Anda di halaman 1dari 9

Permainan Batu

7
Agnes Valentia Wibianto (4)
Jakarta pada medio 90-an hingga akhir 90-an mungkin menjadi masa-masa
terakhir para bocah-bocah Jakarta menikmati indahnya aktifitas di luar
ruangan yang mengajarkan persahabatan dan kerjasama melalui permainan
tradisonal. Saat-saat itu merupakan masa-masa terakhir dimana Jakarta masih
memiliki banyak ruang terbuka seperti tanah lapang atau juga "kebon" yang
sebelum akhirnya dirubah menjadi gedung-gedung, yang memungkinkan
anak-anak kecil pada masa itu untuk bermain diluar.

Mulai dari bermain bola, layangan, petak umpet hingga beberapa permainan
lain rasanya membuat siang hari seakan tidak pernah cukup untuk menikmati
itu semua, bahkan kata-kata suruhan dari orang tua kita untuk tidur siang rasa
seperti menjadi suatu hal yg menyebalkan.

Menarik rasanya jika sedikit bernostalgia ke jaman dimana permainan-


permainan tradisional begitu mengasyikkan hingga keadaan kotor dan panas
sekalipun tidak begitu diperhatikan karena asyiknya bermain. Salah satu
permainan tradisional yang sering saya mainkan waktu kecil dulu adalah
permainan Batu Tujuh, sebuah permainan yang pada intinya sama seperti
petak umpet dimana ada satu pemain yang diharuskan mencari teman-
temannya yang sedang bersembunyi.
Dinamakan Batu Tujuh dikarenakan permainan ini
menggunakan batu dari pecahan-pecahan genteng sebanyak
tujuh buah yang kemudian disusun secara menumpuk.
Permainan ini dimulai dengan melakukan "gambreng" untuk
menentukan siapa pemain yang bertugas untuk "jaga" dan
mencari pemain lain yang harus bersembunyi dan juga
gambreng dilakukan untuk menentukan urutan pelempar.
Kemudian susunan tujuh batu genteng tadi digunakan sebagai
target pelemparan, dimana alat untuk melempar bisa dari batu
yang agak besar atau menggunakan kayu dan juga sendal.
Diberikan tiga kali kesempatan untuk menjatuhkan susunan
tujuh batu genteng yang apabila dalam tiga kali kesempatan si
pelempar gagal mengenai dan menjatuhkan susunan batu
genteng tersebut maka si pelempar itu akan menjadi pemain
yang bertugas "jaga".
Setelah susunan tersebut berhasil dijatuhkan maka
tugas si pemain "jaga" adalah menyusun kembail
susunan tujuh batu genteng tersebut secara menumpuk
dan sementara pemain lain lari bersembunyi. Sekilas
permainan ini memang mirip dengan petak umpet
namun sedikit lebih rumit karena selain harus mencari
pemain yang bersembunyi, tugas si pemain "jaga"
adalah mengamankan susunan tujuh batu genteng agar
tidak jatuh satu batupun. Susunan tujuh batu genteng
layaknya sebuah jantung benteng pertahanan yang
harus dijaga jangan sampai ada pemain lain menyelinap
dan menjatuhkan susunan tersebut saat kita mencari
pemain yang bersembunyi. Dan apabila susunan
tersebut berhasil dijatuhkan maka si pemain "jaga"
harus menyusun ulang dan pemain-pemain yang telah
berhasil ditemukan boleh bersembunyi kembali. Dan
begitu seterusnya sampai seluruh pemain yang
bersembunyi bisa ditemukan dan susunan tujuh batu
genteng tetap terjaga.
Permainan baru akan dimulai saat seluruh pemain yang
bersembunyi berhasil ditemukan dan pemain yang
ditemukan pertama kali lah yang akan menjadi pemain
"jaga" di permainan selanjutnya. Satu kali permainan
Batu Tujuh akan berlangsung lama karena tidak mudah
menjaga konsentrasi dalam mencari lawan sambil tetap
menjaga susunan batu, belum lagi ketika ada
"persekongkolan" dari pemain-pemain yang telah
berhasil ditemukan untuk sedikit mengganggu dan
mengalihkan perhatian si pemain "jaga" sehingga pemain
lainnya bisa menyelinap dan menghancurkan susunan
batu.
Dulu saya dan teman-teman masa kecil biasa memainkan
permainan ini sore hari sesaat setelah solat ashar hingga
menjelang magrib. Tempat yang biasanya dijadikan tempat
bermain adalah sedikit tanah lapang di dekat rumah yang
memiliki beberapa spot sembunyi seperti pohon (naik keatas
pohon), selokan kering hingga memanjat keatas pos
siskamling. Hal yang agak sedikit menjengkelkan adalah
ketika waktu sudah menjelang magrib biasanya akan ada
keusilan dari teman-teman untuk mengerjai si pemain "jaga"
dengan diam-diam seluruh pemain tidak bersembunyi
melainkan pulang sehingga si pemain "jaga" sibuk sendiri
padahal teman-teman yang dicari sudah pulang kerumah
masing-masing.
Permainan ini layaknya permainan tradisional lain yang
mengajarkan kerjasama dan juga hubungan sosial pertemanan,
permainan ini juga mengajarkan kita sebagai si pemain jaga untuk
tetap fokus melakukan dua tugas yaitu menemukan pemain yang
tersembunyi dan menjaga susunan batu. Sesekali permainan ini
juga mengajarkan olahraga karena ada kalanya si pemain "jaga"
beradu lari dengan pemain yang ditemukan untuk berebut lebih
cepat menghancurkan atau menjaga susunan batu
Thank You
Mohon Maaf Jika ada kata kata yang salah
Resource Page
Use these icons and illustrations in your Canva Presentation. Happy designing!

Anda mungkin juga menyukai