Anda di halaman 1dari 31

KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

Anggota : Andi Regina Acacia


Aslam Prisliana Azzahra
Elsy Rassya Cahya Tullah
Febriyanti
Ilyya Firna Desfayanti
Yosep Tua Silitonga
SAMUDRA
DEMAK BANTEN
PASAI

MALAKA PETA KONSEP GOWA TALLO

TERNATE
ACEH MATARAM
TIDORE
1.Kerajaan Samudra Pasai
A. Letak Geografis
Aceh. Tepatnya di pantai timur pulau sumatra bagian utara

B. Sumber Sejarah
1. Berita Asing
~ Dari Ibnu Batutah(abad 13)
~ Dari Marco Polo(th 1292)
~ Dari Tome pires
2. Kitab
~ Kitab Tarjuman al-mustafid.
~ Tajussalatin

C. Sosial Budaya
Para pedagang asing singgah di Malaka beberapa lama untuk berdagang. Selama itu para
pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul dengan penduduk setempat. Kesempatan itu di
gunakan oleh pedagang islam dari Gujarat,persia,dan arab untuk menyebarkan agama
islam. Dengan demikian ,kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju di bidang
perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
D. Sistem Politik
Corak pemerintahan kerajaan samudra pasai adalah pemerintahan sipil dan
berdasarkan atas agama.
E. Raja yang Memerintah
1. Sultan Malik Al-Saleh (1267-1297)
2. Sultan Muhammad Malik Al-Zahir I (1297-1326)
3. Sultan Muhammad Malik Al-Zahir II (1326-1345)
4. Sultan Muhammad Malik Al-Zahir III (1326-134
5. Sultan Ahmad Malik Al-Zahir (1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Al-Zahir (1383-1405)
7. Sultanah Nahrasiyah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din (1402)
9. Abu Zaid Malik Al-Zahir (1455)
10. Sultan Mahmud Malik Al-Zahir (1455-1477)
11. Sultan Zain Al-Abidin (1477-1500)
12. Sultan Abdullah Malik Al-Zahir (1501-1513)
13. Sultan Zain Al-Abidin (1513-1524)
F. Puncak Kejayaan
Kerajaan Samudra Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh, sistem pemerintahan Samudra
Pasai sudah teratur baik, Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan.
2. Kerajaan Malaka
A. Letak Geografis
Semenanjung Malaya
B. Sumber Sejarah
1. Berita Asing
~ Sulalatus Salatin
~ Kronik Cina masa Dinasti Ming
2. Prasasti
~ Prasasti Kedukan Bukit
~ Prasasti Kota Kapur
~ Prasasti Ligor
~ Prasasti Telaga Batu
~ Prasasti Karang Brahi
~ Prasasti Talang Tuwo
C. Sosial Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang
menggambarkan tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti
Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Kehidupan
sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan
lingkungan wilayahnya. Hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang
dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme.
D. Kehidupan Politik
Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki susunan tata
pemerintahan yang rapi. Sultan Malaka memiliki kekuasaan yang absolut,
seluruh peraturan dan undang-undang merujuk kepada Raja Malaka.
Sementara dalam administrasi pemerintahan Sultan Malaka dibantu oleh
beberapa pembesar, antaranya Bendahara, Tumenggung, Penghulu Bendahari
dan Syahbandar. Kemudian terdapat lagi beberapa mentri yang
bertanggungjawab atas beberapa urusan negara. Selain itu terdapat jabatan
Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok masyarakat orang
laut
E. Sosial Ekonomi
Sejak Kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional yang
melalui Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan melemahnya
kekuatan Majapahit dan Samudera Pasai, kerajaan Malaka tidak memiliki
persaingan dalam perdagangan. Tidak adanya saingan di wilayah tersebut,
mendorong kerajaan Malaka membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang
melintasi dan berlabuh di Semenanjung Malaka.
F. Raja-Raja yang Memerintah
1. Raja Iskandar Syah atau Parameswara (1405-1414)
2. Megat Iskandar Syah atau Raja Kecil Besar (1414-1424)
3. Sultan Muhammad Syah atau Sri Maharaja (1424-1444)
4. Sultan Abu Syahid atau Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1445)
5. Sultan Mudzaffar Syah atau Sultan Modafaixa (1446-1459)
6. Sultan Mansur Syah (1459-1477)
7. Sultan Alaudin Riayat Syah (1477-1488)
8. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
G. Puncak Kejayaan
Pada masa pemerintahan Sutan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan
ekspansi di Semenanjung Malaya dan pesisir timur pantai Sumatra, setelah
sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam. Di mulai dengan menyerang
Aru yang disebut sebagai kerajaan yang tidak menjadi muslim dengan baik.
Penaklukan Malaka atas kawasan sekitarnya ditopang oleh kekuatan armada
laut yang kuat pada masa tersebut serta kemampuan mengendalikan orang laut
yang tersebar antara kawasan pesisir timur Puau Sumatra sampai Laut Cina
Selatan. Orang laut ini berperan mengarahkan setiap kapal yang melalui Selat
Malaka untuk singgah di Malaka serta menjamin keselamatan kapal-kapal itu
sepanjang jalur pelayarannya setelah membayar cukai di Malaka.
3. Kerajaan Aceh
A. Letak Geografis
Pulau Sumatera bagian utara dekat jalur pelayaran dan perdagangan internasional saat itu.
B. Sumber Sejarah
1. Taman sari gunongan
2. Tua Indrapuri
3. Benteng Indrapatra
4. Pinto Khop
5. Meriam Kesultanan Aceh
6. Hikayat Prang Sabi
C. Kehidupan ekonomi
Dalam masa kejayaannya, perekonomian Aceh berkembang pesat. Daerahnya yang subur banyak
menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah pantai Timur dan Barat Sumatera
menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka
menyebabkan bertambahnya bahan ekspor penting seperti timah dan lada yang dihasilkan di daerah
itu.
D. Raja-Raja yang Memerintah
1. Sulthan Ali Mughayat Syah (1496-1528)
2. Sulthan Salah ad-Din (1528-1537)
3. Sulthan Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Kahar (1537-1568)
4. Sulthan Husin Ibnu Sultan Alauddin Ri`ayat Syah (1568-1575)
5. Sulthan Muda (1575)
6. Sulthan Sri Alam (1575-1576)
7. Sulthan Zain Al-Abidin (1576-1577)
8. Sulthan Ala al-din mansyur syah (1576-1577)
9. Sulthan Buyong atau Sultan Ali Ri`ayat Syah Putra (1589-1596)
10. Sulthan Ala`udin Ri`ayat Syah Said Al-Mukammal Ibnu (1596-1604)
11. Sulthan Ali Riayat Syah (1604-1607)
12. Sulthan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam (1607-1636)
13. Sulthan Iskandar Tsani (1636-1641)
14. Sulthanah (Ratu) Tsafiatu' ddin Taj 'Al-Alam / Puteri Sri Alam (1641-1675)
15. Sulthanah (Ratu) Naqi al-Din Nur Alam (1675-1678)
E. Kehidupan Budaya
Aceh sering disebut sebagai Negeri Serambi Mekah, karena Islam masuk
pertama kali ke Indonesia melalui kawasan paling barat pulau Sumatera ini.
Oleh sebab itu, para ulama merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat
Aceh. Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan
sastra Aceh. Peninggalan Islam di Nusantara banyak di antaranya yang berasal
dari Aceh, seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi Ma‘rifatil Adyan
karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17 ; Kitab Tarjuman al-
Mustafid yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya Shaikh
Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan Tajussalatin karya Hamzah Fansuri.
Ini bukti bahwa Aceh sangat berperan dalam pembentukan tradisi intelektual
Islam di Nusantara.
4. Kerajaan Demak
A. Letak Geografis
Secara geografis Kerajaan Demak terletak di Jawa Tengah.
B. Sumber Sejarah
1. Masjid Agung Demak
2. Pintu Bledek
3. Bedug dan Kentongan Karya Wali Songo
4. Soko Tatal dan Soko Guru
5. Dampar Kencana
6. Situs Kolam Wudlu
C. Sistem Politik
Kerajaan Demak berdiri kira – kira tahun 1478 dan Raden Patah sebagai
Raja Pertama dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panemahan
Palembang Sayidin Panatagama , dan Ki Wanapala sebagai Patih dengan gelar
Mangkurat.
D. Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Demak berkembang kearah perdagangan maritim dan
agraria.Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito (penghubung)daerah
penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang
cukup besar. Demak berperan penting dalam bidang ekonomi karena
mempunyai daerah penghasil makanan terutama beras. Komoditas yang di
ekspor antara lain beras,madu,lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka
melalui Pelabuhan Jepara.
E. Kehidupan Sosial-Budaya
Hasil Kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang
berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaan yang cukup terkenal adalah
Masjid Agung Demak yang kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam.
F. Raja-Raja yang Memerintah
1) Raden Patah (1500-1518)
2) Pati Unus(1518-1521)
3) Sultan Trenggono (1521-1546)
4) Sunan Prawoto(1546-1549)
G. Puncak Kejayaan
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar di bawah
kepemimpinan Raden Patah. Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang
sudah menganut islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan kekuasaan
meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan) , Palembang ,Jambi.
5. Kerajaan Mataram
A. Letak geografis
Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni
di Kotagede.
B. Sumber sejarah
1. Keraton Yogyakarta dan Surakarta
2. Pura Mangkunegara dan Pura Pakualam
3. Serat Wulangreh
4. Serat Centhini
5. Kitab Sastra Gending
C. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Mataram yang terletak di pedalaman merupakan sebuah
kerajaan agraris dengan hasil utamanya beras. Pada masa Sultan Agung,
kehidupan masyarakat Mataram mengalami perkembangan pesat. Pada
masa ini hasil bumi Mataram cukup melimpah.
D. Kehidupan Politik
Setelah berhasil memindahkan pusat kerajaan dari Pajang ke Mataram,
Sutawijaya dinobatkan menjadi Raja Mataram. Ia bergelar Panembahan
Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama atau lebih dikenal sebagai
Panembahan Senapati. Ia memerintah Mataram mulai tahun 1586. Pada
masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan di pesisir pantai
utara Jawa. Beberapa daerah menentang usaha Senapati dalam memperluas
wilayah kekuasaannya . Hal ini disebabkan Panembahan Senapati
melakukan perluasan kekuasaan hingga ke Surabaya, Ponorogo, Madiun,
Pasuruan, Panarukan, Blambangan, Cirebon, dan Galuh.
E. Kehidupan Sosial
Sultan Agung melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan daerah
persawahan dan memindahkan banyak petani ke daerah Krawang yang
subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang
bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh imbalan berupa
tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar
munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
F. Kehidupan Budaya
Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara
lain seni tari, seni pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul
Kebudayaan Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayan asli,
Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara Grebeg yang bersumber pada
pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan yang merupakan
tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari besar
Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri. Grebeg
Maulud pada bulan Rabiulawal.
G. Raja-Raja yang Memerintah
1. Kiai Ageng Pamanahan
2. Panembahan Senapati (Sutawijaya)
3. Raden Mas Jolang
4. Raden Mas Rangsang (Sultan Agung)
5. Amangkurat I
H. Puncak Kejayaan
Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya pada jaman Sultan
Agung Hanyokrokusumo (1613-1646). Daerah kekuasaannya mencakup
Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, dan daerah
Sukadana di Kalimantan Barat.
6. Kerajaan Banten
A. Letak Geografis
Letak geografis kerajaan banten terletak di ujung pulau jawa, yaitu di
daerah banten, jawa barat.
B. Kehidupan Politik
Pendiri kerajaan banten ini adalah Hasanudin yang mencapai kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Raja-raja yang
memerintah kerajaan ini adalah : penembahan yusuf, maulana
Muhammad, abu mufakir, dan sultan ageng tirtayasa.
C. Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi kerajaan banten bertumpu pada bidang
perdagangan karena memiliki bahan ekspor penting, yaitu lada sebagai
daya tarik yang kuat bagi pedagang asing.
D. Kehidupan Sosial-Budaya
Peninggalan budaya kerajaan banten berupa bangunan- bangunan yang
bentuk dan ukiranya mendapat pengaruh dari kebudayaan islam. Contoh
dari peninggalan tersebut adalah pembangunan masjid yang pada masa
kesultanan banten, masjid dijadikan sebagai tempat untuk melaksanaakan
ibadah. Contohnya dari masjid tersebut antara lain masjid kasunyata,
masjid agung, masjid banten, masjid caringin, masjid palina, serta masjid –
masjid lainnya. Selain masjid ada juga peninggalan kerajaan banten berupa
hasil karya sastra berupa nyanyian – nyanyian bernada islami, teknik
membaca Al – quran, serta hikayat mengenai cerita – cerita bertema islam.
Selain peninggalan sastra terdapat bangunan peninggalan istana pada masa
kesultanan banten, contoh dari bangunan tersebut adalah gedung timayah,
keraton kalibon, dan keraton surosowan. Bangunan – bangunan tersebut
adalah materi peninggalan yang bercorak islam.
E. Raja-Raja yang Memerintah
1. Maulana Hasanudin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570)
2. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareya (1570-1585)
3. Maulana Muhamad atau Pangeran Sedangrana(1585-1596).
4. Sultan Abu Al- Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu (1596-
1647)
5. Sultan Abu Al- Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun (1647-1651)
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu Al- Fath Abdul Fattah (1651-1682)
7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683-1687)
8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690)
9. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abiding(1690-1733)
10. Sultan Abdul Fathi Muhammad Syifa Zainul Aripin (1733-1747)
11. Ratu Syarifah Fatimah (1747-1750)
12. Sultan Arif Zainul Asyiqin Al-Qadirin (1753-1773)
13. Sultan Abul Mafakir Muhammad Aliudin (1773-1799)
14. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalin(1799-1803)
15. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin(1803-1808)
16. Sultah Muhammad bin Muhammad Muhyidin Zainussalihin (1809-1813)
F. Puncak Kejayaan
Masa sultan ageng tirtayasa (bertahta 1651-1682) di pandang sebagai masa
kejayaan banten.
7. Kerajaan Gowa Tallo
A. Letak Geografis
Kerajaan Gowa dan Tallo merupakan dua kerajaan yang terletak di
Sulawesi Selatan dan saling berhubungan baik. Kedua kerjaan tersebut
kemudian lebih dikenal dengan Kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya
adalah ibu kota Gowa yang juga disebut sebagai Ujung Padang.
B. Sumber Sejarah
 Komplek Pemakaman Katangka

 Makam Syekh Yusuf

 Makam raja –raja Gowa Tallo

 Benteng Somba Opu

 Benteng Ujung Pandang

 Batu Pelantikan Raja

 Masjid Katangka
C. Raja-Raja yang Memerintah
1. Sultan Alaudin
2. Sultan Muhammad Said
3. Sultan Hasanuddin 
4. I Mappasomba
D. Kehidupan Ekonomi
Untuk menunjang Makassar sebagai pelabuhan transit dan untuk
mencukupi kebutuhannya maka kerajaan ini menguasai daerah-daerah
sekitarnya. Di sebelah timur ditaklukanlah Kerajaan Bone, sedangan untuk
memperlancar dan memperluas jalan perdagangan, Makasar mengusai
daerah-daerah selatan, seperti Pulau Selayar, Buton, Lombok, dan
Sumbawa di Nusa Tenggara Barat.
Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional, banyak
pedagang asing, seperti Portugis, Inggris ,dan Denmark berdagang di
Makassar. Untuk mengatur pelayaran dan perniagaan dalam wilayahnya
disusunlah hukum niaga dan perniagaan yang disebut Ade Allopioping
Bicarance Pabbalu'e dan sebuah naskah lontar karya Amanna Gappa.
E. Kehidupan Politik
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Daeng
Manrabia (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah
Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Karaeng Matoaya (Raja
Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak
pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja
Muhammad Said (1639 – 1653).
F. Kehidupan Sosial-Budaya
Mengingat Makassar sebagai kerajaan maritim dengan sumber
kehidupan masyarakat pada aktivitas pelayaran perdagangan maka
sebagian besar kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Hasil
kebudayaan yang terkenal dari Makasar adalah perahu pinisi dan lambo.
Selain itu juga berkembang kebudayaan lain, seperti seni bangun, seni
sastra, seni suara,dan sebagainya.
G. Puncak Kejayaan
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada
masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Faktor yang membawa perkembangan Makassar, antara lain sebagai
berikut :
1) Terletak di tepi sungai.
2) Letak Makasar yang sangat strategis dalam lalu lintas perdagangan
Malaka–Maluku.
3) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis 1511.
4) Beralihnya sistem pemerintahan di Jawa Tengah ke corak agraris.
8. Kerajaan Ternate dan Tidore
A. Letak kerajaan ternate
Secara geografis kerajaan Ternate terletak di Kepulauan Maluku, antara
Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia
perdagangan masa itu.
B. Sumber sejarah
Peninggalan kerajaan Ternate :
1. Istana Sulatan Ternate
2. Benteng kerajaan Ternate
3. Masjid di Ternate
Peninggalan kerajaan Tidore :
1. Benteng-benteng peninggalan portugis
2. Keraton Tidore
D. Kehidupan Politik 
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate
sebagai pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa
yang berarti persekutuan sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk,
portugis langsung memihak dan membantu ternate, hal inidikarenakan
portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa spanyol memihak
tidoreakhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk
menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian saragosa.
Dalam perjanjian tersebut bangsa spanyol harusmeninggalkan maluku dan
pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di maluku.
E. Kehidupan Ekonomi
Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang
banyak memberikan hasildiantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda
banyak menghasilkan pala. Pada abad ke
12M permintaan rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi y
ang penting.Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku
mengakibatkan terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian
perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat

D. Raja-Raja yang Memerintah
Raja-raja di kerajaan Ternate
1. Sultan Marhum (1465 -1485 M)
2. Sultan Zainal Abidin (1485 – 1500 M)
3. Sultan Sirullah (1500 – 1550 M)
4. Sultan Khairun (1550 – 1570 M
5. Sultan Baabullah (1570 – 1583 M)

Raja-raja di kerajaan Tidore


1. Syahadati Raja Jarlolo Sultan Nuku (1789 – 1805 M) 
E. Puncak kejayaan
Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Baabullah. Wilayahnya sampai ke daerah Flipina bagian selatan. Bersamaan ini
pula penyebaran Islam sampai ke wilayah Filipina bagian selatan, sehingga
sampai sekarang penduduk Filipina bagian selatan banyak yang memeluk
Islam.

Anda mungkin juga menyukai