0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan9 halaman
Tradisi lisan telah ada sebelum tulisan. Puisi lisan seperti pantun dan mantra lebih menekankan unsur bunyi daripada makna. Perkembangan sastranya meliputi sajak tulis, penerbitan, hingga media sosial dewasa ini. Jenis puisinya antara lain pantun, mantra, syair, dan gurindam yang memiliki ciri khas bentuk dan fungsi masing-masing.
Tradisi lisan telah ada sebelum tulisan. Puisi lisan seperti pantun dan mantra lebih menekankan unsur bunyi daripada makna. Perkembangan sastranya meliputi sajak tulis, penerbitan, hingga media sosial dewasa ini. Jenis puisinya antara lain pantun, mantra, syair, dan gurindam yang memiliki ciri khas bentuk dan fungsi masing-masing.
Tradisi lisan telah ada sebelum tulisan. Puisi lisan seperti pantun dan mantra lebih menekankan unsur bunyi daripada makna. Perkembangan sastranya meliputi sajak tulis, penerbitan, hingga media sosial dewasa ini. Jenis puisinya antara lain pantun, mantra, syair, dan gurindam yang memiliki ciri khas bentuk dan fungsi masing-masing.
TULISAN CONTOH: PUISI LISAN (FUNGSINYA UTK DIDENGARKAN) PERKEMBANGAN PUISI DALAM SASTRA LISAN YANG DIUTAMAKAN ADALAH BUNYI SEHINGGA MAKNA DINOMORDUAKAN CONTOH: PANTUN SASTRA LISAN (PANTUN) 1. MENGAPA PANTUN MASIH DIGEMARI? BENTUK DAN ISI PANTUN SELALU TETAP SEHINGGA MUDAH DIINGAT ORANG (PANTUN SERING DIPAKAI) 2. DARI BUNYI-BUNYI ITU DIMAINKAN/DISUSUN ( MENIMBULKAN CITRA DENGARAN), KEMUDIAN MUNCUL SASTRA TULISAN (ADANYA HURUF) SEHINGGA MAKNA DAN UNSUR KEINDAHAN MENONJOL. LALU MUNCUL MESIN CETAK, MUNCUL PEMBACAAN PUISI, MUSIKALISASI PUISI, DSB, TERAKHIR KEHADIRAN INTERNET MENYEBABKAN VIDEO BACA PUISI, PEMUATAN PUISI DI BERBAGAI MEDIA SOSIAL 3. SASTRA LISAN MEMANDANG ALAM DAN MASYARAKAT SERBA BERSAHAJA MANTRA SASTRA LISAN TERTUA ADALAH MANTRA (TELAH ADA SEJAK AWAL KEHIDUPAN) MANTRA DIKAITKAN DENGAN HAL MAGIS DAN DIPAKAI UNTUK MENDATANGKAN BERBAGAI KEKUATAN DARI LUAR YANG TIDAK DIPAHAMI MANUSIA, MIS. UNTUK MENOLAK BAHAYA, MENDATANGKAN HUJAN, DLL SUASANA BUNYI MAGIS ITU (PENGULANGAN BUNYI TADI) MENIMBULKAN KEKUATAN MAGIS DAN BUKAN MAKNANYA. CIRI MANTRA Bentuknya bebas, tidak terikat (jumlah bait, kata, baris tidak ditentukan, tapi disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan). Kata-kata yang menciptakan mantra tidak memberikan keterangan arti. Aspek bunyi sangat menonjol Banyak pengulangan bunyi, kata, kalimat, juga makna (kesejajaran makna) Contoh: Jantungku sudah kugantung Hatiku sudah kurantai Bahasanya berbunga-bunga Saling berpasangan PANTUN Dlm Bahasa Jawa disebut parikan Ciri pantun: puisi lisan yang terdiri atas 4 baris 4 kata, berima ab ab, ada unsur sampiran dan isi, pantun datang/masuk ke Indonesia dalam bentuk lisan Fungsi pantun: untuk nasihat, bermain-main, berkasih-kasih, berdagang, berdakwah, dll Sampiran terdapat pada baris 1 dan 2 dan isi pada 3 dan 4 Sampiran penting sebagai tempat bergantung isi Menurut bentuknya: ada pantun berkait, pantun kilat/karmina, pantun tidak berkait. Contoh pantun Buah ara batang dibantun Mari dibantun dengan parang Hai Saudara dengarlah pantun Pantun tidak mengata orang Mari dibantun dengan parang Berangan besar di dalam padi Pantun tidak mengata orang Janganlah syak di dalam hati SYAIR Pada abad pertengahan syair mendapat tempat di masyarakat karena waktu itu belum dikenal karangan berbentuk prosa. Maka hampir semua cerita ditulis dalam bentuk syair. Syair masuk ke Indonesia dalam bentuk tertulis. Ciri syair: mempunyai alur, tokoh, dan latar; setiap bait tidak bisa berdiri sendiri2 (karena merupakan satu kesatuan cerita), 1 bait 4 larik, semuanya isi (tidak ada sampiran), menekankan segi makna, sering memakai kata-kata yg tidak ada di pantun. Contoh syair “Orang Tionghoa dan Orang Jawa Menuju Semarang” GURINDAM Cirinya: bentuknya 2 baris, rima a a, kalimat majemuk yang dibagi dua baris, barisnya paralel dan memiliki pasangan, isinya nasihat Contoh Gurindam Dua Belas (Raja Ali Haji) Referensi: Buku Puisi Lama (STA)