kekerasan, pencurian/kehilangan, penculikan
6. Sistem pemutusan otomatis tuas kontrol (misalnya pemutusan listrik secara sentral ketika terjadi
kebakaran, sprinkle otomatis ketika terjadi kebakaran), pelabelan tuas kontrol
7. Peringatan untuk tidak membawa barang berharga
8. Prosedur penitipan barang oleh pasien, pasien yang tidak sadar, dsb
9. Sistem komunikasi untuk menjaga keamanan dan keselamatan (penggunaan HT, pengguaan kode-kode emergensi,
pager, alarm)
Ancaman Bom
Tumpahan B3
WHY…?
Unsafe
condition Unsafe act
Peraturan pengelolaan B3 & Limbah
Tentang
Penanganan
Penggunaan
Insiden
Distribusi Pengemasan
penyimpana
n
Pengelolaan B3
a. Pemilihan dan perencanaan kebutuhn B3
b. Indentifikasi dan inventarisasi bahan dan limbah B3
c. Memastikan adanya penyimpanan, pewadahan, dan perawatan bahan sesuai dengan karakteristik,
sifat, dan jumlah.
d. Tersediannya lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat bahan dan limbah B3.
e. Memastikan ketersediaan dan penggunaan alat pelindung diri sesuai karekteristik dan sifat bahan dan
limbah B3.
f. Tersedianya standar prosedur operasional yang menjamin keamanan kerja pada proses kegiatan
pengelolaan bahan dan limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan,
penguburan dan/atau penimbunan bahan dan limbah B3).
g. Tersedianya sistem kedaruratan tumpahan/bocor bahan dan limbah B3.
h. Tersedianya sarana keselamatan bahan dan limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol B3, dan lain
lain.
i. Pelatihan yang dibutuhkan staf yang menangani B3
j. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan keamanan kerja untuk pengelola
dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan pengelolaan bahan dan limbah B3 yang dilakukan.
Yang perlu diperhatikan oleh FKTP
• Simbol dan pelabelan B3
• Penyimpanan B3
• Ketersediaan MSDS untuk tiap B3
• Wadah untuk pembuangan limbah B3
• Pengangkutan dari ruangan ke TPS B3
• Penyimpanan sementara limbah B3 (TPS
B3)
• Pembuangan limbah B3
• Yang dilakukan jika terjadi tumpahan (lihat
video clip)
• Yang dilakukan jika terjadi pajanan (lihat
pada PPI)
SIMBOL/LABEL
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Peraturan perundangan
• Permen LH no 3/2008 : Simbol dan Label B 3
• Permen LH no 14/2013 : Simbol dan Label Limbah B3
Label & Simbol
• Pemberian simbol dan label pada
setiap kemasan B3 dimaksudkan
untuk mengetahui klasifikasi B3
sehingga pengelolaannya dapat
dilakukan dengan baik guna
mengurangi risiko yang dapat
ditimbulkan dari B3
• Label
• Tulisan yang menunjukkan
antara lain karakteristik dan
jenis bahan kimia berbaya &
beracun.
• Simbol
• Gambar yang menyatakan
karakteristik bahan kimia
berbaya & beracun.
Klasifikasi Bahan Kimia
• Peraturan Pemerintah RI 74/2001
• US – DOT (DEPARTEMENT OF
TRASPORTATION)
• NFPA 704 M (NATIONAL FIRE
PROTECTION ASSOCIATION)
• HMIS/HMIG (HAZARDOUS
MATERIAL IDENTIFICATION
SYSTEM/GUIDE)
Klasifikasi
NFPA 704 M HMIS/HMIG
National Fire Protection Association (NFPA) Hazardous Material Identification System (HMIS)
704: hazard material and emergency response
Hazardous Material Identification Guide (HMIG)
Hazard Labels
• NFPA 704 M HMIS/HMIG
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
Flammability
(merah)
Reactivity
4 (kuning)
2 3
Health Hazard
Oxy
(biru) Other Hazards
(putih)
Penandaan Wadah
(Container Labelling)
Definisi B3 (Pasal 1) :
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3
adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya;
Kata Peringatan
Pernyataan bahaya:
Keterangan tambahan -Klasifikasi B3
- Fisik, kesehatan dan lingkungan
Identitas pemasok
Pemasangan Label B3
Simbol
Label
Material Safety Data Sheets
B3 disertai MSDS (Material Safety Data Sheet)
PP.R I No: 74 TAHUN 2001, Ttg PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Secondary containment
FIFO
Monitoring
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)
Sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan be-racun, yang karena sifat dan atau
konsentrasinya, baik secara lang-sung maupun tak
langsung me-rusak lingkungan hidup, kesehatan
maupun manusia
(PP RI No. 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)
LIMBAH B3
DEFINISI LIMBAH B3
Sisa suatu usaha dan/atau kegiatan
yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun atau B3
adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi, dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan
hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain (UU 32/2009)
Peraturan Per-UU-an PENGELOLAAN LIMBAH B3
UU No 23 Peraturan Pemerintah Kep Ka Bapedal
Th 1997 Kep Men LH
Permenkes
Pasal PP 19/1994 KEPDAL NOMOR 01 TAHUN
01 PP 12/1995 1995
17 PP 18/1999 Permen LH No: 30/2009
Permen LHK 56/2015
20 + 21 PP 85/1999 PERMENKES No 52/2018
35 + 36 PP 74/2001 tentang K3 di Fasyankes
43 PP 38 / 2007 Permenkes no 18 tahun
49 PP 101/2014 2020
UU 32/2009 Permen LHKno 6 tahun
2021
UMUM KHUSUS
-Ijin Pengelolaan -Pengumpulan
-Ijin Penyimpanan dan Pelumas Bekas
Pengumpulan -Program Kendali B3
-Pengolahan -Pengawasan oleh
-Penimbunan Daerah
-Simbol dan Label
-Dokumen Limbah B3
Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan
• Limbah yang dihasilkan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan
dalam bentuk padat, cair, pasta
(gel) maupun gas yang dapat
mengandung mikroorganisme
pathogen bersifat infeksius,
bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif.
• Maka dapat dikategorikan
sebagai limbah B3
Limbah yang dihasilkan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan
• Limbah umum:
• sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang non-infectious,
limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan.
• Limbah patologis:
• terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai binatang,
darah dan cairan tubuh.
• Limbah radioaktif
• Limbah kimiawi:
• berupa benda padat, cairan atau gas misalnya berasal dari tindakan diagnostik
pembersihan / pemeliharaan atau prosedur desinfeksi.
• Limbah infeksius:
• mengandung mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan
kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan dapat menimbulkan
penyakit.
• Limbah Benda-benda tajam:
• berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan
sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi,
yang mungkin terkontaminasi oleh darah, produk darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi atau bahan sitotoksik.
• Limbah farmasi:
• berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan kimiawi yang
dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, kadaluwarsa
atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan lagi.
• Kontainer-kontainer :
• Kontainer bekas tempat kimiawi, obat, juga container berupa tabung yang
mengandung gas dan aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau
bila mengalami kerusakan dapat mencederai.
Prinsip Pengelolaan limbah B3
• Jangan memproduksi
limbah B3
• Minimisasi Limbah B3
• Reduction, Recovery, Reuse
dan Recycling
• Pembuangan secara aman
(tidak membahayakan
kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup)
Komponen Dalam Sistem Pengelolaan Limbah B3
Perolehan Kembali
Penghasil Limbah
Penggunaan Kembali
Penyimpanan
“On Site”
Penyimpanan
Sementara
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengangkutan
Pengolahan
Pembuangan
Akhir
Simbol dan label limbah B3
• Permen LH no 14/2013 : Simbol dan Label Limbah B3
Prinsip penanganan
• Diletakkan dalam wadah/kantong sesuai kategori
limbah
• Volume paling tinggi dalam wadah/kantong
¾ agar dapat ditutup secara aman
• Penanganan harus hati-hati untuk menghindari
tertusuk benda tajam, limbah benda tajam
dimasukkan dalam safety box
• Pemadatan/penekanan dalam wadah/kantong
mutlak tidak boleh
• Penanganan secara manual harus dihindari
• Gunakan wadah/kantong ganda jika robek, bocor
atau tidak tertutup sempurna
Pengumpulan limbah B3