Pengetahuan, Ilmu Dan Aksiologi
Pengetahuan, Ilmu Dan Aksiologi
PERTEMUAN KE 5
* Seorang mahasiswa pun pada akhirnya dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang baru
melalui penelitian dalam bentuk skripsi. Bagi seorang dosen pun, ia tidak hanya sekedar
mentransfer ilmu yang dimilikinya, namun juga menganalisis dan mengkritisinya, lalu
atas keingintahuannya yang tinggi ia akan meneliti, menghasilkan sesuatu yang baru,
dan mempublikasikannya secara terbuka. Belakangan, publikasi meluas pada keharusan
untuk mendapatkan pengetahuan dari komunitas yang amat luas melalui digitalisasi
publikasi, baik dosen maupun mahasiswa.
Memahami ilmu secara filosofis pada dasarnya akan berpusat pada tiga gagasan utama,
yaitu, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi secara umum berpusat pada
pertanyaan tentang hakikat sebuah ilmu, epistemologi berkenaan dengan sumber
keilmuan dan cara untuk mendapatkannya, sementara aksiologi akan berkaitan dengan
untuk tujuan apa sebuah ilmu dikembangkan. Aksiologi ilmu menurut Siswomihardjo
(2001) meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
sesuatu. Pada pembahasan ini, diskusi akan difokuskan pada aksiologi ilmu, yakni nilai-
nilai apa yang dianut dalam sebuah pengembangan ilmu.
* Nilai pada dasarnya berkaitan dengan kegunaan dan fungsi atas sesuatu. Nilai ini akan
membedakan antara satu entitas dengan entitas lain karena akan saling beragam dan
relatif muatan nilainya. Nilai menurut Frondizi (1963) adalah kualitas yang tidak nyata
pada sesuatu dan selalu berbeda pada setiap pengembannya. Nilai adalah sesuatu yang
melekat pada sebuah objek, bukan objek itu sendiri; suatu sifat atau kualitas yang
terkandung pada objek atau kenyataan-kenyataan (Kaelan, 2002). Ketika menilai,
artinya kita memberi kualitas pada sesuatu, begitu juga halnya nilai akan sangat
tergantung pada subjek penilai
* Padatataran yang lebih luas, nilai bisa melekat dalam sebuah aktivitas yang dipahami
sebagai objek dalam rangkaian proses yang panjang, berarti juga nilai dari suatu
kenyataan-kenyataan proses. Untuk tujuan apa sebuah ilmu dikembangkan, apakah ia
bebas nilai atau tidak, dan nilai-nilai apa yang harus dikembangkan oleh seorang
pengemban ilmu adalah pertanyaan dasar dari kajian aksiologis ilmu.
* Sebuah jawaban kunci tentang untuk apa sebuah ilmu dikembangkan adalah bahwa ia
bertujuan untuk meningkatkan kemaslahatan hidup umat manusia dan mengangkatnya ke
dalam sesuatu yang lebih bernilai. Pengembangan demi pengembangan ilmu pada
akhirnya telah mendorong peningkatan kualitas hidup manusia, memberikan kemudahan,
mendorong perubahan ke arah yang lebih baik, dan menjadikan pergeseran budaya hidup
manusia yang lebih bernilai. Meski pada akhirnya potensi destruksi atas berbagai temuan
keilmuan menjadi kejadian iringan, namun bahwa ilmu dikembangkan untuk
meningkatkan derajat kehidupan manusia adalah hal yang menjadi nilai utama. Bakker
dan Zubair (1990) mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah upaya khusus manusia
untuk berkomunikasi satu sama lain, berdialog, dan mengangkat harkatnya.
Jika diskusi ini ingin diruncingkan, maka akan muncul sanggahan-
sanggahan normatif, semisal mengapa temuan ilmu pengetahuan justru
telah menghasilan erosi lingkungan, katakanlah dalam proses ekstraksi
sumber daya alam. Atau ada pertanyaan penting mengapa temuan
teknologi justru menyebabkan dehumanisasi dalam bentuk perang dan
pembunuhan.
Namun pandangan ini tentu berbeda ketika ilmu dianggap tidak bebas nilai. Banyak
ilmuwan yang memahami bahwa ilmu pada dasarnya tidak bebas nilai. Bahwa ilmu
adalah bagian dari peradaban manusia dan karenanya ia dikembangkan sejalan
dengan nilai-nilai masyarakat yang dianut disekelilingnya, maka ia tidak bebas
nilai. Nilai-nilai yang berkembang harus diterima sebagai pembatas atas
pengembangan keilmuan dengan argumen toh bahwa ilmu dikembangkan untuk
menjawab kepentingan manusia. Maka nilai-nilai sekitar harus dipertimbangkan,
misalnya nilai religiusitas, nilai etika, atau misalnya nilai-nilai kearifan lokal.
Dalam pengembangan ilmu di Indonesia, ilmu dipandang tidak bebas
nilai. Dalam proses pengembangannya, pertimbangan nilai-nilai yang telah
ada dan berkembang sebagai prinsip hidup harus dijembatani. Sebagai
masyarakat beragama, maka nilai-nilai religiusitas harus menjadi salah satu
nilai pendamping dalam pengembangan keilmuan, maka muncullah mata
kuliah dasar tentang Pendidikan Agama.
Seorang pencari dan pengembang ilmu juga selalu mengutamakan nilai-nilai kejujuran dalam
bekerja, selalu menjunjung tinggi sikap ingin tahu, dan menghindari kecurangan akademik.
Secara lebih khusus, setiap lembaga pendidikan dapat menentukan nilai-nilai dasar dalam
proses aktivitasnya, termasuk Universitas Bangka Belitung yang telah menetapkan nilai-nilai
ke-UBB-an. Nilai-nilai tersebut menjadi tuntutan sekaligus tuntunan; orientasi sekaligus
motivasi; cita-cita yang dituju sekaligus idealisasi tindakan.
Daftar Pustaka
* Bakker, A, Achmad Charris Zubair, 1990. Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius : Yogyakarta.
* Delfgaauw, Bernard, 1988. Filsafat Abad 20, dialihbakasan oleh Soejono Soemargono, Tiara Wacana : Yogyakarta.
* Frondizi, Risieri, 1963. What is Value? An Introduction to Axiology, Translated by Solomon Lipp, University of Buenos Aires :
Buenos Aires.
* Garvey, James, 2010. 20 Karya Filsafat Terbesar, Kanisius : Yogyakarta.
* Hadiwijono, Harun, 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Kanisius : Yogyakarta.
* Kaelan, 2002. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Paradigma : Yogyakarta.
* Kymlicka, Will. 2004. Pengantar Filsafat Kontemporer, Kajian Khusus Atas Teori-Teori Keadilan, penerjemah Agus Wahyudi,
Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
* Mudhofir, Ali, Heri Santoso, 2007. Asas Berfilsafat, Pustaka Rasmedia : Yogyakarta.
* Mustansyir, Rizal, 2001. Sejarah Perkembangan Ilmu dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
Liberty : Yogyakarta.
* Murtiningsih, Wahyu, 2012. Para Filsuf, dari Plato Sampai Ibnu Bajjah, IRCiSoD : Yogyakarta.
* Muslih, Mohammad, 2004. Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, Belukar :
Yogyakarta.
* Scruton, Roger, 1980. Sejarah Singkat Filsafat Modern, dari Descartes sampai Wittgenstein, dialihbahasakan oleh Zainal Arifin
Tanjdung, Pantja Simpati : Jakarta.
* Siswomihardjo, Koento Wibisono, 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Sketsa Umum Mengenai Kelahiran dan Perkembangannya
sebagai Pengantar untuk memahami Filsafat Ilmu dalam Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
Liberty : Yogyakarta.
TERIMA KASIH