Anda di halaman 1dari 22

RESUME

MASALAH-MASALAH ATAU PENYAKIT YANG LAZIM TIMBUL


PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK USIA PRA SEKOLAH

Oleh :
Isha Giovani Calista Ramadhani
(P17331203023)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2022/2023
A. Caput Succedaneum
 Definisi
Caput Succedaneum adalah benjolan yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir
kepada kepala bayi baru lahir dan melampaui sutura garis tengah. Atau bisa juga disebut
dengan pembengkakan difus, kadang kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada
jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah yang terjadi pada
kelahiran verteks. Karena tekanan ini maka vena tertutup. Tekanan dalam vena kapiler
meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan
pada tempat yang terendah. Caput ini dapat meluas menyilang garis tengah dan
menyilang garis sutura. Edema menghilang pada beberapa hari pertama tidak diperlukan
pengobatan khusus, tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi foto
terapi untuk hiperbilirubinemia.
Letak caput succedaneum bermacam-macam tergantung pada posisi kepala bayi. Pada
posisi occipito anterior (OA) caput terbentuk di vertex, yakni di sebelah kanan sutura
sagittalis pada occipito anterior kiri (LOA) dan sebelah kiri pada occipitiantori kanan
(ROA). Pada waktu fleksi menjadi lebih jelas dalam persalinan maka bagian belakang
vertex menjadi bagian terendah dan caput terbentuk pada daerah itu, sedikit disebelah
kanan atau kiri dari sebelumnya. Jadi kalau posisinya LOA maka caput terletak di bagian
belakang os parietale kanan, dan pada ROA di bagian belakang os parientale kiri (oxorn,
2010). Caput succedaneum ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala, sesuai dengan
posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat
pengeluaran serum dari pembuluh darah.
 Etiologi
Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi
sebatas caput dapat juga karena partus lama dan persalinan dengan vakum ekstrasi.
 Patofisiologi
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala. Ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan
tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang
kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini
umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai
dua hari (Markum, 1991).
 Tanda dan Gejala
Menurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda
dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagai
berikut:
1. Adanya edema di kepala
2. Pada perabaan teraba lembut dan lunak
3. Edema melampaui sela – sela tengkorak
4. Batas yang tidak jelas
5. Biasanya menghilang sekitar 2-3 hari tanpa pengobatan
 Penatalaksanaan
Ukuran dan letak Caput Succedaneum dicatat dan area yang terkena diamati sampai
pembengkakan menghilang. Biasanya sekitar 3 hari dan tidak dibutuhkan pengobatan.
Tetapi orang tua harus diingatkan bahwa kondisi tersebut adalah relatif umum dan
sementara. Jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk
hiperbilirubinemia (Persis Mary Hamilton,1995).

B. Cephal Haemoatome
 Definisi
Cephal hematoma adalah Pengumpulan darah dibawah periost dan biasanya terjadi
pada os parietal. Cephal hematoma yaitu Pembengkakan pada kepala karena adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Perdarahan sub
periostium akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum. Kerusakan
jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui
batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal
atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P. Sarwono.2002.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998;
Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan). Menurut letak jaringannya yang terkena
dibedakan menjadi 2 jenis: subgaleal, terjadi di bawah galea aponeurotica, benjolan
terlihat melewati garis tengah (sutura) kepala bayi, dan subperiostale,  terjadi antara
periosteum dan korteks tulang.
 Etiologi
Kelainan ini akibat partus lama, persalinan dengan vakum ekstrasi atau cunam dan
persalinan sungsang yang mengalami kesulitan untuk melahirkan kepala bayi.
 Patofisiologi
Patofisiologi dari cephal hematoma dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Terjadinya perobekan dari pembuluh darah yang terdapat dan melewati tulang kepala
ke arah jaringan periosteum. Kondisi robeknya pembuluh darah ini disebabkan oleh
persalinan yang berlangsung terlalu lama. Kondisi ini dapat diidentifikasikan
bentuknya ketika terlihat adanya timbunan daerah di bagian subperiosteal yang
berwujud seperti benjolan.
2. Bagian kepala yang hemtoma biasnaya berwarna merah akibat adanya penumpukan
daerah yang perdarahan sub periosteum. (Menurut: FK. UNPAD. 1985. Obstetri
Fisiologi Bandung)
 Tanda dan Gejala
1. Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietalBerupa benjolan timbunan
kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai
umur 1-2 tahun. Tempatnya tetap.
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak
(tidak melewati sutura).
6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok
pada tekanan dan berfluktuasi.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
 Penatalaksanaan
Cephalhematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya
benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama
menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1. Cegah infeksi bila ada permukaan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering
dan bersih.
2. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephalhematoma.
3. Pemberian vitamin K
4. Pemeriksaan radiologi, bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar
observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan.
5. Pantau hematokrit
6. Rujuk bila ada fraktur tulang tengkorak, Chepalhematoma yang terlalu besar.
7. Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh/mengalami resolusi
dalam 2-8 minggu.
8. Bayi dengan Chepalhematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena
pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.

C. Brachial Palsy
 Definisi
Pleksus Brakialis adalah sekelompok lima saraf yang menghubungkan tulang
belakang ke lengan dan tangan. Saraf ini memungkinkan bahu, lengan, tangan, dan jari
untuk merasakan dan bergerak. Jika saraf pleksus brakialis ini tidak bekerja, kondisi ini
disebut kelumpuhan pleksus brakialis. Brachial Palsy atau yang sering disebut juga Lesi
plexus brachialis adalah cedera jaringan saraf yang berasal dari C5-11. Jejas pada fleksus
brachialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan
bawah atau tanxu paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brachialis
sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala
dan leher selama persalinan bahu pada presentasi vertex atau bila lengan diekstensikan
berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada
bahu (Rukiyah, Ai Yeyeh.2013. Asuhan neonates bayi dan anak balita, Jakarta: Trans
Info Media).
 Etiologi
Lesi fleksus brachialis dapat terjadi saat prenatal atau selama proses kelahiran traksi
digunakn pada leher. Cedera tersebut dapat terjadi pada kelahiran persentasi bokong atau
kelahiran yang diperberat oleh distosia bahu. Lesi fleksus brachialis biasanya terjadi pada
bayi besar. Kelainan ini timbul akibat tarikan pada daerah pada leher saat melahirkan
bayi sehingga terjadi kerusakan pada fleksus brachialis. Biasanya di temukan pada
kelahiran sunsang bila terjadi kontraksi yang kuat saat pengeluaran kepala bayi. Pada
persalinan letak kepala, kelainan ini dapat terjadi pada kasus distosia bahu. Pada kasus
tersebut kadang-kadang dilakukan tarikan pada kepala yang agak kuat kebelakang untuk
melahirkan bahu depan (Sarwono Prawirohardjo, 2013).
 Patofisiologi
Lexi pleksus brakialis dianggap disebabkan oleh traksi yang berlebihan diterapkan
pada saraf. Cedera ini bisa disebabkan karena distosia bahu, penggunaan traksi yang
berlebihan atau salah arah, atau hiperekstensi bayi sungsang. Mekanisme ukuran panggul
ibu yang terlalu sempit dan ukuran bahu bayi yang terlalu lebar serta posisi janin juga
menentukan selama proses persalinan cedera pada pleksus brakialis. Secara umum, bahu
anterior terlibat Ketika distosia bahu, namun lengan posterior biasanya terpengaruh tanpa
adanya distosia bahu. Karena traksi yang kuat diterapkan selama distosia bahu adalah
mekanisme yang tidak bisa dipungkuri dapat menyebabkan cedera pleksus brakialis.
Kompresi yang berat dapat menyebabkan hematome intraneural, dimana akan menjepit
jaringan saraf sekitarnya.
 Tanda dan Gejala
1. Pada paralisis Erb-Duchenne kelemahan lengan untuk fleksi abduksi serta memutar
keluar disertai hilangnya refleks biseps dan moro. Lengan berada dalam posisi aduksi
dan putaran ke dalam dengan lengan bawah dalam pronasi dan telapak tangan melihat
ke belakang.
2. Pada paralisis klumpke kelemahan otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan
refleks mengepal.
3. Pada paralisis saraf frenikus suara napas berkurang pada sisi yang terkena. Dorongan
diafragma sering dapat diraba tepat di bawah tepi kosta pada sisi normal, dan hal ini
tidak dijumpai pada sisi yang terkena.
4. Pada palsi saraf fasialis bila bayi menangis gerakan hanya terdapat pada sisi yang
tidak paralisis dan mulut tertarik pada sisi tersebut. Jika sisi yang terkena dahi halus
maka mata tidak dapat ditutup dan sudut mulut turun.
 Penatalaksanaan
1. Tindakan umum
 Orang tua di ajarkan untuk meluruskan lengan bayi beberapa kali sehari.
 Pasien dirujuk ke dokter bedah ortopedi untuk pemantauan dan tatalaksana lebih
lanjut
 Observasi dan Fisioterapi dengan gerakan dan terapi panas.
2. Tindakan khusus
 Terapi Fisik, dilakukan oleh terapis okupasi, untuk membantu dan mengedukasi
orang tua agar dapat melakukan latihan peregangan dan ROM pasif dirumah.
 Operasi, rekonstruksi saraf dapat dilakukan dengan mikroskop operasi dengan
perbaikan langsung atau grafting saraf terluka jika fungsi pasien tidak kembali
dalam 6 bulan.
 Transfer tendon, dapat dilakukan untuk memulihkan rotasi eksternal ke bahu.
 Rilis rotator internal yang ketat, atas indikasi.
 Osteotomi humerus, merupakan cara lain mengembalikan posisi eksternal.
 Transfer otot, untuk memulihkan fleksi siku, terutama transfer Latissimus.

D. Farktur Humerus
 Definisi
Pengertian fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa pada tulang humerus atau rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
pada tulang humerus. Fraktur humerus diklasifikasikan menjadi tiga: Fraktur proksimal
humerus (Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, bengkak, nyeri tekan, nyeri pada
saat digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan
pinggang setelah terjadi cedera), Fraktur shaft humerus (Gejala klinis pada jenis fraktur
ini adalah nyeri, bengkak, deformitas, dan dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan
yang fraktur) dan Fraktur distal humerus (Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada
daerah siku dapat terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien
akan mengeluhkan siku lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan terdapat
nyeri tekan, krepitasi, dan neurovaskuler dalam batas normal)
 Etiologi
Kebanyakan fraktur dapat terjadi karena kegagalan tulang humerus menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.
 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley.A. Graham. 1997). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari tekanan yang dapat ditoleransi tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall,
1997). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam konteks
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
 Tanda dan Gejala
Gejala klinis dapat diketahui dengan: Berkurangnya gerakan tangan yang sakit,
Reflek moro asimetris, Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa
sakit, Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak fraktur umumnya diaderah
diafisi, Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur humerus: Beri bantalan kapas atau kasa antara lengan yang
terkena dan dada dari ketiak sampai siku, Balut lengan atas sampai dada dengan kasa
pembalut, Fleksikan siku 90 derajat dan balut dengan kasa pembalut lain, balut lengan
atas menyilang dinding perut. Yakinkan bahwa tali pusat tidak tertutup kasa pembalut,
Imobilisasi lengan selama 2-4 minggu
E. Perdarahan Intra Cranial
 Definisi
Pendarahan intra cranial adalah pendarahan di dalam tengkorak yang dapat
menyebabkan kematian. Perdarahan intra cranial dapat terjadi dalam parenkim otak atau
ruang meningeal sekitarnya. Perdarahan dalam meninges atau ruang potensial yang
terkait, termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan hemorrhagia
subarachnoid. Trauma kranial juga penyebab umum dari perdarahan intraserebral.
 Etiologi
Etiologi perdarahan intra cranial dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni
Penyebab nontraumatik di antaranya adalah peningkatan tekanan darah, misalnya akibat
eklampsia atau hipertensi. Penyebab traumatik perdarahan intra cranial berupa cedera
otak traumatik yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak dan perdarahan.
Risiko perdarahan akan meningkat pada pasien yang menggunakan antikoagulan seperti
warfarin dan heparin.
 Patofisiologi
Patofisiologi perdarahan intra cranial bergantung dari penyebab terjadinya, dapat
berupa traumatik dan nontraumatik. Perdarahan intra cranial traumatik terjadi akibat
proses trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Pada perdarahan intra
cranial nontraumatik, perdarahan disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan
pada
pembuluh darah.
 Tanda dan Gejala
Pada anak usia kurang dari 1 tahun, perdarahan intra cranial seringkali tidak
memberikan gambaran klinis yang jelas. Risiko terjadinya kerusakan intra cranial seperti
perdarahan dapat meningkat 4 kalinya pada anak yang disertai dengan fraktur kepala,
sedangkan pada anak yang tidak ada fraktur kepala bukan berarti tidak akan terjadi
kerusakan intra cranial melainkan resikonya sangat sedikit. Gejala klinis perdarahan intra
cranial yang tersering ialah ; kejang, pucat, muntah dan ubun-ubun membonjol. Gejala
akut perdarahan intra cranial sering kali sulit dibedakan dari stroke iskemik. Beberapa
gejala yang sering ditemukan yaitu: Nyeri kepala, Mual dan muntah, Kejang, Gejala
neurologis fokal dan generalisata, Koma.
 Penatalaksanaa
Beberapa langkah awal yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan intrakranial,
antara lain:
 Melakukan intubasi untuk memastikan jalan nafas pasien, terutama pada pasien
dengan penurunan kesadaran. Lakukan pemeriksaan neurologis sebelum memberikan
agen sedasi dan paralisis
 Menurunkan tekanan darah dengan perlahan hingga target mean arterial
pressure (MAP) < 130 mmHg. Tekanan darah tinggi berhubungan dengan ekspansi
hematoma dan prognosis yang buruk dan Stabilisasi tanda vital.

F. Muntah dan Gumoh


 Definisi
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen
(Markum, 1992). Pada masa neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu, bila terjadi
muntah maka harus segera dilakukan observasi terhadap kemungkinan adanya gangguan
muntah yang harus dibedakan dengan regurgitasi.
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat
setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya hanya sedikit. Muntah
susu adalah hal yang agak umum terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini
tidak akan mengganggu pertambahan berat badan yang memuaskan, pada umumnya
disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui. Gumoh dalam istilah
kedokteran disebut regurgitasi. Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang
terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi.
 Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan
infeksi, juga karena gangguan psikologis seperti cemas. Muntah harus dibedakan dengan
gumoh/regurgitasi.
 Patofisiologi
Catatan Depkes pada tahun 2010 sekitar 70% bayi berumur dibawah 4 bulan
mengalami gumoh menimal 1 kali dalam sehari akan berkurang seiring bertambah usia.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hegar dkk. (2013), gumoh banyak terjadi pada
usia 0-3 bulan, frekuensinya kadang-kadang mencapai 1-4 kali dalam sehari. Gumoh
akan menjadi gejala patologis apabila frekuensinya lebih dari 2 kali sehari selama lebih
dari 2 hari/minggu. Pada gejala gumoh yang patologi juga ditemukan adanya penurunan
berat badan (Mohan, 2002), selain itu bayi juga sering menangis, tidak mau makan atau
disfagia dan adanya gangguan pernapasan (Hegar, 2013). Lebih kurang 25% orang tua
dari bayi tersebut menganggap regurgitasi sebagai suatu masalah. Isi dari cairan lambung
yang masuk ke dalam kerongkongan dapat berupa air liur, makanan-minuman, asam
lambung, pankreas, atau empedu.Gumoh yang berlanjut dengan volume banyak dan
frekuensi sering dapat menyebabkan paparan asam lambung pada dinding keronkongan
meningkat pula, sehingga merusak dinding kerongkongan (esofagitis). Pada keadaan
normal, asam yang ada di dalam kerongkongan akan dibersihkan oleh gerakan peristaktik
dari kerongkongan dan produksi air liur yang ditelan setiap saat oleh anak.
 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami muntah yaitu: Keluar
bahan muntahan dari lambung melalui mulut bayi dalam jumlah banyak dimana bayi juga
mengalami batuk saat memuntahkan isi lamungnya, Dapat terjadi kehilangan cairan, Bila
minum terjadi ketosis, yang menyebabkan asidosis sehingga menjadi shock bila muntah
hebat, terjadi ketegangan otot dinding perut, perdarahan konjunctiva, rupture esophagus
dan aspirasi muntah.
Tanda dan gejala gumoh yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami Muntah yaitu:
Mengeluarkan kembali susu saat diberikan minum, Gumoh yang normal terjadi kurang
dari empat kali sehari, Tidak sampai mengganggu pertumbuhan berat badan bayi, Bayi
tidak menolak minum
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi yang mengalami muntah yaitu :
1. Kaji faktor penyebab
2. Beri suasana tenang
3. Berikan makanan dengan kalori cukup dan mudah dicerna dan minuman manis.
Setelah 6 jam tidak mengalami muntah, bayi dapat makan buah dan sereal. Jumlah
makanan diberikan secara bertahap.
4. Kaji sifat muntah
5. Lanjutkan pemberian ASI, bila muntah berhenti
6. Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah
7. Berikan pengobatan yang bergantung pada faktor penyebab
8. Bila muntah tetap berlanjut, segera kolaborasi dengan tim medis

Penatalaksanaan pada bayi yang mengalami gumoh yaitu :


1. Perbaiki teknik menyusu
2. Perbaiki posisi botol saat menyusu
3. Setelah bayi minum, usahakan bayi disendawakan

G. Oral trush
 Definisi
Oral trush adalah kandidiasis membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan
munculnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping dimulut,
ulkus dangkal, demam dan adanya iritasi gastro intestinal. Oral trush ada 3 jenis yaitu
Stomatitis Apthosa (Sariawan ini akibat adanya trauma), Oral Thrush Moniliasis
(Disebabkan oleh jamur candida albican), Stomatitis Herpetic (Disebabkan virus herpes
simplek dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan).
 Faktor Penyebab Terjadinya Oral Trush
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan
melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi
melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.
Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Oral trush juga dapat terjadi
karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut (Kukuh
Rahardjo, Marmi, 2015). Penggunaan antibiotik pada saat persalinan dan saat bayi anda
lahir dapat memicu terjadinya infeksi jamur. Antibiotik yang diminum ibu dapat melalui
ASI dan membunuh bakteri-bakteri baik yang menjaga keseimbangan flora normal tubuh,
sehingga saat bakteri baik ini terbunuh oleh antibiotik, infeksi jamur muncul.
 Tanda dan Gejala
Gejala oral thrush mudah dikenali, yaitu lidah yang menjadi agak licin, berwarna
kemerah-merahan, timbul luka di bagian bawah dan pinggir atau pada belahan bagian
tengah lidah. Pada pipi bagian dalam, tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat
bejolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.
 Penatalaksanaan
Oral Trush Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya. Tetapi lebih
baik jika diberikan pengobatan dengan cara :
1. Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi.
2. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan pemberian
antibiotika berspektrum luas.
3. Menjaga kebersihan mulut bayi dan puting susu ibu.
4. Pada bayi yang minum susu dengan mengunakan botol, harus mengunakan teknik
steril,
5. Memberikan obat antijamur.

H. Diaper rush
 Definisi
Diaper rush adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa terjadi jika ia
popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi
jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam Popok adalah peradangan di daerah yang
tertutup popok, seperti sekitar alat kelamin, pantat, dan pangkal paha bagian dalam.
Ruam popok sering dialami oleh bayi baru lahir. Biasanya berwarna kemerahan disertai
lecet-lecet ringan dan gatal. Ruam popok terjadi karena ada gesekan antara popok dengan
kulit bayi. Hal ini karena kulit bayi masih sangat peka dan sensitif. Jika dia memakai
popok maka kulitnya otomatis tertutup, akibatnya kulit menjadi lembab. Kelembaban
yang berlebihan inilah yang memicu timbulnya ruam popok.
 Etiologi
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis,
napkin dermatitis ), antara lain :
1) Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
2) Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera
diganti setelah pipis atau BAB (feces).
3) Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
4) Alergi bahan popok.
5) Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.
6) Kebersihan kulit yang tidak terjaga.
7) Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing.
8) Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
9) Akibat mencret
10) Reaksi kontak terhadap karet, plastik, detergen
 Patofisiologi
Menurut retasaya (2008)patofisiologi diaper rush adalah iritasi yang terjadi saat kulit
lembaba karena faktor keringat,urine,dan fases.kulit lembab dan jenis popok yang di
gunakan akan memudahkan terjadinya gesekan pada kulit yang mana akan menimbulkan
iritasi kulit .Peningkatan ph kulit di karenakan oleh ammonia pada urine dan akfitasi
protease dan lipase feses yang akan menjadikan urin menjadi alkali .Urin yang bersifat
alakali disertai dengan pengeluaran feses akan meningkatkan iritasi kulit.
 Tanda dan Gejala
1) Iritasi pada kulit.
2) Crupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan, perut bawah
paha atas.
3) Keadaan lebih parah terdapat : crythamatosa.
4) Kulit kemerahan dan lecet.
5) Kulit pada lipatan kaki lecet dan berbau tajam.
6) Awal ruam biasanya timbul di daerah kelamin, bukan di dubur.
7) Beruntutan di daerah kelamin, pantat, dan pangkal paha.
8) Timbul lepuh-lepuh di seluruh daerah popok.
9) Bila penyakit telah berlangsung lebih dari 3 hari, daerah tersebut sering terkolonisasi
( ditumbuhi) oleh jamur, terutama jenis Candida Albicans, sehingga kelainan kulit
bertambah merah dan basah.
10) Mudah terjadinya infeksi kuman, biasanya staphylococcus aureus atau Sreptococcus
beta hemolyticus sehingga kulit menjadi lebih bengkak, serta di dapatkan nanah dan
keropeng.
11) Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri.
 Penatalaksanaan
Beberapa tata laksana yang dapat dilakukan, antara lain :
1) Menjaga higienitas area popok dengan membersihkan area popok dengan baik
dan mengganti popok lebih sering,
2) Menggunakan pembersih kulit bebas deterjen.
3) Penggunaan produk topikal, misalnya salep zinc oksida dan petrolatum, dapat
berfungsi untuk memperbaiki sawar kulit, dan bertindak sebagai barrier antara
kulit dengan popok.
4) Antibiotic

I. Seborhoea
 Definisi
Seborrhea adalah sebum lemak yang berlebihan, terjadi pada 3 bulan pertama
kehidupan. Ketika menyerang kulit kepala dikenal dengan sebutan ketombe. Namun
sebenarnya seborrhea dapat menyerang bagian wajah, sekitar hidung dan mata dan bulu
mata. Seborrhea juga dikenal dengan sebutan topi kulit karena pada keadaan kronis
seluruh permukaan kulit kepala dapat tertutupi oleh kerak berwarna putih dan
menimbulkan gatal dan dapat menimbulkan perlukaan.
 Etiologi
Seborrhea. beberapa ahli yang menyatakan ada beberapa faktor penyebab Seborrhea,
yaitu sebagai berikut:
1) Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya faktor keturunan dari orang
tua.
2) Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori.
3) Asupan minuman beralkohol.
4) Adanya gangguan emosi.
5) Kelenjar minyak pada bayi biasanya bekerja terlalu aktif akibat tingginya kadar
hormon ibu yang mengalir didalam tubuh bayi.
6) Pengaruh hormon ibu biasanya hanya berlangsung pada bulan-bulan pertama
kehidupan sikecil.
 Patofisiologi
Patofisiologi dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu:
1) Kelenjar sebasea mensekresi lipid pada permukaan kulit.
2) Kolonisasi Malassezia pada area kulit yang mengandung lipid.
3) Malassezia mensekresi lipase, menghasilkan asam lemak bebas dan lipid peroksida
yang mengaktifkan respons inflamasi.
4) Sistem imun menghasilkan sitokin seperti IL-1α, IL-1ß, IL-2, IL-4, IL-8, IL-10,IL-
12, dan TNF-α, menstimulasi keratinosit untuk diferensiasi dan proliferasi.
5) Kerusakan barrier kulit menyebabkan lesi eritema, pruritus, dan skuama.
 Tanda dan Gejala
Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai
dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan. Dermatitis seboreik biasanya
timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala
(ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang
lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di
sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.
Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan
ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak
sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam
di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis
seboroik menyebabkan timbulnya
ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
 Penatalaksanaan
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim
hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang
lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan krim,
lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang
digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc
pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat
yang dijual bebas dan sebagian digolongka sebagai kosmetik, produk-produk tersebut
hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab
ketombe.
J. Bisulan
 Definisi
Bisul merupakan infeksi kulit berupa benjolan, tampak memerah, yang akan
membesar, berisi nanah dan terasa panas, dapat tumbuh di semua bagian tubuh, namun
biasanya tumbuh pada bagian tubuh yang lembab, seperti : leher, lipatan lengan, atau
lipatan paha, kulit kepala. Penyakit kulit seperti bisul dan eksim dapat disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus (Jawetz : 2008).
 Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis) yang
menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus (nanah) yang dekat sekali dengan kulit
disebut pustula. Pustula ini menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis, sehingga pus di
dalam dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya (furunkel) sendiri
berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang pus yang berada di dalam bisul
diserap sendiri oleh tubuh, tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang yang ada di
kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau robekan
pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan
sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel
PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau
peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang
dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan
inflamasi dan terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).
 Tanda dan Gejala
Gejala yang dimunculkan memang mirip Gatal-gatal, Nyeri, Berbentuk kerucut dan
"bermata", Berbentuk kubah, Demam
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bisulan pada anak yaitu Satu benjolan kecil atau bekas gigitan
nyamuk sebaiknya jangan digaruk, karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan
kuman masuk. Calon bisul bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya terjaga dan
tidak tercemar bakteri. Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah
pecah biasanya akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Pemberian krim
antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral, tergantung pada kondisi bisulnya.
Antibiotik itu bertujuan untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya
akan kempes dan kering.

K. Miliariasis
 Definisi
Milliariasis merupakan penyakit kulit lainnya selain iritasi kulit yang sering dialami
bayi, gangguan kulit ini juga dikenal dengan dengan sebutan keringat buntet. Miliaria
terbagi menjadi beberapa jenis sesuai letak obstruksi duktus, yakni miliaria kristalina,
miliaria rubra, dan miliaria profunda. Miliaria rubra adalah jenis miliaria yang paling
banyak ditemukan, terutama pada neonatus dan juga pada orang dewasa yang tinggal di
daerah beriklim tropis. Lesi miliaria rubra yang mengalami superinfeksi bakteri dapat
menimbulkan gambaran miliaria pustulosa.
 Patofisiologi
Patofisiologi miliaria didasari oleh obstruksi pada duktus kelenjar keringat ekrin.
Pada kondisi lingkungan yang panas atau seseorang beraktivitas, akan diproduksi
keringat lebih banyak. Akibat adanya sumbatan pada duktus, keringat yang seharusnya
keluar ke permukaan kulit mengalir balik. Tekanan dari aliran balik keringat
menyebabkan duktus ruptur dan terjadi kebocoran keringat yang masuk ke epidermis atau
dermis sehingga timbul overhidrasi dan pembengkakan sel yang semakin menyumbat
aliran kelenjar keringat. Keringat yang tidak dapat keluar kepermukaan kulit
menimbulkan gejala anhidrosis relatif. Pengeluaran keringat memiliki peran penting
dalam termoregulasi tubuh. Apabila proses pengeluaran keringat terganggu, tubuh tidak
dapat menurunkan suhunya dan bisa timbul heat exhaustion hingga heat stroke.
 Tanda dan Gejala
Tanda-tanda yang dapat diamati saat biang keringat yakni adanya bintil-bintil halus
kemerahan. terutama pada daerah-daerah lipatan tubuh.
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakiti Miliaria yaitu ganti segera baju anak jika sudah basah
dengan keringat, keringkan keringat yang ada biang keringatnya ddengan waslap dan air
bersih, biarkan bayi tanpa baju sesaat sampai kulit dan lipatan-lipatanya tidak bewarna
kemerahan, berikan sedikit ebdak, kenakan baju bersih.
L. Obstipasi
 Definisi
Secara umum, obstipasi adalah pengeluaran mekonium yang tidak terjadi pada 24 jam
pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang
menyangkut, konsistensi feses, dan frekuensi BAB.
 Etiologi
Etiologi dari obstipasi ada 2 yaitu ; obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus
meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus dan obstipasi akibat obstruksi dari
ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya
adanya tumor dalam abdomen yang menekan rektum. Penyebab lain obstipasi ialah :
1) Kebiasaan makan.
2) Hypothyroidisme.
3) Keadaan mental.
4) Penyakit organis.
5) Kelainan kongenital.
6) Ileus obstruktif.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko obstipasi sebagai berikut :
1) Kurang minum dan konsumsi makanan berserat.
2) Khawatir atau cemas terhadap sesuatu, misalnya pindah rumah, pertama kali masuk
sekolah, atau kelahiran adik baru.
3) Cemas atau tertekan saat berlatih buang air besar di kamar mandi.
 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala obstipasi ialah sebagai berikut :
1) Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertana pada bayi
jika tidam mengeluarkan feses selama 3 haru atau lebih.
2) Sakit dan kejang pada perut.
3) Pada pemeriksaan rectal jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang
menyemprot.
4) Feses bedar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum.
5) Bising usus yang janggal.
6) Merasa tidak enak badan, anoreksia, dan sakit kepala, Terdapat luka pada anus.
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal obstipasi ialah :
1) Mencari penyebab obstipasi.
2) Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi,
tambahan cairan dan kondisi psikis.
3) Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk
menegakan kembali defekasi. Pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital,
enema minyak zaitun, laksativa.
Penatalaksanaa lanjut obstipasi ialah :
1) Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak
serat, buah- buahan dan sayur-sayuran.
2) Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan
saja.
3) Peningkatan intake cairan.
4) Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
5) Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai
bisa diberi 1sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari
6) Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.
7) Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus
aprikot, buah prem kering atau prem.
8) Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,
kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam.

M. Bayi meninggal mendadak


 Definisi
Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SKBM) didefinisikan sebagai kematian
mendadak pada bayi atau anak kecil yang tidak terkirakan pada anamnesis dan tidak
terjelaskan dengan pemeriksaan postmortem menyeluruh, yang meliputi autopsy,
penyidikan terjadinya kematian, dan tinjauan riwayat medis keseluruhan.
 Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa SIDS lebih
sering terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap dibandingkan dengan bayi yang tidurnya
terlentang atau miring. Karena itu sebaiknya bayi ditidurkan dalam posisi terlentang atau
miring.
 Tanda dan Gejala
1) Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur.
2) Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan
3) Fungsi saluran nafas atas yang abnormal,
4) Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam
laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea.
5) Abnormalita jantung.

Anda mungkin juga menyukai