Anda di halaman 1dari 29

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

OLEH: APIEK GANDAMANA, S.PD., M.PD


Pendahuluan
Materi ini membahas paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan pada jenjang sekolah dasar
di Indonesia. Yang dimaksud dengan paradigma dalam pembahasan ini adalah kerangka pikir
yang dibangun sebagai landasan dalam mengembangkan dan memberi bentuk konseptual baru
Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma berarti juga suatu model atau rancang-bangun pikiran
yang digunakan dalam pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Dalam konteks pemikiran itu
akan kita pelajari:
1. Apa dan mengapa perlu mengembangkan paradigma baru PKn?
2. Bagaimana bentuk bangunan konseptual baru dari PKn tersebut?
Semakin terbukanya Bangsa Indonesia telah memasuki era
persaingan antar bangsa reformasi di berbagai bidang menuju
yang semakin ketat kehidupan masyarakat yang lebih demokratis

Paradigma baru dalam pembelajaran PKn dapat diartikan sebagai suatu kerangka berpikir yang
digunakan dalam mengembangkan pembelajaran PKn yang inovatif dan sesuai dengan
perkembangan zaman.

Paradigma baru tersebut dalam kerangka PKn sebagai mata pelajaran yang multidimensional,
sehingga pembentukan karakter siswa menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and
good citizenship) melalui pembelajaran PKn bukan hanya sekedar dalam dimensi rasional,
melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional, dan sosial.
Kecakapan Hidup Abad 21
Critical thinking
Creativity
Communication
Learning Collaboration
21st Century learning: and
Innovation
• To know (mengetahui)
Skills
• To do (melakukan sesuatu)
• To be (menjadi sesuatu)
• To live together (hidup bersama)
Flexibility
Initiative
Core Leadership
subjects Social-skills
21st Century Cross cultural
Information Context Productivity
Digital Life and career
Media, and literacy skills Accountability
ICT literacy Life-long learner

(Puskurbuk:2016)
Kerangka Kompetensi Abad 21
Sumber: 21st Century Skills, Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century, 2008

Kehidupan dan Karir Pembelajaran dan Inovasi Informasi, Media and


• Fleksibel dan adaptif • Kreatif dan inovasi Teknologi
• Berinisiatif dan mandiri • Berfikir kritis menyelesaikan masalah • Melek informasi
• Keterampilan sosial dan budaya • Komunikasi dan kolaborasi • Melek Media
• Produktif dan akuntabel • Melek TIK
• Kepemimpinan&tanggung jawab

Kerangka ini menunjukkan bahwa


proses pembelajaran tidak cukup
hanya untuk meningkatkan
pengetahuan [melalui core subjects]
saja, harus dilengkapi:
-Berkemampuan kreatif - kritis
-Berkarakter kuat [bertanggung jawab,
sosial, toleran, produktif, adaptif,...]
Disamping itu didukung dengan
kemampuan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi
Membangun Generasi Emas 2045 yang dibekali
Keterampilan Abad 21
Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan setiap siswa

1 2 3
Kualitas Karakter Literasi Dasar Kompetensi
Bagaimana siswa beradaptasi Bagaimana siswa menerapkan Bagaimana siswa memecahkan
pada lingkungan yang dinamis. keterampilan dasar sehari-hari. masalah kompleks

• Religiositas • Literasi bahasa • Berpikir kritis


• Nasionalisme • Literasi numerasi • Kreativitas
• Kemandirian • Literasi sains • Komunikasi
• Gotong royong • Literasi digital (teknologi • Kolaborasi
informasi & komunikasi)
• Integritas
• Literasi finansial
• Literasi budaya dan
kewargaan

“Culture, Value, Imagination, Creativity, and Team Work” (Jack Ma)

Sumber: Kemendikbud 2016


Tujuan PKn/PPKn
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia,
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
dan berkarakter sebagaimana yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Manfaat PKn/PPKn

PKn/PPKn bermanfaat untuk membangun insan yang menekankan pada manusia


yang berharkat, bermartabat, bermoral, dan memiliki jati diri serta karakter
tangguh baik dalam sikap mental, daya pikir maupun daya ciptanya
Proses Pembelajaran PKn/PPKn
Proses pembelajaran PKn/PPKn perlu memperhatikan pengembangan proses
pembiasaan, kematangan moral, dan penguasaan pengetahuan
kewarganegaraan untuk memperkuat pembangunan watak, seperti penghargaan
(respect) dan tanggung jawab (responsibility) sebagai warga negara demokratis
dan taat hukum (democratic and lawfull).
Perkembangan PKn
a. Pendidikan Kewarganegaraan secara nomenklatur, memiliki makna yang sama
dengan Civic Education (Amerika Serikat), Citizenship Education (Inggris), Ta’limatul
Muwatanah/Tarbiyatul Watoniah (Timur Tengah), Obscesvovedinie (Rusia),
Pendidikan Sivik (Malaysia) yang merujuk pada upaya untuk mendewasakan warga
negara agar tahu, mau dan mampu berbuat baik untuk kebaikan diri, masyarakat dan
negaranya.

b. Mata pelajaran PKn di Indonesia telah mengalami perkembangan dan perubahan


baik dalam istilah maupun substansinya.
Perkembangan PKn pada pendidikan dasar dan
menengah

1957 2013
Pengetahuan Umum 2006 PPKn
PKn
1962 1994 2022
Civics PPKn Pendidikan
1975
Pancasila?
1968 PMP
Pendidikan
Kewargaan
Negara
Ruang lingkup kurikulum/substansi utama perubahan PKn menjadi PPKn adalah
sebagai berikut.
PKn 2006 PPKn 2013
1. Persatuan dan kesatuan 1. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan
bangsa; hidup bangsa;
2. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi
2. Norma, hukum, dan peraturan; landasan konstitusional kehidupan
3. Hak Azasi Manusia; bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
4. Kebutuhan Warga negara; 3. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud
5. Konstitusi negara keberagaman kehidupan bermasyarakat,
6. Kekuasaan dan Politik; berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman
yang kohesif dan utuh;
7. Pancasila; 4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
8. Globalisasi. sebagai bentuk negara
  PERMENDIKBUD NO 37 TAHUN 2018 TENTANG KI-
KD PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013
PERUBAHAN PKN MENJADI PPKN

1. Mengubah mata pelajaran PKn menjadi PPKn


2. Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh
dari kelompok mata pelajaran yang memiliki misi
pengokohan kebangsaan.
3. Mengorganisaikan kompetensi dasar serta indikator PPKn
Salah satu implikasi diberlakukannya K 13 secara nasional dengan memperkuat nilai dan moral
bagi eksistensi mata pelajaran PKn adalah Pancasila, nilai dan norma UUD 1945, nilai dan semangat
penataan ulang PKn menjadi PPKn. Dalam K Bhineka Tunggal Ika, serta wawasan dan komitmen
13 disebutkan bahwa untuk mengembangkan NKRI
peserta didik menjadi manusia Indonesia 4. Memantapkan peserta didik dalam dimensi, civic
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta knowledge, civic skill, civic disposition, civic confidence,
tanah air, yang dijiwai oleh nilai Pancasila civic commitment, dan civic competence.
5. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model
dan UUD 1945
pembelajaran yang sesuai dengan karateristik PPKn yang
berorientasi pada pengembangan karakter
6. Mengembangkan dan menerapkan berbagai model
penilaian proses pembelajaran belajar PPKn.
Paradigma Baru Pembelajaran PKN/PPKN

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PPKn, mengikuti Gerhard
Himmelmann (2013), mengubah paradigma Pendidikan Kewarganegaraan yang
semula berfokus kepada program pengajaran dan transfer pengetahuan
kewarganegaraan menjadi pendekatan yang menekankan sikap-sikap personal-
individual, moral dan perilaku sosial sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama
dari warga negara dalam-kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi
manusia dan demokrasi . Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dari pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif, kooperatif, dan
kritis. Pembentukan karakter warga negara tidak cukup menjadi-baik yang ditandai
oleh sikap loyal dan kepatuhan terhadap kekuasaan pemerintah, tetapi siswa
dihantarkan kepada pengalaman-pengalaman dan praktik konsep-konsep kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas (Samsuri, 2013).
Pembelajaran PKn Berorientasi
Konstrutivisme dan Pembelajaran Siswa Aktif
Behaviorisme

Kognitivisme
TEORI BELAJAR
Konstruktivisme

Humanisme
PKn dengan pendekatan teori
konstruktivisme
1. Menyajikan masalah-masalah aktual kepada peserta didik dalam konteks yang sesuai dengan
tingkat perkembangan mereka.
2. Mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan.
3. Mengkondisikan peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat dan menghargai sudut
pandangnya sendiri.
4. Menantang peserta didik agar dapat melakukan pemahaman yang mendalam, serta
penyelesaian tugas-tugas melalui pertanyaan yang menantang.
5. Memfasilitasi peserta didik belajar dalam kelompok.
6. Melakukan penilaian hasil belajar, baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Permasalahan: Kurva Daya Serap Pembelajaran
The Learning Pyramid*
Average Retention Rates

5%Listening Pembelajaran yang


didasarkan pada ceramah,
Reading
10% membaca buku,
mendengarkan, atau guru
Passive Audio-Visual
20% mendemonstrasikan tidak
Teaching akan memberikan
Methods 30%
Demonstration pemahaman yang utuh.
Perlu diubah menjadi
Participatory Group Discussion
50% pembelajaran yang
Teaching didasarkan pada diskusi,
Methods 75%
Practice mencoba sendiri, dan
mengomunikasikan kepada
90%
Teaching Others yang lain

*) adapted from National Training Laboraties, Bethel, Maine


Pembelajaran PKn dengan Pendekatan Berfikir Kritis
dan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Nilai

Berfikir Kritis
Pembelajaran
PKn
Berbasis Nilai
Pendekatan Berfikir Kritis

Berfikir kritis pada hakikatnya merupakan pendekatan yang mengembangkan


unsur pemikiran rasional dan empris berdasarkan pengetahuan ilmiah. Pemikiran
kritis adalah antidogmatis dan propaganda serta kebalikan dari pemikiran
tradisional (konvensional).
Karateristik berfikir kritis diupayakan dalam pembelajaran PKn, agar terwujud
warga negara yang partisipatif dan bertanggung jawab. Berfikir kritis termasuk
dalam civic skill yaitu pada bagian intellectual skill.
Pendekatan Berbasis Nilai

Implementasi pembelajaran berbasis nilai dalam pembelajaran PKn dapat dilakukan


melalui beberapa pendekatan:
1. Menerapkan pendekatan modeling dan exemplary, yaitu mencoba dan membiasakan
siswa dan lingkungan pendidikan secara keseluruhan untuk menghidupkan dan
menegakkan nilai-nilai yang benar dan memberikan model atau teladan
2. Menjelaskan atau mengklarifikasi terus menerus tentang berbagai nilai yang baik dan
buruk
3. Mengintegrasikan pendidikan karakter dengan melakukan reorientasi terhadap isi dan
pendekatan pembelajaran yang dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas
4. Penanaman nilai-nilai melalui pembelajaran nilai
Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan
untuk membangun soft skills dan hard skills1
PT
Pengetahuan

SMA/K
Keterampilan

SMP

SD Sikap

Sumber: Marzano (1985), Bruner (1960).


Fakta-fakta Kondisi Karakter Bangsa

Berebut masuk stadion


1. Budaya Mengantre
2. Disiplin Lalu Lintas
3. Ketertiban Jalan Raya
4. ???

Berebut Bangku di Hari Pertama Sekolah,


Ibu-ibu Tarik-Tarikan
Mengapa Kondisi
tersebut Terjadi?

?
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SEJAK DINI

Seorang guru di Australia pernah


berkata:

“Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak


sekolah dasar kami TIDAK PANDAI
MATEMATIKA, kami jauh lebih khawatir
jika mereka TIDAK PANDAI MENGANTRI.”

Sumber: Artikel Mien R. Uno Foundation


PENUMBUHAN DAN PEMBIASAAN NILAI-NILAI KARAKTER

1. Anak BELAJAR MANAJEMEN WAKTU jika ingin mengantre paling depan datang lebih awal dan
persiapan lebih awal.
2. Anak belajar BERSABAR MENUNGGU gilirannya tiba terutama jika ia di antrean paling belakang.
3. Anak belajar MENGHORMATI HAK ORANG LAIN, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal
dan tidak saling serobot merasa diri penting.
4. Anak belajar BERDISIPLIN DAN TIDAK MENYEROBOT hak orang lain.
5. Anak belajar KREATIF untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi
kebosanan saat mengantre (di Jepang biasanya orang akan membaca buku).
6. Anak bisa belajar BERSOSIALISASI menyapa, mengobrol, bahkan bekerjasama dengan orang
lain di antrean.
7. Anak belajar HUKUM SEBAB AKIBAT, bahwa jika datang terlambat harus menerima
konsekuensinya di antrian belakang.
8. Anak belajar HIDUP TERATUR dan kerapihan.
9. Anak belajar MEMILIKI RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
10. Anak belajar JUJUR pada diri sendiri dan pada orang lain.
KECENDERUNGAN GLOBAL
Kondisi yang Dihadapi Generasi Milenial Abad 21

35% jenis pekerjaan akan hilang


pada 2025
65% tumbuh kompetensi baru yang
berbasis TIK
Investasi Ilahi
Guru sebagai profesi yang paling
mulia dimuka bumi ini, merupakan
“Investasi Ilahi” yang secara sadar
harus dipertanggungjawabkan
kelak kepada Sang Pencipta.
Sekian dan Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai