Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN PADA

NEONATUS DENGAN
JEJAS PERSALINAN

NI WAYAN MURNIATI,SST.
MATERI

1. Caput sucsedaneum
2. Cepal hematoma
3. Trauma pada pleksus
brakhialis
4. Fraktur klavikula dan
fraktur humerus
ASUHAN NEONATUS DENGAN
JEJAS PERSALINAN

 Cedera lahir merupakan


kelainan pada bayi baru lahir
yang terjadi karena trauma lahir
akibat tindakan, cara persalinan
atau gangguan persalinan.
 Insiden jejas lahir : 2-7 per 1000
kelahiran hidup.
 Insiden kematian bayi pasca jejas

kelahiran:
 Trauma lahir akibat proses persalinan

: 5-8 per 100.000 kelahiran hidup.


 Trauma jejas anoksia 25 per 100.000

kelahiran hidup
Dampak Jejas Persalinan
 Adanya cacat seperti :
kelumpuhan, penurunan
kecerdasan (IQ rendah)
 Kecemasan dari keluarga

terutama orang tua


 Kematian
Faktor predisposisi :
 Janin : makrosomia, prematur,

CPD, distosia bahu, kelahiran


lama setelah ketuban pecah.
 Proses persalinan : FE, Vacum

Ekstraksi, ekstraksi bokong.


1. CAPUT SUKSEDANEUM
 Pembengkakan yg terjadi
pd suatu tempat di kepala
bayi krn adanya
oedema/timbunan cairan
getah bening dibawah
lapisan aponerosa di luar
jaringan periosteum pd
kepala bayi.
Lanjutan……
Merupakan oedema dari kulit kepala bayi
yang terjadi akibat tekanan jalan lahir
terhadap kepala. Tekanan meningkat pada
pembuluh darah di daerah yg ditekan
sehingga serum merembes masuk
jaringan longgar di daerah tekanan dan
daerah yg lebih rendah
PENYEBAB
 Terjadi bila ketuban
sudah pecah, his kuat,
anak hidup, selalu
terjadi pada bagian
yang terendah dari
kepala
 Terjadi pada
persalinan lama,
persalinan dengan
vakum ekstraksi
Gejala :
 Adanya oedema
 Pada perabaan teraba lembut dan lunak
 Oedema dapat melampaui / melewati sela-sela
tulang tengkorak (sutura) dan tidak berbatas
tegas/jelas
 Oedema ini secara bertahap diabsorbsi dan
menghilang dalam beberapa jam setelah
lahir/dalam 2-4 hari setelah lahir
 Tidak teraba fluktuasi
PENATALAKSANAAN

 Konseling ibu dan keluarga bahwa bayi tidak


memerlukan penanganan khusus
 Yakinkan ibu bahwa keadaan ini dapat
menghilang dalam waktu 2-4 hari
 Pada daerah caput diolesi dengan
yodium/betadine (bila ada luka) untuk mencegah
infeksi
Lanjutan……

 Minta ibu / keluarga untuk tidak memanipulasi


bagian kepala bayi yang mengalami jejas seperti
massage atau memberi ramuan
 Observasi ketat tanda-tanda bahaya(komplikasi)
bila ada, rujuk/konsultasi/ kolaboarasi sesuai
dengan kondisi bayi
2. CEPHAL HEMATOMA
Perdarahan subperiosteal
akibat kerusakan jaringan
periosteum krn tarikan atau
tekanan jalan lahir dan tdk
pernah melampaui batas
sutura.
Kejadian : 0,5 – 2 % dari

kelahiran hidup
Lanjutan….
 Sering terjadi di daerah temporal/parietal di
kepala disebabkan karena adanya penumpukan
darah didalam jaringan periosteum
 Akibat robeknya pembuluh darah yg terletak
antara tulang kepala dan periosteum
 Risiko yang mengancam : anemia, fraktur
tulang tengkorak di bawahnya, perdarahan
intrakranial
Penyebab :
 Partus dengan tindakan
forceps/vakum

 Karena tekanan pada jalan


lahir terlalu lama pada
waktu persalinan
 Molase terlalu keras
sehingga selaput kepala
tengkorak robek
Gejala :
 Kepala bengkak dan berwarna
merah/lebam karena penimbunan
darah di daaerah periosteum
 Terjadinya perdarahan secara lambat
 Batas jelas dan tidak melewati sutura
 Bengkak timbul beberapa jam/hari
setelah lahir
 Pada perabaan/palpasi terasa agak
keras dan teraba fluktuasi
 Chepal hematoma memerlukan waktu
berminggu-minggu sampai dapat
diabsorpsi kembali seluruhnya (1-3
bulan)
PENATALAKSANAAN
 Bayi diangkat seperlunya saja (saat
menyusu)
 Konseling ibu dan keluarga bahwa bayi
tidak memerlukan penanganan khusus
 Minta ibu / keluarga untuk tidak
memanipulasi bagian kepala bayi yang
mengalami jejas seperti massage atau
memberi ramuan
Lanjutan…..

 Tidak boleh dilakukan aspirasi pada cairan


darah
 Observasi ketat tanda-tanda

bahaya(komplikasi). Bila ada,


rujuk/konsultasi/ kolaborasi sesuai dengan
kondisi bayi.
PERBEDAAN
Caput suksedaneum Cephal hematom
 Ada waktu lahir dan Adasesudah lahir dan
mengecil setelah lahir membesar setelah lahir

 Tidak teraba fluktuasi Teraba fluktuasi


 Melewati batas tulang Tidak melewati batas
tengkorak atau sutura tulang tengkorak atau
sutura
 Hilang sendiri dalam Hilang sendiri dalam
beberapa jam sampai 2- 4 beberapa minggu/bulan (±
hari 1-3 bulan)
TRAUMA PLEKSUS BRAKIALIS
 Kelumpuhan yang
terjadi pada
pleksus brachialis
akibat dari
perlukaan susunan
saraf (otot
ekstremitas atas)
Penyebab :
 Paralysis brakialis
terjadi akibat tarikan
kuat didaerah leher
saat bayi lahir
sehingga terjadi
kerusakan pada
pleksus brakialis.
Terutama pada
distosia bahu
(letsu/letkep)
Bentuk trauma dibagi 3 :
1. Paralisis Duchenne-Erb (paralysis lengan
atas) : kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang
di sarafi oleh cabang-cabang Cervikal 5(C5)
dan cervikal 6(C6) dari pleksus
brakialis.DISTOSIA BAHU
2. Paralisis Klumpke (paralysis lengan
bawah) : kelumpuhan bagian-bagian tubuh
yang disarafi oleh cabang-cabang Cervikal
dan Thorakal 1(Th1) dari pleksus
brakhialis. SUNGSANG
Lanjutan…….

3. Paralysis Total pada pleksus


brakialis (lengan atas dan bawah) :
Paralisis otot lengan bagian dalam yaitu
kerusakan yang terjadi pada serabut
pleksus brakhialis lebih luas dan dalam
yang berakibat fungsi otot ekstrimitas atas
akan hilang.
a. Paralisis Duchenne-Erb(paralysis
pada lengan atas)

 Terjadi kelemahan pada lengan untuk


fleksi dan abduksi, disertai hilangnya
refleks moro pada salah satu lengan.
 Lengan pada posisi aduksi dan lengan
bawah pronasi serta telapak tangan ke
arah belakang.
Gejala Paralisis Duchenne-Erb:
 Gangguan motorik
lengan atas
 Lengan atas dalam

keadaan ekstensi dan


aduksi
 Jika anak diangkat maka

lengan atas lemas


tergantung
 Reflek moro negatif
b. Paralisis Klumpke
(Paralysis pada lengan bawah)
 Timbulnya kelemahan pada otot
pergelangan sehingga bayi kehilangan
reflek mengepal. Paralysis ini jarang
sekali terjadi.
Gejala :
 Inter ekstensi dan tidak bisa fleksi pada
jari-jari
 Reflek meraih tidak ada
c. Paralysis Total dari pleksus
brakialis (Lengan atas dan
bawah)
 Paralysis dari lengan atas dan
bawah sering ditemukan miosis
(kematian otot)
Penatalaksanaan
Paralisis Duchenne-Erb :
 Immobilisasi dilakukan dengan cara fiksasi
lengan yang sakit dalam posisi yang berlawanan
dengan posisi karakteristik kelumpuhan.
 Lengan yang sakit difiksasi dalam posisi abduksi
90°, fleksi 90° pada sendi siku, supinasi penuh
lengan bawah, dan telapak tangan menghadap ke
wajah.
Lanjutan....
 Pertahankan posisi selama 1-2

minggu
 Penyembuhan biasanya terjadi

stlh beberapa hari dan bisa 3-6


bln
Penatalaksanaan Paralisis
Klumpke dan Paralisis Total :
 Immobilisasi dengan memasang bidai pada telapak
tangan dan sendi tangan yang sakit pada posisi
netral yang selanjutnya diusahakan program
latihan.
 Pada paralisis ini, perlu dilakukan pemeriksaan
neurologik.
 Pengobatan fisioterapi atau tindakan operatif
terhadap kerusakan berat,belum menunjukan hasil
yang memuaskan.
4. FRAKTUR KLAVIKULA
 Suatu keadaan dimana terjadi patah
tulang pada daerah klavikula.
 Merupakan trauma lahir pada tulang
yang paling sering dijumpai dibanding
dengan trauma tulang lainnya
 Ditemukan pada kelahiran letak kepala
yang mengalami kesukaran pada waktu
melahirkan bahu, atau pada lahir
sungsang dengan tangan menjungkit
keatas.
 Sering disertai dengan paralisis
brachialis
Penyebab :
 Terjadinya kemacetan pengeluaran bahu pada

persalinan terutama pada kelahiran letak


sungsang atau letak kepala pada bayi besar.

Jenis Fraktur Klavikula :


1. Fraktur Greenstick : paling sering terjadi, retak
tidak sampai tulangnya terpisah
2. Fraktur total : jarang terjadi, tulang sampai
patah (tulang terpisah)
1. Greenstick
 Secara klinis sering tidak diketahui segera
setelah lahir tetapi setelah 1 – 2 minggu
kemudian timbul kalus.
 Gejala klinis :
 Gerakkan tangan kanan dan kiri tidak

sama
 Reflek moro asimetris

 Bayi akan menangis saat dilakukan

palpasi tulang klavikula


 Tangan yang sakit gerakannya pasif
2. Fraktur Total :

 Pada palpasi terdapat krepitasi


tulang
 Deformitas pada tulang

klavikula
 Diagnosa pasti dibuat dengan

pemeriksaan radiologi
PENATALAKSANAAN
 Imobilisasi lengan untuk mengurangi rasa sakit
dan mempercepat pembentukan kalus
 Imobilisasi dalam posisi abduksi 600 dan fleksi
900 dari siku yang terkena.
 Umumnya 7 – 10 hari rasa sakit telah
berkurang dan pembentukkan kalus sudah
terjadi
 Lengan difiksasi pada tubuh. Selanjutnya
dirujuk
Prognosis
 Baik, karena dalam beberapa

bulan telah terbentuk tulang


yang normal
Fraktur Humerus
(Patah Tulang Pangkal Lengan)

 Lebih jarang terjadi.


 Kelainan ini terjadi akibat
kesalahan teknis dalam
melahirkan lengan pada
persalinan kepala atau
letak sungsang dengan
lengan menumbung ke
atas.
Penyebab :

 Akibat kesukaran melahirkan tangan yang


menjungkit pada presentasi kepala sehingga
terjadi tekanan yang keras dan langsung pada
tulang humerus oleh tulang pelvis.

Fraktur Humerus dibagi menjadi 2 :


 Greenstick dan total (sama dengan fraktur

klvikula)
Gejala :
 Berkurangnya gerakkan pada tangan yang
sakit
 Refleks moro asimetris
 Deformitas
 Krepitasi disertai rasa sakit
 Bayi lebih rewel
 Diagnosa pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan radiologi
PENATALAKSANAAN
 Imobilisasi lengan selama 2-4 minggu dengan fiksasi

bidai
 Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang

terkena dan dada dari ketiak sampai siku


 Balut lengan atas sampai ke dada dengan kasa pembalut

 Fleksikan siku 900 dan balut dengan kasa pembalut lain

 Balut lengan atas menyilang dinding perut. Yakinkan

talipusat tidak tertutup kasa pembalut


 Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih

lengkap

Anda mungkin juga menyukai