Anda di halaman 1dari 66

ICRA

Monitoring dan Evaluasi


pelaksanaan PPI
di
FKTP
Monitoring dan evaluasi PPI
1.Infection Control
Risk Assessment
2.Audit PPI
3.Cara monitoring &
evaluasi yang lain
Infection Control Risk Assessment
• Risiko : potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang
atau kejadian di masa mendatang
• Manajemen risiko: pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai, dan menyusun
prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya
• Pencatatan (registrasi) risiko : pencatatan semua risiko yang sudah diidentifikasi, untuk
kemudian dilakukan pemeringkatan untuk menentukan matriks risiko dengan kategori
merah, kuning, dan hijau --> hasilnya adalah register risiko
• ICRA:
• proses multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian dengan
mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas, dan program
• Pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif terhadap risiko infeksi terkait aktifitas
pendendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali ancaman/bahaya dari aktifitas
tersebut
Tujuan ICRA
• Mencegah dan mengurangi risiko terjadinya
HAIs pada pasien, petugas dan pengunjung di
faskes dengan cara:
• Mencegah dan mengendalikan frekuensi dan
dampak risiko terhadap:
• Paparan kuman pathogen melalui petugas, pasien, dan
pengunjung
• Penuiaran melalui tindakan/prosedur invasive yang
dilakukan baik melaui peralatan, tehnik pemasangan,
ataupun perawatan thd HAIs
• Melakukan penilaian thd masalah yang ada agar
dapat ditindak lanjuti berdasar hasil penilaian skala
prioritas
ICRA terdiri dari
• External:
• Terkait dengan komunitas: kejadian KLB
• Penyakit infeksi yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air
• Terkait bencana alam
• Kecelakaan masal
• Internal:
• Risiko terkait pasien
• Risiko terkait petugas kesehatan
• Risiko terkait pelaksanaan prosedur
• Risiko terkait peralatan
• Risiko terkait lingkungan
Langkah ICRA
•Identifikasi risiko
•Analisis risiko
•Kontrol risiko
•Monitoring risiko
CONTOH REGISTER RISIKO
PENILAIAN PROBABILITAS/FREKUENSI
TK Risk Deskripsi kejadian

0 Never Tidak pernah

1 Rare Jarang (Frekuensi 1-2 x /tahun)

2 Maybe Kadang (Frekuensi 3- 4 x/tahun)

3 likely Agak sering (Frekuensi 4-6 x/tahun)

4 Expect it Sering (Frekuensi > 6 – 12 x /tahun

pelatihan IPCD PERSI/GRS 8


PENILAIAN DAMPAK /RISIKO
TK RIKS Deskripsi Dampak

1 Minimal clinical • Tidak ada cedera

2 Moderate • Cedera ringan , mis luka lecet


clinical • Dapat diatasi dng P3K

3 Prolonged length • Cedera sedang, mis : luka robek


of stay • Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis
atau intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng
penyakit
• Setiap kasus yg meperpanjang perawatan

4 Temporer loss of • Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh


function • Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis
atau intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng
penyakit

5 Katatropik Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan


penyakit
pelatihan IPCD PERSI/GRS 9
SISTEM YANG ADA
TK RIKS Deskripsi Kegiatan
1 Solid Peraturan ada, fasilitas ada, dilaksanakan

2 Good Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu


dilaksanakan
3 Fair Peraturan ada, fasilitas ada, tidak
dilaksanakan

4 Poor Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak


dilaksanakan

5 None Tidak ada peraturan

pelatihan IPCD PERSI/GRS 10


A. Kajian Risiko
Unit kerja/Pelayanan :………………………………..

No Risiko Probabiliti Dampak Sistem kendali infeksi Nilai


infeksi (perkalian)
sering Agak kadang jarang Tdk katastr Cedera Cedera Cedera minim Tidak jelek seda baik Sangat
sering pernah opik berat sedang ringan al ada ng baik

4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1  

1                                  
2                                  
3                                  
4                                  
5                                  
                                   
                                   
                                   
                                   
                                   
                                   
B. Rencana kendali risiko

No Prioritas risiko Tujuan Sasaran Kegiatan Kemajuan Evaluasi


pelaksanaan

             
             
             
             
             
             
             
CONTOH Plan of Action
ICRA pada saat renovasi
• Tipe proyek konstruksi:
• Tipe A
• Tipe B
• Tipe C
• Tipe D
• Identifikasi kelompok pasien berisiko: rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi
• Menentukan kelas kewaspadaan dan intervensi PPI: tipe A, B, C, D
• Menentukan intervensi berdasar kelas kewaspadaan: kelas I, II, III, IV
• Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial infeksi
LATAR BELAKANG

RENOVASI MELALUI UDARA

ASPERGILLUS SP, FUSARIUM SP,


ZYGOMYCETES, DLL
DEBU PLAFON/TANAH
AIR, LEMBAB MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN JAMUR, SPORA KECIL
YG MUDAH TERHIRUP (2-3MICRON)

Infection Control Risk Tugas PPI memastiak semua berjalan dengan


aman: memalui izin kontruksi,
Assesment ( ICRA ) monitoring,rekomendasi

15
1. Pre Renovasi/konstruksi
1. Sebelum renovasi ada rapat koordinasi antara koordinator
Tehnik, sanitasi, Koordinator PPI, vendor/pelalksana
bangunan
2. Koordinator PPI melakukan pengkajian resiko dan membuat
izin renovasi
3. Sebelum pelaksanaan pembangunan dan renovasi
bangunan Koordinator PPI, K3, Sanitasi memberikan edukasi
kepada pihak perencana dan pelaksana proyek.

16
Pengkajian risiko dan izin Renovasi
• Pengkajian risiko (pembuatan ICRA)
• Pembuatan izin renovasi berdasarkan hasil
pengkajian risiko
Kajian terhadap aktivitas Konstruksi berdasarkan
tipe aktivitas
Tipe aktivitas ditentukan dengan :
 Banyaknya debu yang ditimbulkan
 Potensial terjadinya pencemaran udara
 Lama pekerjaan konstruksi
 Jumlah sistem pendingin ruangan dan ventilasi yang
terpadu
 Ada 4 tipe : tipe A, B, C dan D

20
Tipe Proyek Bangunan

Kelompok Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D


Pasien Resiko

Kelompok I II II III/IV
Resiko Rendah
Kelompok I II III IV
Resiko Medium
Kelompok I II III/IV IV
Resiko Tinggi
Kelompok II III/IV III/IV IV
Resiko
Tertinggi
21
TIPE A :
PEMERIKSAAN DAN KEGIATAN PEMELIHARAAN UMUM

• Pengangkatan plafon untuk inspeksi visual (terbatas untuk 1


ubin per 5m2);
• pengecatan (tetapi bukan pengamplasan);
• Instalasi penutup dinding
• Pekerjaan listrik; Pekerjaan pipa saluran air yang ringan;
• Kegiatan apa saja yang tidak menghasilkan debu atau perlu
memotong dinding atau akses ke langit-langit, selain untuk
pemeriksaan visual.

22
TIPE B
SKALA KECIL, KEGIATAN JANGKA PENDEK, YANG
MENGHASILKAN DEBU SEDIKIT

 Skala kecil, durasi aktivitas pendek yang dapat


menghasilkan debu minimal
 Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 instalasi telepon dan kabel computer
 akses untuk ke ruangan
 memotong dinding atau langit-langit dimana migrasi
debu dapat dikontrol

23
TIPE C:
KERJA APAPUN YANG MENGHASILKAN DEBU
SEDANG ATAU TINGKAT TINGGI

• Pembongkaran atau pengangkatan komponen


bangunan built-in atau rakitan,
• Pengamplasan dinding untuk mengecat atau
memasang lapisan dinding
• Pengangkatan lapisan lantai/wallpaper, plafon, dan
casework
• Konstruksi dinding baru,
• Pekerjaan ringan saluran dan listrik di plafon
• Kegiatan perkabelan yang banyak.
24
TIPE D:
PENGHANCURAN BESAR DAN PROYEK KONSTRUKSI

 Penghancuran mayor dan proyek bangunan


 Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 aktivitas yang membutuhkan kerja shift yang berkelanjutan
 membutuhkan penghancuran besar atau pengangkatan
system kabel yang lengkap
 konstruksi baru

25
Kajian berdasarkan Kelompok Risiko
Berdasarkan kelompok risiko yang telah
ditetapkan oleh tim pengendalian infeksi, maka renovasi
bangunan dibagi menjadi :
 Risiko rendah
 Risiko sedang
 Risiko tinggi
 Risiko sangat tinggi

26
DEFINISI AREA PENGENDALIAN RISIKO INFEKSI / LOKASI
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2 KELOMPOK 3 KELOMPOK 4
RENDAH SEDANG SEDANG TINGGI TINGGI
- Area kantor - Perawatan pasien dan tidak - UGD - Unit Onkologi
tercakup dalam Grup 3 / 4
- Tanpa pasien/ area - Radiology - Terapi Radiasi
resiko rendah yang tidak - Laundry
terdaftar dimanapun - Recovery Rooms - Area klinis
- Cafeteria
- Ruang Maternitas / VK - Chemo Infusion
- Dietary
- High Dependency Unit - Transplant
- Manajemen Material
- Kamar bayi - Pharmacy Admixture - Ruang bersih
- PT/OT/Speech
- Pediatrics (kecuali yang - Kamar Operasi
- Penerimaan/Pemulangan tertulis di Grup 4)
- Departemen Proses Sterilisasi
- MRI - Lab Microbiologi
- Kateterisasi Jantung
- Obat-obatan nuklir - Long term sub-acute units
- Kamar prosedur invasif pasien rawat
- Echocardiography - Farmasi jalan
- Laboratorium tidak spesifik - Dialisis - Area Anastessi & pompa jantung
seperti Grup 3
- Endoskopi - Newborn Intensive Care Unit (NICU)
- Koridor Umum (yang dilewati
pasien, suplai, dan linen) - Area Bronchoskopi - Semua Intensive Care Unit (kecuali
yang tertulis di Grup 4)

27
Menentukan LEVEL ICRA
 Ditentukan berdasarkan tabel antara Tipe Pekerjaan
Konstrusi dan Kelompok Risiko Bangunan

Level risiko TIPE A TIPE B TIPE C TIPE D


konstruksi
Kel risiko rendah Kelas I Kelas II Kelas II Kelas III/IV

Kelompok risiko Kelas I Kelas II Kelas II Kelas IV


medium

Kel risiko tinggi Kelas I Kelas II Kelas III/IV Kelas IV

Kelompok risiko Kelas II Kelas III/IV Kelas III/IV Kelas IV


tertinggi

28
PEDOMAN KONTROL INFEKSI KONSTRUKSI BERDASAR LEVEL/KELAS ICRA

 Melaksanakan pekerjaan dengan metode yang meminimalkan debu dari


KELAS I lokasi konstruksi.
 Mengganti plafon yang dilepaskan untuk inspeksi visual sesegera mungkin.

 Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu terbang ke dalam


KELAS II atmosfer.
 Segel pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang tertutup rapat sebelum
dipindahkan.
 Pel basah dan/atau vakum dengan alat vacuum dengan filter HEPA.
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar dari area kerja, dan diganti atau
dibersihkan ketika sudah tidak efektif.
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan.
 Pembersihan area kerja dan permukaan horizontal pada penyelesaian
proyek.

29
 Isolasi sistem HVAC pada lokasi tempat
berlangsungnya pekerjaan untuk mencegah
kontaminasi sistem saluran.
 Lengkapi semua barier konstruksi sebelum
konstruksi dimulai.
KELAS III
 Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi
kerja menggunakan unit ventilasi dengan
filter HEPA atau metode lain untuk
mempertahankan tekanan negatif. Keamanan
publik akan memonitor tekanan udara.

30
 Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai
proyek selesai dibersihkan secara menyeluruh.
 Pel basah atau vakum dua kali per 8 jam pada
kegiatan konstruksi, atau sebagaimana diharuskan
untuk meminimalkan pelacakan.
KELAS III
 Buang material barier dengan hati-hati untuk
meminimalkanpenyebaran kotoran & debris yg
terkait
dengan konstruksi. Material barier harus diseka
basah, divacum dengan HEPA atau disemprot air
sebelum dibuang.

31
 Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah
yang tertutup rapat sebelum dipindahkan
 Tempatkan keset di pintu masuk dan keluar
dari area kerja, dan diganti atau dibersihkan
ketika sudah tidak efektif.
KELAS III
 Bersihkan area kerja dan permukaan
horizontal pada penyelesaian proyek.

32
• Isolasi sistem HVAC pd lokasi tempat berlangsungnya pekerjaan
untuk mencegah kontaminasi sistem saluran.
Lengkapi semua barier konstruksi sebelum konstruksi dimulai.
Pertahankan tekanan udara negatif di lokasi kerja menggunakan
unit ventilasi dengan filter HEPA / metode lain u/
mempertahankan tek neg. Keselamatan publik a/ memonitor tek
KELAS IV
udara.
Segel lubang, pipa, saluran, atau tusukan untuk mencegah
migrasi debu
Buat ruang serambi/anteroom & pastikan semua personil u/
melewati ruangan ini. Pel basah /vacuum dg HEPA setiap hari.

33
Selama pembongkaran, u/ kerja yg menghasilkan debu
/ pekerjaan di langit-langit, sepatu sekali pakai & baju
harus dipakai dan dibuang di Serambi/anteroom ketika
meninggalkan area kerja.
Jangan menghilangkan barier dr area kerja sampai
proyek selesai dibersihkan scr menyeluruh.
KELAS IV
Buang material barier dg hati2 u/ meminimalkan
penyebaran kotoran & debris yg terkait dg konstruksi
Material barier harus diseka, divacum dengan HEPA
atau disemprot air sebelum dibuang.
Tempatkan sampah konstruksi dalam wadah yang
tertutup rapat sebelum dipindahkan

34
Tempatkan keset di pintu masuk & keluar dr area kerja
& diganti /dibersihkan ketika sdh tdk efektif.
Pertahankan lokasi kerja tetap bersih dengan menyapu
dan membersihkan debris setiap hari.
Pel basah seluruh area keras dengan disinfektan
setelah proyek selesai.
 Vacuum seluruh area berkarpet dengan HEPA seletah
KELAS IV
proyek
Bersihkan area kerja dan permukaan horizontal pada
penyelesaian proyek.

35
Pembuatan izin konstruksi
2. Selama Renovasi
Selama dalam proses pembangunan, Tim pengawas proyek
(koordinator tehnik, Koordinator PPI, K3, Sanitasi ) melakukan
monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai surat
kesepakatan bersama antara lain :
- Pengumuman adanya proses renovasi
- Pemantauan aliran udara
- Pemantauan area sekitar renovasi ( bebas debu, puing, dll )
- Pembersihan rutin
- Pembersihan akhir secara keseluruhan

38
Contoh menutup rapat area renovasi

41
3. Sesudah selesai renovasi dan pembangunan
1. Lakukan general cleaning sebelum ruangan diijinkan untuk
digunakan oleh pasien (sanitasi dan coordinator PPI)
2. Lakukan pemeriksaan kultur ruangan berdasar kelompok risiko
(sanitasi dan coordinator PPI)
3. Cek dan pemeliharaan fungsi alat-alat yang ada (coordinator tehnik)
4. Lakukan evaluasi dengan menggunakan formulir ceklis post
konstruksi (coordinator PPI dan K3)
Audit
PPI
Audit PPI
• Audit : melakukan pengecekan terhadap praktik actual terhadap standar yang ada, termasuk membuat
laporan ketidak patuhan atau isu-isu yang dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan atau tim PPI.
• Metoda audit:
• Prioritas pada area yang sangat penting di faskes: area risiko tinggi, hasil surveilans, KLB
• Perhatikan layout fisik, kajian ulang, alur traffic, protocol, kebijakan, makanan dan peralatan
• Tetapkan waktu
• Metoda : observasi, wawancara, observasi keliling

• Persiapan tim audit


• Objek audit: missal: kebersihan tangan, pemakaian APD, pelaksanaan kewaspadaan standar, audit proses
sterilisasi, dsb
• Susun instrument audit
• Pelaksanaan audit
• Pelaporan audit
Monitoring dan evaluasi berkala
• Monitoring kejadian infeksi dan kepatuhan terhadap pelaksanaan PPI
dilakukan oleh IPCN dan IPCLN.
• Monitoring/surveilans menggunakan formulir terdiri dari : formulir
pasien pasien baru, formulir harian, dan formulir bulanan.
• Kegiatan monitoring dilakukan dengan melaksanakan surveilans dan
kunjungan lapangan setiap hari oleh IPCN dan ketua komite jika
diperlukan.
• Monitoring dilakukan oleh Tim PPI dengan frekuensi minimal setiap
bulan.
• Evaluasi oleh Tim PPI minimal setiap 3 bulan
Laporan PPI
• IPCN membuat laporan rutin: 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun atau jika
diperlukan.
• Komite/Tim PPI membuat laporan tertulis kepada pimpinan
fasyankes setiap bulan dan jika diperlukan.
Surveilans PPI
di FKTP
LATAR BELAKANG
SURVEI PPI-HAIs Surveilans Pasif
Orang ruangan
Tidak kompeten
Sambilan

Fenomena gunung es

Tidak ada
IPCN Purnawaktu

NO CARE
Pengertian surveilans
• Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis
dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara
efektif dan efisien
Surveilans ITPK
• Surveilans infeksi terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated
Infections/HAIs) adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus
menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi
data kesehatan (ITPK) yang penting di fasilitas pelayanan kesehatan
pada suatu populasi spesifik dan didiseminasikan secara berkala
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam
perencanaan, penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan.
Tujuan surveilans PPI
• 1. Tersedianya informasi tentang situasi dan kecenderungan kejadian
HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan dan faktor risiko yang
mempengaruhinya.
• 2. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan
terjadinya fenomena abnormal (penyimpangan) pada hasil
pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas pelayanan kesehatan.
• 3. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian
penyimpangan pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Metoda surveilans
• Surveilans Komprehensif: Hospital wide, Traditional Surveillance
• Periodic Surveillance – sebulan sekali, dsb
• Prevalence Surveillance – juml infeksi aktif dlm suatu periode
• Target Surveillance - fokus pd pasien dg inf spesifik di ruang rawat
Metoda surveilans (Australian guideline)
• It is not feasible to conduct facility-wide surveillance for all events;
therefore surveillance is often targeted, with a focus on specific
events, processes, organisms, medical devices or high-risk patient
populations. Healthcare-associated infections surveillance programs
may focus on:
• specific sites of infection (e.g. bloodstream, surgical sites)
• specific populations (e.g. neonates, healthcare worker occupational exposure
to blood and body substances)
• specific organisms or types of organisms (e.g. MRO, C.difficile, RSV, rotavirus)
• specific locations in the healthcare facility or community (e.g. intensive care
unit, neonatalintensive care unit, long-term care facility).
Metoda surveilans (Australian Guideline)

•Process Surveillance
•Outcome Surveillance
Metoda surveilans (Australian guideline)
• Process surveillance:
• Process measurements are usually easier to measure, less ambiguous and more
widely applicable than outcome indicators.
• Process surveillance may be an adjunct to outcome surveillance; alternatively, it
can entirely replace outcome surveillance for practices or
locations that have too few adverse outcomes for statistical analysis
• Process surveillance involves auditing practice against a certain standard,
guideline or policy. As no single intervention will prevent any healthcare-
associated infection, packages of evidencebased interventions have been
developed and are increasingly being used in process surveillance (e.g. care
bundles)
• Process measures that are linked by evidence to important outcomes
(McKibben et al 2005):
• do not require risk adjustment
• can predict outcomes
• can easily be acted on because potential improvements are usually the
responsibility of the clinical service
• can be captured quickly
• are sensitive because many episodes of inappropriate care do not cause
harm.
• Examples of process surveillance (published process
indicators of high value) include:
• aseptic insertion and management of peripheral or central
intravascular devices (audit)
• healthcare workers’ compliance with hand hygiene and the
techniques they used (audit)
• perioperative and intraoperative practice such as antibiotic
prophylaxis, normothermia, normoglycaemia and appropriate hair
removal (audit)
• healthcare workers’ uptake of immunisation (audit)
Metoda surveilans (Australian guideline)
• Outcome surveillance:
• Outcome surveillance involves measuring adverse events, a proportion
of which are preventable.
• The sensitivity and specificity of event definitions and the reliability of data collection
need to be considered when developing methods to detect adverse events.
• It is important to create a balance between avoiding false positives (specificity) and
picking up true positives (sensitivity), given thattrue positives are rare events in the
overall patient population.
• Examples: surveillance of the Surgical Site Infection (SSI), Central Line
Associated Blood Stream Infections (CLABSI), Catheter Associated
Urinary Tract Infection (CAUTI), Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
TAHAPAN SURVEILANS HAIs

Perencanaan

Buat definisi Pengumpulan


Evaluasi ISK,IADP,VAP,IDO
Data

Buat Setiap hari dg


perbaikan waktu sama

Komunikasikan Analisa Data

Yang
berkepentingan Interpretasi Hitung Insiden
rate &
Stratifikasi
Trend naik
atau turun
Contoh surveilans proses:
• audit hand hygiene:
• Audit terhadap pelaksanaan hand hygiene di ruang rawat
• Mengamati apakah hand hygiene dilakukan dengan benar
• Apakah dilakukan hand hygiene 5 moment
• Dapat menggunakan instrument dari WHO
• Audit pelaksanaan bundles pada pemasangan kateter urine untuk
mencegah ISK
• Audit pelaksanaan bundles pada pemasangan kateter intravena
(perifer) untuk mencegah CLABSI
ANALISA DATA

Cara perhitungan :
 Insiden Rate IDO = Jumlah kasus IDO
------------------------- X 100
Jumlah kasus operasi

 Insiden Rate IADP = Jumlah kasus IADP


--------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian CVL

 Insiden Rate ISK = Jumlah kasus ISK


-------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian UC

 Insiden Rate VAP = Jumlah kasus VAP


---------------------------- X 1000
Jumlah hari pemakaian ventilator
Contoh Kasus

Pada bulan Maret 2017 di ruang rawat puskesmas.


-Pasien A mendapat infus iv 5 hari Cateter urine menetap 4 hari
-Pasien B Cateter urine menetap 5 hari
-Pasien C mendapat infus iv 6 hari Cateter urine menetap 5 hari
-Pasien D mendapat infus iv 4 hari Cateter urine menetap 3 hari
-Pasien E mendapat infus iv 5 hari
-Pasien F mendapat infus iv 3 hari Cateter urine menetap 3 hari
-Pasien G Cateter urine menetap 4 hari
-Pasien A mengalami ISK, Pasien C mengalami IADP , Pasien D
mengalami ISK

-Denominator IADP = 5 + 6 + 4 + 5 + 3 = 23
-Denominator ISK = 4 + 5 + 5 + 3 + 3 + 4 = 24

- Rate IADP = 1 / 23 x 1000 = 43,5/ 1000 hari pemasangan infus


-- Rate ISK = 2/24 x 1000 = 86,95/ 1000 hari pemasangan Kateter Urine
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai