Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SIROSIS HEPATIS

DOSEN : Yenni, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom


Disusun Oleh : Kelompok 4
1. Suryani
2. Jakfar
3. Nila Safitri
4. Lidya victorida
  
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Untuk perbedaan hati yang sehat dengan yang sirosis dapat dilihat pada
gambar berikut
Sambungan..
1. Anatomi Hati
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karena
kaya akan persediaan darah.

2.Fungsi Hati
• a. Fungsi hati sebagai organ keseluruhannya diantaranya ialah;
• 1). Ikut mengatur keseimbangan cairan dan elekterolit, karena semua
cairan dan garam akan melewati hati sebelum ke jaringan ekstraseluler
lainnya.
• 2). Hati bersifat sebagai spons akan ikut mengatur volume darah, misalnya
padadekompensasio kordis kanan maka hati akan membesar.
• 3). Sebagai alat saringan (filter)
Sambungan..

b. Fungsi dari sel-serl hati dapat dibagi


1). Fungsi Sel Epitel di antaranya ialah:
a). Sebagai pusat metabolisme di antaranya metabolisme hidrat,
arang, protein, lemak, empedu,Proses metabolisme akan
diuraikan sendiri
 b). Sebagai alat penyimpan vitamin dan bahan makanan hasil
metabolisme. Hati menyimpan makanan tersebut tidak hanya
untuk kepentingan nya sendiri tetapi untuk organ lainya juga.
c).Sebagai alat sekresi untuk keperluan badan kita: diantaranya
akan mengeluarkan glukosa, protein, factor koagulasi, enzim,
empedu.
B. Definisi Sirosis Hepatis
Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa
penyakit ini merupakan stadium terakhirdari penyakit hati kronis
dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).

C. Etiologi
Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat
dipastikan. Tapi ada dua penyebabyang dianggap paling sering
menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:
1. 1. Hepatitis virus
2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.
3. Hemokromatosis
D. Gejalan dan Tanda Klinis
1. GEJALA
Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver
yang mulairusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual,
badanlemah,
kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip la
ba-laba di kulit (spiderangiomas) Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang
terus menerus dan terjadi regenerasinoduler serta ploriferasi jaringan ikat yang
difus.

2. TANDA KLINIS
a. adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.
b. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis
c. Hati yang membesar 
d. Hipertensi portal
E.Komplikasi
Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:
1. Perdarahan
2. Koma hepatikum
3. Ulkus Peptikum
4. Karsinoma Hepatoselular 
5. Infeksi

F. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.
2. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000kalori).
3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas
tidak hepatotoksik.
4. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino
esensial berantai cabang dengan glukosa.
5. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang makan dan minum bahan
yangmengandung alkohol.
G.Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine
b. Tinja
c. Darah
2. Sarana Penunjang Diagnostik
a. Radiologi
b. Ultrasonografi
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)
WOC SIROSIS HEPATIS
ASKEP SIROSIS HEPATIS
• Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
• a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Peningkatan tekanan pada diaframa.
• b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik koloid
• c. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan Kurang pengetahuan
dengan faktor pemberat d. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
• e. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hati
• f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan absorbsi vitamin, karbohidrat dan lemak
• g. Resiko perdarahan h. Resiko cidera
• i. Resiko ketidakstabilan gula darah
• j. Resiko Infeksi
• k. Resiko kerusakan integritas kulit
• l. Kelelahan berhungan produksi energi menurun.
• m. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
• n. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan edema tungkai
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan peningkatan tekanan pada diafragma.
NOC
a. Status Pernafasan : Ventilasi Indikator :
1) Respiratory rate dalam rentang normal
2) Tidak ada retraksi dinding dada
3) Tidak mengalami dispnea saat istirahat
4) Tidak ditemukan orthopnea
5) Tidak ditemukan atelectasis
b. Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas Indikator :
6) Respiratory rate dalam rentang
7) Pasien tidak cemas
8) Menunjukkan jalan nafas yang paten
• Manajemen Jalan Nafas
a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi; posisi semi fowler.
b. Auskultasi bunyi napas, catat jika adanya bunyinapas tambahan.
c. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
d. monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
Terapi Oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung, dan sisa sekresi
b. Siapkan peralatan oksigen dan siapkan humidifier
c. Monitor aliran oksigen
d. Pastikan penggantian masker atau kanul sesuai kebutuhan
e. Sediakan oksigen ketika pasien dibawa atau dipindahkan
f. Amati tanda-tanda hipoventilasi Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan status vital sign.
c. Monitor frekuensi nafas dan irama pernapasan.

Manajemen Cairan
d. Monitor indikasi dari kelebihan volume cairan (edema, asites)
e. b. Nilai luas dan lokasi edema c. Monitor vital sign. d. Monitor hasil labor yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas). Monitor Cairan Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik, disfungsi hati, muntah).
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik koloid.
a. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Basa Indikator :
1) Serum albumin, kreatinin, hematokrit, Blood Urea
Nitrogen (BUN), dalam rentang normal.
2) pH urine, urine sodium, urine creatinin,urine osmolarity,
dalam rentang normal.
3) tidak terjadi kelemahan otot.
4) tidak terjadi disritmia.

Keseimbangan Cairan Indikator :


1) Tidak terjadi asites
2) Ekstremitas tidak edema
• Manajemen Cairan
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Pasang urin kateter jika diperlukan
c. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
d. Monitor vital sign
e. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
f. Kaji luas dan lokasi edema
g. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
h. Monitor status nutrisi i. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
i. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memba.

Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi


b. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor TD, HR dan RR
e. Monitor perubahan irama jantung
f. Catat secara akurat intake dan output
g. Monitor tanda dan gejala edema
h. Beri cairan sesuai keperluan
i. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat output urin
PENKES PADA PASIEN SIROSIS
• EDUKASI : edukasi mengenai gaya hidup
mencakup diet yang baik, menghentikan
konsumsi rokok dan alcohol
• PROMOSI KESEHATAN : pemberian vaksin
hepatitis A dan vaksin Hepatitis B dapat di
lakukan secepatnya untuk pasien yang
memiliki resiko terpapar.
Pencegahan pada sirosi hepatis

• Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa

1) Simptomatis
2) Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup , kurangi aktifitas fisik.
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang.
misalnya diet kalori kaya protein, miskin garam
(300-500mg/hari)
c. Pembatasan cairan (1liter/hari) terutama bila ada
hipernatremia, bila dengan usaha tersebut tidak
berhasil, gunakan obat diuretic

3) Pengobatan yang spesifik disesuaikan dengan penyebab yang


menimbulkan sirosis.
• Pengobatan sirosis hati juga dapat dilakukan dengan cara
pengobatan yang spesifik. Hal ini disesuaikan dengan etiologi atau
penyebab Sirosis Hati. Salah satunya pada penderita Sirosis Hati akibatHepatitis B kronik dapat
dilakukan pemberian antivirus Hepatitis B. Untuk
pengobatan spesifik dari Sirosis Hati dapat dilihat pada table
Etiologi Terapi
Virus Hepatitis (B dan C) Antivirus
Alkohol Penghentian atau
pengurangan konsumsi
alcohol
Non Alcoholic Steatohepatitis Penurunan Berat Badan
(NASH)
Sindroma Metabolik: Phlebotomy
Copper Chelator (pengurangan
 Hemachromatosis Tembaga)
 Wilson’s disease Transplantasi
 Defisiensi alpha-1- Mengurangi konsumsi produk
antitrypsin susu
 Galaktosemia Mengurangi konsumsi tyrosin
 Tyrosinemia
Autoimun Hepatitis Immunosupresi
Toksin, Obat-obatan Identifikasi jenis toksin atau
obat penyebab
sirosis hati kemudian
dilanjutkan dengan
pemberhentian konsumsi dari
toksin atau obat obatan
TREND, ISSUE, HASIL-HASIL PENELITIAN, DAN
EVIDANCE BASED PRACTICE SIROSIS HEPATIS
PRINSIP PENATALAKSANAAN SIROSIS HATI
1. SIMTOMATIS
2. SUPORTIF
 Istirahat yang cukup 
 Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang
 Pengobatan berdasarkan etiologi
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadikomplikasi seperti:
 Atises
 Spontaneous bacterial peritonitis
 Hepatorenal syndrome
 Ensefalophaty hepatic
ALGORTIMA TATALAKSANA SIROSIS
HEPATIS
NUTRISI
Malnutrisi terjadi pada 20 hingga 60% pasien dengan sirosis, dan pedoman saat ini
merekomendasikan asupan protein harian 1,0 hingga 1,5 g per kilogram berat badan kering.10Diet
tinggi protein dapat ditoleransi dengan baik dan dikaitkan dengan perbaikan status mental yang
berkelanjutan, sedangkan pembatasan asupan protein tidak memiliki efek menguntungkan pada
pasien dengan ensefalopati hepatik akut.11Oleh karena itu, kami menghindari pembatasan protein
pada pasien, terlepas dari apakah mereka memiliki riwayat ensefalopati hepatik.
Karena keadaan hipermetabolik, puasa semalaman berkontribusi terhadap penipisan otot pada
pasien dengan sirosis. Makan larut malam dapat meningkatkan keseimbangan nitrogen tanpa
memperburuk ensefalopati hepatik. Sebuah uji coba secara acak yang melibatkan pasien dengan
sirosis yang menerima dua kaleng suplemen nutrisi protein tinggi (474 ml per kaleng) setiap malam
menunjukkan bahwa suplementasi nokturnal menghasilkan peningkatan protein tubuh total yang
berkelanjutan.
Batas 2000 mg dalam asupan natrium harian adalah wajib dalam pengobatan asites. Konseling diet
sangat berguna bagi pasien dan orang yang memasak untuk mereka. Kami merekomendasikan
pembatasan cairan hanya ketika konsentrasi natrium serum kurang dari 120 mmol per liter.
Pembatasan cairan yang berhasil mengharuskan asupan cairan kurang dari volume urin, tetapi
volume urin biasanya sangat rendah pada pasien dengan sirosis sehingga pembatasan caira yang
memadai hampir tidak mungkin dicapai.
MEDIKASI
1. Anti hipertensi
Studi tekanan darah pada pasien dengan sirosis dan asites menunjukkan bahwa tekanan
arteri rata-rata 82 mm Hg atau kurang adalah variabel tunggal yang paling kuat
berkorelasi dengan penurunan kemungkinan bertahan hidup. Dalam penelitian serupa,
hipotensi dengan indeks jantung di bawah 1,5 liter per menit per meter persegi luas
permukaan tubuh memprediksi perkembangan sindrom hepatorenal dan penurunan
kemungkinan bertahan hidup di antara pasien dengan sirosis dan asites.14Karena
perubahan hemodinamik ini, obat antihipertensi harus dihentikan pada pasien dengan
sirosis dekompensasi dengan asites atau hipotensi.
2. Beta blocker
Meskipun peran beta-blocker pada pasien dengan sirosis stadium akhir masih
kontroversial, ada peningkatan kesadaran akan peran tekanan darah dalam
kelangsungan hidup pasien dengan sirosis. Pedoman konsensus Baveno VI
terbarumengenai hipertensi portal merekomendasikan penghentian beta-blocker ketika
tekanan darah sistolik kurang dari 90 mm Hg, konsentrasi natrium serum kurang dari
120 mmol per liter, atau telah terjadi cedera ginjal akut.
3.Manajemen Nyeri
• Agen analgesik harus dipilih secara hati-hati pada pasien dengan
sirosis. Karena risiko gagal ginjal akut dan perdarahan gastrointestinal,
obat antiinflamasi nonsteroid dikontraindikasikan, kecuali aspirin dosis
rendah pada pasien yang tingkat keparahan penyakit
kardiovaskularnya melebihi tingkat keparahan sirosis. Opiat harus
digunakan dengan hati-hati atau dihindari, karena dapat memicu atau
memperburuk ensefalopati hepatik. Tramadol aman dalam dosis
rendah, dan obat topikal seperti lidokain patch umumnya aman.

• Acetaminophen efektif dan aman pada pasien dengan penyakit hati,


asalkan pasien tidak minum alkohol. Food and Drug Administration
telah merekomendasikan untuk membatasi total dosis harian
acetaminophen hingga 4 g pada semua pasien. Meskipun dosis ini
secara teoritis aman pada pasien dengan sirosis, banyak ahli
hepatologi membatasi acetaminophen dengan dosis 2 g setiap hari.
Peran dan fungsi perawat
• Dalam melakukan peran dan fungsi perawat sebagai
advokat pada klien sirosis hepatis,kita harus
mengetahui apa saja hak – hak klien karna dalam
fungsi perawat sebagai advokat perawat harus
memenuhi hak – hak klien dan menolong klien untuk
mendapatkan hak – hak sebagai pasien dengan
sirosis hepatis.hak – hak pasien telah di jamin dalam
pasal 4 undang – undang Nomor 23 tahun 1992 yang
isinya setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat Kesehatan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai