Anda di halaman 1dari 23

PRODUKTIVITAS

PRIMER Modified by Aunurohim


Departemen Biologi FSAD
ITS 2022

Konsep aliran energi pada fotosintesis

Reaksi pada fotosintesis


Istilah yang berkaitan dengan Produktivitas Primer
• Produktivitas
daya atau kemampuan produksi bahan organik

• Produktivitas primer
daya produksi dari organisme yang dapat berfotosintesis (tumbuhan - fitoplankton) ;
awal dari rantai makanan  gC/m2/hari atau gC/m3/hari

• Produksi primer
asimilasi (gross production) atau akumulasi (net production) energi dan nutrien oleh
tumbuhan hijau dan organisme autotrof lainnya

• Produksi sekunder
produksi (bahan organik) dari organisme konsumer (herbivor, omnivor, karnivor,
detritrivore) -zooplankton, zoobenthos, nekton, dan lain-lain
• Standing crop
jumlah biota yang ada di suatu lingkungan pada suatu saat tertentu  mg/L, g/m3, atau g/m2

• Biomassa
berat dari organisme (seluruhnya atau sebagian dari organisme, populasi, atau komunitas) -
berat basah, berat kering, berat kering bebas abu.  statis

• Density/Densitas
- berat atau jumlah suatu bahan dalam gram/cc
- jumlah biomassa per satuan luas
- berat per satuan volume

• Yield
jumlah bahan organik (tumbuhan atau hewan) yang dihasilkan oleh suatu perairan (i.e danau),
secara alami atau dalam pengelolaan oleh manusia
FOTOSINTESIS Tahukah anda,
Energi cahaya berapa oksigen
(ultra violet) dihasilkan oleh
6 CO2 + 12 H2O chlorophyll
C6H12O6 + 6O2 sehelai daun ?

(pigmen)

Bahan-bahan pembentuk sel harus tersedia (N, P, Fe, Si, dll)


• Total fotosintesis (Gross photosyntesis) = produksi O2 total (Δ O2 botol terang + Δ O2 botol gelap)
• Net photosyntesis = produksi O2 total minus respirasi selama siang hari
Fotosintesis terjadi di sel mesofil
daun di bagian kloroplas,
tepatnya pada bagian grana.

Di prediksi sekitar 500 ribu


kloroplas/ m2 ditemukan pada
permukaan daun, sehingga
paparan sinar matahari ke daun
melalui stomata relatif
terakomodasi
Aspek-aspek penting dalam fotosintesis/produksi primer

1. Pasokan energi cahaya


- gelombang energi cahaya yang diabsorpsi air dan klorofil berkisar 350-710 nm  PAR (Photosynthesis
Active Radiation)
- Panjang gelombang () 350-390 nm-sulit menembus air
- yang sampai ke dalam air ( : 390-710nm) hanya sekitar 45-50% nya.
- ketinggian tempat (altitude) mempengaruhi jumlah cahaya yang sampai ke perairan danau

Ketinggian d.p.l Densitas atm


(km) (%)
0 100
0.9 90 Jumlah cahaya
1.9 80 yang sampai
2.9 70 ke perairan
4.0 60 semakin besar
Perairan di gunung tinggi menerima cahaya U.V. lebih banyak daripada di dataran rendah

- Efek geografik : jumlah radiasi cahaya matahari dalam setahun (kal/cm2/hari) berbeda secara geografis
(latitude)
- Efek musim : letak geografis  perbedaan musim dalam setahun  perbedaan radiasi
- Efek diurnal : pagi atau sore - jarak matahari lebih jauh daripada tengah hari, elevasi cahaya juga lebih rendah
(semakin miring) sehingga % cahaya yang dipantulkan semakin besar  intensitas cahaya rendah
- Efek lokal : morfologi perairan, arus
Penetrasi cahaya: panjang gelombang cahaya tertentu terabsorpsi sebelum mencapai suatu
kedalaman
> Intensitas cahaya berkurang dengan bertambah dalam
> Bahan-bahan terlarut terutama menyerap  cahaya biru
> Bahan-bahan tersuspensi  menyerap  cahaya merah

Apa artinya ?
2. Fotosintesis – Energi - Nutrien

• Pada intensitas cahaya (energi cahaya)


rendah, laju fotosintesis berbanding
linier dengan intensitas cahaya hingga
sampai batas tertentu mencapai
maksimal

• Pada Intensitas cahaya tinggi,


fotosintesis (photo-inhibition) dapat
terhambat

• Pada intensitas cahaya cukup, sediaan


nutrien (N, P, Si, Fe, dll) dapat menjadi
faktor pembatas
Pengukuran Produksi Primer

• Mengukur produksi primer  mengukur pertumbuhan fitoplankton (algae)  mengukur peningkatan berat kering
atau jumlah sel per satuan waktu
• Masalah:
- dalam waktu singkat perubahan berat terlalu kecil
- perhitungan jumlah sel sulit
- adanya detritus & partikel lain mempersulit
• Pendekatan: pengukuran terhadap produksi O2 atau CO2 terpakai

1. Metode O2 (Botol gelap-botol terang)


 Mengukur O2 yang diproduksi dalam proses fotosintesis selama
jangka waktu tertentu (4-6 jam)
 Kelemahan: tidak sensitif untuk perairan oligotrof karena
perubahan O2 terlalu kecil untuk diukur pada selang waktu yang
singkat
Mengapa ada botol
 Sebelum uji, sampel disaring dengan plankton net untuk
gelap dan botol terang ?
zooplankton (150-300 μ)
 Tingkat kesalahan 0.2% (≈ ± 0.02 mg O2 /l) bila dilakukan triplo
Salah satu mekanisme pengukuran produktivitas primer di
lautan adalah menggunakan botol terang dan botol gelap.

Inti dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui produktivitas


primer perairan yang dilakukan oleh fitoplankton ~ kadar DO.
METODE OKSIGEN UNTUK MENDUGA PRODUKTIVITAS PRIMER
I (initial)
2 botol terang
Diperlukan 3 botol BOD L (light)

1 botol gelap (D – dark)


1) Ambil sampel pada kedalaman tertentu (dgn Van Dorn
sampler atau Kemmerer sampler atau bottle train
sampler
2) Masukkan ke dalam ketiga botol BOD sesuai prosedur
untuk O2
3) Ukur kadar O2 di botol I dgn titrasi “Winkler” (misal: I
mg/L)
4) Botol L dan D masukkan kembali ke perairan di
kedalaman semula, dan biarkan selama 6 jam
5) Ukur kadar O2 di botol L dan D tersebut (setelah 6
jam),  misal masing-masing diperoleh L dan D mg/L
Metode ini rawan dengan human error, kurangnya akurasi, adanya pengaruh dari kontaminan pada
sample. Juga, proses titrasi bisa memerlukan waktu dan kurang cocok apabila dilakukan dilapangan.
Kini, tujuh teknik winkler yang di modifikasi telah ada,
masing-masing dibuat dengan hal-hal yang terjadi atau case
yang terjadi dengan variasi berbeda (seperti jenis kontaminan
pada sample air) Dan metode yang paling populer adalah
metode Azide-Winkler, cara ini untuk meminimalisir
kontaminan iodine pada air. Bagaimanapun juga, metode
yang lain juga menimbulkan issu tersendiri, metode
ini memerlukan pengetahuan dari sample (seperti elemen2
yang ada pada sample) untuk membuat pilihan metode yang
lebih baik.

Jika samplenya memerlukan waktu dan kecenderungan sifat


terhadap reagen tertentu, metode titrimetric untuk
menentukan analisa dissolved oxygen bisa sangat akurat.
Karena sifat sample akan berubah secara mencolok apabila
kita campur dengan reagen. Bagaimanapun teknologi baru
telah dibuat yaitu dengan sensor Dissolved Oxygen yang
pemakaiannya lebih mudah dan labih cepat dan bisa diatur DO meter portable saat ini sudah tersedia
sedemikian rupa agar lebih akurat dan diaplikasikan ke dalam model yang relatif banyak, sehingga
berbagai lingkungan. metode botol terang dan gelap serta titrasi
Winkler sudah ditinggalkan karena bias yang
tinggi
2. Metode 14C (radiocarbon)

a. Ambil contoh air yang mengandung fitoplankton di beberapa kedalaman  masukkan


kedalam 2 botol terang & 1 botol gelap
b. Tambahkan 1ml larutan Na2 14CO3 (14C-labelled carbonate) ke salah satu botol terang &
botol gelap (volume 125 ml)  kocok merata, segera inkubasikan ke perairan di
kedalaman semula. Biarkan 2-4 jam (pk 10.00-14.00), Na2 14CO3 yang digunakan
mengandung radioaktif 1-10μCi/ml (biasanya 2 μCi/ml)
c. Pada 1 botol terang yang tersisa, gunakan sampel untuk mengukur temperatur, pH &
Alkalinitas total
d. Setelah inkubasi, saring sampel dengan membran filter untuk memekatkan sel-sel
fitoplankton.

Selanjutnya 14C terassimilasi dihitung dengan “Planchet counting” atau Liquid


scintillation (kilauan) counting (Geiger-Muller detector)
• Penggunaan botol gelap adalah (fitoplankton) pada saat gelap juga diperhitungkan
• Metode 14C ini mengukur C-radioaktif yang tersisa dalam sel fitoplankton pada akhir
periode inkubasi fotosintesis  sehingga hasilnya mendekati net production
• Kelemahan metode 14C:
- jenis alga tertentu (misal: Chlorella) hancur pada saat filtrasi, sehingga ada sel yang
mengandung 14C lolos dari membran dan tak terhitung
- Di perairan oligotrofik tertentu mungkin kadar CO2 sangat rendah (± 1% dari
NaH14CO3 yang dipakai) sehingga penggunaan (uptake) 14C menjadi lebih tinggi dari
seharusnya.
- Kadar garam NaCl dari larutan 14C-carbonate yang digunakan dapat meningkatkan
salinitas medium dalam botol  mempengaruhi kondisi perairan sampel
- Botol-botol yang digunakan perlu diperlakukan hati-hati, agar tak terkontaminasi
bakteri atau bahan toksik pembersih
3. Pendugaan Produktivitas primer dengan perubahan pH

• Dasar pemikiran:
- Pada waktu subuh  CO2 hasil respirasi dan
dekomposisi terakumulasi sejak petang  pH
perairan minimal
- Begitu ada matahari  fotosintesis mulai  CO2
diabsorpsi  pH meningkat dengan laju yang dapat
diartikan sebagai laju fiksasi CO2 oleh tumbuhan

• Prosedur berdasarkan teori ini diperkenanalkan oleh


- Osterhout & Haas (1918); kemudian oleh More
(1939), Dye (1944), & Verduin (1951) dengan
perbaikan-perbaikan
- Terakhir Verduin (1956) menyempurnakan
persamaan, kurva dan nomogram untuk pendugaan
produksi primer (dalam “Energy fixation and
utilization by natural communities in western Lake
Erie”. Ecology 37: 40-50)
Prosedur :
1. Air sampel dari perairan tertentu disaring, kemudian pH diturunkan dengan menambahkan gelembung-
gelembung gas CO2  catat pH
2. Titrasi dengan 0.01 N. NaOH sebanyak 0.1 ml, catat pH
3. Ulangi langkah 1. diatas, tetapi usahakan pH sama dengan NaOH yang sama sebanyak 0.1 ml  catat pH
4. Demikian seterusnya, hingga tercatat perubahan pH secara bertahap pada tiap kali penambahan NaOH per
0.1 ml  hingga 0.5 ml
5. Dihasilkan kurva: pH >< penambahan NaOH atau pH >< ∑ CO2 yang diabsorpsi (fotosintesis)

Prosedur ini didasarkan atas :


• Setiap ml NaOH 0.01N akan mengabsorpsi 10 μmol H2CO3 (atau HCO3- pada pH yang lebih tinggi) dan
membentuk NaHCO3 (atau Na2CO3) ≈ hal ini mirip dengan yang terjadi saat tumbuhan menyerap CO2 dan
HCO3 dalam fotosintesis
• 1 ml HCl 0.01 N setara dengan 10 μmol CO2 dengan cara yang sama, berbagai sampel dengan pH awal yang
berbeda-dititrasi dengan HCl 0.01 N  akan menghasilkan kurva yang menggambarkan penambahan CO2
akibat respirasi dan efeknya terhadap pH
• Turn Over number (P/B) : hasil bagi dari produksi tahunan dibagi
dengan rata-rata biomassa tahunan

I. Faktor Abiotik II. Faktor Biotik


1. Cahaya 1. Kompetisi
2. Temperatur 2. Pemangsaan/grazing
3. Nutrien
4. Oksigen
5. Kualitas fisika-kimia air
lainnya: kekeruhan/Tss,
bahan toksik
• Gross Production: banyaknya bahan organik yang difotosintesis oleh
tumbuhan selama jangka waktu dan dalam area atau volume tertentu
(=produksi total)
• Net production: kelebihan produksi setelah produksi total (gross production)
dikurangi/digunakan untuk proses (respirasi & mineralisasi)
NP = GP-R
• Respirasi: oksidasi bahan organik oleh tumbuhan & hewan yang dikonversi
menjadi energi, merupakan metabolisme aerobik dalam sel
• Mineralisasi: dekomposisi aerobik atau pemecahan/ penguraian algae yang
telah mati (bahan organik mati) secara oksidasi
Respirasi
• C6H12O6 + 6O2  6CO2 + 6H2O + energi (674 kcal)
• Tiap 1 mol glukosa yang dibakar (dioksidasi) menghasilkan energi 674 kcal maka :
PUSTAKA

• Boyd, C. E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture. First Printing.


Auburn University of Agriculture Experiment Station. Alabama. USA. 359 p.
• Cole, G.A. 1983. Textbook of limnology. Third Edition. Waveland Press, Inc.
USA. 401 p.
• Golterman, H.L. 1975. Physiological Limnology. Elsevies scientific Publishing
co. NY. (chapter 4 & 17)
• Lind, O. T. 1985. Handbook of Common Method in Limnology. Second
Edition. Kendal/Hunt Publishing Company. Iowa. 199 p.
• Ryding, SOP dan W. Rast. 1989. The control eutrophication lakes and
reservoir. Man and the biosphere series, Vol I. The Parthenon Publishing
Group. 314 p.

Self learning with Campbell

Anda mungkin juga menyukai