Anda di halaman 1dari 9

PERLAWANAN DI MEDAN AREA

DAN PUPUTAN MARGARANA

BRIAN WIDYADHANA
XI MIPA 5 / 06
PERLAWANAN DI MEDAN AREA

LATAR BELAKANG

KRONOLOGI

AKHIR
PERLAWANAN
Bekas tawanan yang menjadi
arogan dan sewenang-
wenang

Ulah seorang penghuni yang merampas


dan menginjak lencana merah putih

LATAR
BELAKAN
G Ultimatum agar pemuda Medan
menyerahkan senjata kepada
Sekutu.

Pemberian batas daerah Medan secara sepihak


oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas
yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area
(Batas Resmi Medan Area)” di sudut-
sudutpinggiran Kota Medan.
Tanggal 13 october 1945, Insiden Hotel Bali Medan. Dikarenakan
salah satu penghuni hotel menginjak injak lencana merah putih. 96
orang tewas.

Tanggal 18 October 1945, sekutu mengultimatum


para warga dan pemuda di kota Medan agar
menyerahkan senjatanya kepada pihak sekutu.

1 Desember 1945, sekutu memasang papan


KRONOLOGI bertuliskan “Fixed Boundaris Medan” yang
fungsinya sebagai garis polisi di berbagai
pinggiran kota Medan. Karena batas inilah
dikenal sebagai Medan Area

10 Desember 1945, pasukan Inggris


April 1946, sekutu mendesak bersama NICA berusaha menghancurkan
pemerintah Republik Indonesia pusat TKR di Trepes namun gagal
agar keluar dari kota Medan
AKHIR PERLAWANAN

Pada bulan Agustus 1946, diadakan pertemuan di Tebingtinggi yang


menghasilkan bahwa dibentuk Komandan Resimen Laskar Rakyat
Medan Area. Komando ini terus melakukan serangan serangan terhadap
sekutu di wilayah Medan. Sehingga di seluruh daerah Sumatera terjadi
perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan melawan Jepang,
Sekutu, dan NICA(Belanda).
LATAR BELAKANG

PERTEMPURAN
PUPUTAN
MARGARANA

AKHIR
KRONOLOGI
PERLAWANAN
Munculnya rasa kekecewaan rakyat Bali terhadap
isi dari Perjanjian Linggarjati, yang menyatakan
bahwa hanya ada beberapa daerah saja di
Indonesia yang diakui secara de facto.

Kedatangan Belanda yang memporak-


porandakan Bali.

LATAR BELAKANG
I Gusti Ngurah Rai menolak ajakan Belanda
untuk bergabung ke dalam Negara Indonesia
Timur (NIT).

Pasukan Bali berhasil memperoleh


kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi
NICA yang memicu amarah Belanda.
KRONOLOGI
Pada 18 November 1946, markas pertahanan atau militer Belanda di Tabanan, Bali
diserang secara habis-habisan. Hal ini membuat Belanda murka dan mengerahkan seluruh
kekuatannya untuk mengepung Bali, khususnya Tabanan.

Pasukan yang dikirim Belanda tersebut mulai melakukan serangan pada 20 November
1946 pukul 05.30 WITA, dengan menembaki area pasukan warga Bali.

Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tembakan. 17 orang pasukan Belanda


ditembak mati oleh pasukan Ciung Wanara yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.

Setelah mengetahui jika pasukannya mati, Belanda melakukan aksi serangan dari berbagai
arah. Namun, upayanya ini beberapa kali mengalami kegagalan karena pasukan Ciung
Wanara berhasil melakukan aksi serangan balik. Belanda sempat menghentikan
serangannya selama satu jam.

Serangan ini kembali berhasil dihentikan oleh pasukan Ciung Wanara. Akhirnya Belanda
dan pasukannya mundur sejauh 500 meter ke belakang untuk menghindari pertempuran.
Kesempatan ini digunakan oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya untuk meloloskan diri
dari kepungan musuh. Dalam perjalannya meloloskan diri, tiba-tiba Belanda mengirimkan
pesawat terbang untuk memburu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya.

Untuk terakhir kalinya I Gusti Ngurah Rai menyerukan "Puputan!', yang berarti habis-
habisan. I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya bertempur melawan Belanda hingga titik
darah penghabisan.
pertempuran antara Ngurah Rai dan pasukan
Belanda tidak berhenti. Pasukan Belanda juga
semakin brutal menyerang pasukan Ciung Wanara
dengan meriam dan bom perang.

Sampai pasukan Ciung Wanara dipaksa untuk


membuka daerah di sawah dan ladang jagung di
AKHIR PERLAWANAN daerah Kelaci, Desa Marga. Dalam kondisi
PUPUTAN MARGARANA mendesak itu, Ngurah Rai mengeluarkan perintah
dari Puputan atau pertempuran total. Dari sudut
pandang prajurit Bali, lebih baik bertarung seperti
seorang ksatria daripada jatuh ke tangan musuh.

Akhirnya malam itu, 20 November 1946 Gusti


Ngurah Rai meninggal bersama pasukannya.
Acara ini kemudian direkam sebagai acara
Puputan Margarana.

Anda mungkin juga menyukai