PERSALIANAN
Hajar Nur Fathur Rohmah
Semester VI Prodi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan
1. Kesiapan Dan Ketahanan Emosi Dalam Persalinan
Kesiapan Fisik
Mempersiapkan kesehatan ibu, status gizi ibu, program P4K
Kesiapan Psikologis
Menghindari kepanikanengan dukungan, ketakutan, bersikap tenang
Kesiapan Finansial
Kesiapanan dana persalinan, perlengkapan bayi, asuransi, biaya
administrasi lainnya
Kesiapan Budaya
Menyadari budaya sendiri dan menghindari budaya kurang baik.
Kesiapan materi
Persiapan dari perlengkapan bayi dan ibu saat bersalin
Contoh Persiapan Persalinan
ibu dan bayi
Faktor mempengaruhi Kesiapan
Persalinan
01 Usia 03 Ekonomi
Usia yang matang mempengaruhi Pendapatan, kesiapan keuangan
dalam pengambilan keputusan mempengaruhi kesiapan persalinan.
saat bersalin.
02 04 Dukungan keluarga
Pendidikan 05 dan Nakes
Pendidikan mempengaruhi Dukungan dari keluarga dapat
pengetahuan tentang menghadapi memberikan rasa nyaman dan percaya
diri, dukungan dari nakes dapat
persalinan.
menambah informasi tentang cara
merawat bayi/IMD
K e m ata n g a n Emosi
Persiapan
• Siapkan instrumen yang dibutuhkan untuk persiapan
pasien agar hasilnya dapat ditulis dalam lembar
partograf
Cara
Penilaian Awal
Isi nomer register, identitas ibu, tanggal dan waktu masuk,
• anamnesis tentang keadaan air ketuban, waktu mulai persalinan dan sudah
berapa
persalinan terjadi.
Cara
•Penilaian Awal
•Lakukan pemeriksaan umum dan obstetri
• Buat kesimpulan saat pemeriksaan dan cantumkan hasil pemeriksaan dalam lembar
• partograf
• Beri tanda X pada angka yang sesuai dengan hasil pemeriksaan dilatasi servix, dimulai pada fase ak
(pembukaan ≥ 4 cm)
• Perhatikan bahwa dilatasi menunjukkan fase dalam persalinan
• Cantumkan waktu pemeriksaan, sesuai atau segaris dengan tanda X pada dilatasi
• Cantumkan pula penurunan kepala (O)
• Gambarkan kontraksi yang terjadi pada garis yang sama dengan waktu dan dilatasi, pada kolom
kontraksi, lakukan evaluasi kontraksi tiap 10 menit
• Catat nadi, tekanan darah, suhu, hasil uji urin dan obat-obatan atau cairan yang diberikan serta
kondisi air ketuban.
Cara
Penilaian Lanjutan
a. Penilaian kemajuan persalinan dinilai tiap 4 jam (kecuali bila sudah
dalam fase aktif dan hampir lengkap, observasi dilakukan tanpa selang
waktu 4 jam)
b. Cantumkan tanda X pada garis dilatasi dan waktu pemeriksaan
c. Catat pula perubahan yang terjadi pada detak jantung janin, moulage
kepala, tanda vital ibu, kondisi air ketuban, cairan dan obat- obatan
yang diberikan
d. Bila pada pemeriksaan dilakukan pada saat fase aktif (pembukaan > 3
cm) maka ditulis tanda X sesuai dengan besarnya pembukaan pada garis
waspada.
e. Bila titik X menyentuh atau berada di antara garis waspada dan
bertindak, lakukan pemeriksaan seperlunya
Cara
Penilaian Lanjutan
f. Turunnya kepala janin diukur dengan pemeriksaan luar dengan
memperhatikan bagaimana jari-jari dapat melingkupi kepala- bagian
kepala yang tidak masuk ke dalam panggul. Diantara bagian dilatasi
servix dan waktu, terdapat garis yang menunjukkan penurunan kepala
yang ditandai dengan tanda O (kisaran 0-5):
5 : Teraba 5 jari di atas simphisis
4 : Teraba 4 jari di atas simphisis
3 : Teraba 3 jari di atas simphisis
2 : Teraba 2 jari di atas simphisis
1 : Teraba 1 jari di atas simphisis
0 : Tidak teraba
Cantumkan tanda tersebut sesuai dengan garis dilatasi dan waktu setiap
kali melakukan pemeriksaan.
10.3 11.3 12.3
0 0 0
Cara
Penilaian Lanjutan
g. Catat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
menggunakan simbol:
• ░ kontraksi lemah, durasi kurang dari 20 detik
• ▒ kontraksi sedang, durasi 20-40 detik
• ▓ kontraksi kuat, durasi lebih dari 40 detik
Cara
Penilaian Lanjutan
h. Catat kondisi detak jantung janin pada kolom yang tersedia, beri titik pada
frekuensi yang sesuai dengan pemeriksaan dan cantumkan pada garis
waktu pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan DJJ dicatat setiap 30 menit atau lebih sering jika ada
tanda- tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan
memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tidak terputus.
Abnormalitas Denyut Jantung Janin:
– DJJ yang > 160x/ mnt atau < 120x/ mnt mungkin menunjukan adanya gawat janin. Jika DJJ
terdengar abnormal, anjurkan ibu untuk berbaring pada sisi kirinya.
– Pada persalinan kala 1 lakukan pemeriksaan DJJ setiap 15 menit segera setelah puncak
kontraksi uterus.
– Jika DJJ tetap abnormal setelah 3x pemeriksaan, penolong persalinan harus mengambil
tindakan yang sesuai, penolong persalinan harus merujuk dengan ibu berbaring ke kiri.
Cara
Penilaian Lanjutan
i. Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ,
Nilai air ketuban dengan mencantumkan kode:
J = Jernih
D = Ketuban mengandung darah
M = Mengandung mekonium
K = Kering
U = Selaput ketuban utuh
Cara
Penilaian Lanjutan
j. Cantumkan moulage atau penyusupan tulang kranium dengan kode
sebagai
berikut:
O Sutura mudah diraba
+ Tulang- tulang saling bersentuhan
++ Tulang- tulang tumpang tindih, tapi masih dapat digerakkan
+++ Tulang tumpang tindih dan tidak dapat digerakkan
Midwifery Update
PENGGUNAAN PARTOGRAF
Midwifery Update
PENGGUNAAN PARTOGRAF
Midwifery Update
Lembar partograf halaman depan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1. Kondisi janin
• DJJ;
• Warna dan adanya air ketuban
• Penyusupan (molase) kepala janin
2. Kemajuan Persalinan
• Pembukaan
• Penurunan Kepala
• Kontraksi
Memperoleh
Informasi
komitmen atau
yang tepat
dukungan
Upaya atau
proses
1. Jelas (clear) 6.Meyakinkan (convince)
Pesan yang disampaikan kpd KIAT-KIAT KOMUNIKASI Menyampaikan advokasi kepada
sasaran harus disusun sampai pejabat terkait
jelas dan baik isinya ADVOKASI EFEKTIF 7.Kontektual (contextual)
Program yang disampaikan harus
2. Benar (correct)
Pesan yang disampaikan disertai 9 dikaitkan dgn upaya peningkatan
fakta/data empiris kesejahteraan masyarakat
3. Konkret (concrete)
5 setempat
8. Berani (courage)
Program dirumuskan dalam
4 1 Berani berargumentasi ttg
bentuk operasional programnya kpd pejabat terkait
4. Lengkap (complete) 8 2 6 10 9. Hati-hati (cautious)
Materi harus disampaikan dgn komunikasi yg disampaikan tidak
lengkap boleh melewati batas etika
3
5. Ringkas (concise) 10. Sopan (courteous)
Pesan komunikasi yang ringkas
dan lengkap disebut pesan yang 7 Advokator harus bersikap sopan,
baik sopan dlm tutur kata
“padat” maupun penampilan
Definisi Gentle Birth
• Gentle Birth adalah metode melahirkan dengan pendekatan holistik yang ramah jiwa, menjunjung
tinggi kearifan persalinan yang merunduk pada prinsip alam dan dilakukan pada lingkungan yang
bersahabat dan familiar bagi seorang ibu. Gentle Birth, dilihat dari asal katanya, gentle dan birth,
merupakan suatu proses kelahiran yang lembut. Disebut juga sebagai natural birth.Posisi Gentle Birth
dalam sebuah kelahiran adalah menyampaikan pada satu pemahaman bagaimana persalinan dianggap
satu hal alamiah yang merupakan siklus kehidupan manusia. Sehingga dengan Gentlebirth, ibu dan
bayi diperlakukan sebagai individu atau lakon utama dalam persalinan, bukan tenaga medis ataupun
peralatan pendukungnya (Aprilia, 2014).
• Dalam Tzu Chi Nursing Journal, Gentle Birth adalah konsep dari metode persalinan yang telah
dilakukan sejak dahulu kala sebelum berbagai prosedur medis modern dalam proses persalinan
menjadi hal yang umum dilakukan seperti saat ini. Di mana setiap perempuan yang sedang
mengandung dengan kondisi yang sehat memiliki kemampuan untuk melahirkan secara alami tanpa
banyak melibatkan penanganan medis secara modern (Hung, 2009).
Kunci Gentle Birth
• Semangat
• Bersungguh-sungguh dan berkomitmen
• Tidak mudah terpengaruh/focus
• Menyatu antara body. Mind, soul
Elemen kunci Gentle Birth
• Perlunya Persiapan • Mengurangi & mencegah
• Perlunya dukungan untuk melahirkan intervensi yang tidak perlu
secara normal dan alami dalam persalinan
• Lingkungan yang Meyakinkan dan
• Penundaan Pemotongan Tali
Menenangkan
• Dukungan yang Terus-menerus Pusat
Selama Persalinan • Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Suasana yang Tenang &Rooming In
• Cahaya yang Remang-remang • Hindari Birth Trauma dan
• Kebebasan Bergerak dan selaras kekerasan dalam persalinan
dengan alam serta memahami tubuh dan kelahiran
• Percayai Kekuatan Alam
• Pentingnya napas pertama
• Belaian atau Sentuhan Pertama
Selama Kontraksi
• Fokus pada rasa nyaman saat kontraksi datang • Cari posisi yang paling nyaman, bisa
• Terus fokus pada nafas berada di posisi tegak atau bersandar
• Buat embusan lebih panjang dibandingkan
ke depan (berdiri maupun duduk atau
tarikan nafas. bahkan merangkak).
• Jangan biarkan ada kerutan diwajah, terutama • Membuat suara (dengan low tone)
alis, dan ketegangan di rahang yang mana resonansi dan getarannya
• Selama kontraksi, harus tersenyum dapat membuat panggul menjadi
• Jangan biarkan tangan mencengkram apa pun. lebih rileks. Misalnya setiap kali
Semua harus rileks. menghembuskan nafas seperti
• Izinkan setiap embusan nafas membuat tubuh
“Hummmmmm”, “Ohmmmmmm”,
seolah membuka dan meringankan segala “Aaaaaa….”.
ketidaknyamanan tubuh.
Tahapan Gentle Birth
• Fase 1 : pemeriksaan kesehamilan, konsultasi, USG, Childbirth, Preparation Class Overview
• Diawal proses persalinan sebaiknya tidak hanya rebahan saja namun juga gerakkan tubuh.
• Gantilah posisi setidaknya setiap setengah hingga dua jam sekali. Buatlah ruangan di dalam kamar yang
bumi.
• Beberapa variasi yang digunakan pada posisi berdiri ini adalah :
• Berdiri
• Berdiri sambil berpelukan atau memegang bahu dan leher pasangan sama seperti orang sedang berdansa.
Dapat juga berdiri memegang suatu benda atau sambil menyenderkan tangan dan kepala di tembok.
• Berjongkok
• Posisi jongkok ini adalah posisi yang paling efektif yang bisa dipakai untuk semua tahap persalinan, baik
pada saat awal persalinan maupun pada saat proses mengejan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
posisi berjongkok sering membuat cepat lelah jika tidak benar posisinya atau tidak hati-hati. Ketika
berjongkok tekanan harus rata diseluruh telapak kaki, jangan hanya di ujung jemari kaki (berjinjit) atau
jangan hanya di tungkai saja.
• Duduk
• Duduk dengan tubuh sedikit condong kedepan sangatlah bagus untuk membantu proses
persalinan semakin cepat dan lancer. Selain nyaman untuk sang ibu, ternyata posisi ini
juga mampu mengoptimalkan posisi janin di dalam kandungan supaya sejajar dengan
jalan lahir.
• Berlutut atau Menungging
• Posisi ini sering digunakan ibu yang mengalami rasa tidak nyaman di pinggang.Posisi ini
sangat membantu mengurangi tekanan di tulang ekor dan pinggang.
• Tidur miring
• Posisi ini juga bisa digunakan untuk istirahat. Dapat memiringkan badan ke kanan dan ke
kiri
• Fase 2: parenting class, yoga/senam ibu hamil, spa dan pijat ibu hamil,
hidroterapi. Pada fase kedua ini harus lebih aktif dan berusaha untuk terhubung
dengan tubuh. Karena semakin rileks maka otot di jalan lahir akan lentur dan
elastic. Namun, semakin tegang maka proses persalinan akan lebih Panjang dan
lama.
• Beberapa posisi yang dapat Anda lakukan di fase ini antara lain :
• Posisi jongkok yang di sangga/didukung
• Posisi ini akan membuat diameter dipintu panggul semakin lebar. Posisi ini juga membuat
tekanan di perineum lebih rata sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya robekan
pada perineum.
• Posisi berdiri
• Posisi berdiri saat proses persalinan terkadang membuat seorang ibu merasa lebih nyaman
karena otomatis tekanan di tulang ekor dan punggung lebih berkurangdanibu lebih
leluasa menggerakkan tubuhnya diatas kakinya sendiri.
• Saat ini pelayanan yang diberikan kepada ibu mengacu pada asuhan sayang ibu, yang
merupakan asuhan dengan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan
keinginan sang ibu. Cara paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah
dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya
dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang
sedang hamil?” (Depkes RI, 2004).
• Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa
para ibu yang diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta
mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mendapatkan rasa aman dan penampilan yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Disebutkan
juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti
ekstraksi vakum, cunam, dan seksio cesarea/Caesar. Selain itu, asuhan ini juga dapat
membuat persalinan berlangsung lebih cepat. (Enkin, et al, 2000).
• Dukungan dalam persalinan dapat berupa pujian, penentraman hati, tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan tentang yang terjadi selama
persalinan dan kelahiran, serta sikap ramah yang konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi
oleh bidan. Namun, pada praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat
mengalihkan perhatian mereka dari si ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).Oleh karena itu,
seorang perempuan yang bersalin harus ditemani orang yang ia percayai dan dapat
membuatnya merasa nyaman, bisa pasangan/suami, sahabat, atau anggota keluarga dekat
lainnya.
• Menurut Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus diajak
menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua suami siap mental
menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya mereka malah panik. Jadi persiapkan
dari sekarang, ajak suami Anda membaca lebih banyak buku tentang proses persalinan.
• Menurut Dr. Ruth (2002), sebagai pendamping persalinan, suami dapat melakukan beberapa hal seperti berikut :
• Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan istri jika persalinan ternyata berlangsung lebih lama dari yang
diperkirakan. Ada baiknya suami diberitahu terlebih dahulu, bahwa jika nanti istrinya berteriak padanya, itu hanya
karena sang istri tidak mungkin berteriak pada dokter.
• Memijat bagian tubuh istri, agar ia tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan perhatiannya dari sakitnya kontraksi.
Suami bisa juga memberi pukulan perlahan pada perut yang disebut effleurage, atau melakukan endorphin massage
menggunakan ujung jari.
• Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen, atau potongan es untuknya, atau
memanggilkan perawat dan dokter jika ia membutuhkan bantuan.
• Menjadi pegangan istri saat mengejan dan mendorong, serta membimbing istri untuk bisa mengejan dengan cara
yang paling efektif.
• Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar pada proses persalinan akan sangat penting dalam membantu istri,
terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami sering mengeluhkan betapa tertekannya
mereka kerena sama sekali tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menolong istri mereka (Lutfiatus Sholihah,
2004:35).
• Namun, ada kalanya suami tidak bersedia mendampingi istri di ruang bersalin dengan berbagai alasan.
• Tidak siap mental. Umumnya para suami tidak tega dan lekas panik saat melihat istri mereka kesakitan, atau
juga mereka tidak tahan jika harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah
orang yang tepat menjadi pendamping di ruang bersalin.
• Tidak diizinkan pihak rumah sakit (RS). Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping persalinan
selain petugas medis, baik untuk persalinan normal maupun Caesar. Alasan yang diajukan antara lain kehadiran
pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan,
tempat yang tidak luas, dan kesterilan ruang operasi yang dapat berkurang dengan jumlah orang yang terlalu
banyak.
• Suami sedang dinas. Jika suami sedang dinas ke tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan pulang
untuk menemani istri saat bersalin, tentu si istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami, masih
ada anggota keluarga lain yang dapat menemani, seperti ibu atau ibu mertua. Momen persalinan pun kini
dapat diabadikan dalam bentuk foto atau video, sehingga suami tidak perlu berkecil hati karena telah
melewatkan proses kelahiran bayinya.
• Suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat memberikan
banyak manfaat :
• Memberi rasa tenang dan menguatkan psikis bagi istri, karena suami adalah orang terdekat yang
dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri saat bersalin. Di tengah kondisi yang
tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan
dan ketakutannya.
• Menambah kedekatan emosi suami-istri, karena suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan
mati sang istri saat melahirkan anak mereka, sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya.
• Selalu ada saat dibutuhkan. Dengan berada di samping istrinya, suami dapat siap membantu apa saja
yang dibutuhkan istri.
• Menumbuhkan naluri kebapakan dalam dirinya.
• Lebih menghargai istri dan menjaga perilakunya terhadap istri, setelah melihat pengorbanan si istri
saat bersalin.
• Sebenarnya masih ada orang yang dapat menggantikan peran suami sebagai
pendamping di ruang bersalin. Menurut Mary Nolan (2004), beberapa ibu memilih
pasangan/suami dan ibunya sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya.
Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa pendukung perempuan efektif
meningkatkan hasil persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri
dalam melaksakan tanggung jawab mengasuh bayinya.