Anda di halaman 1dari 64

KONSEP NORMAL PADA

PERSALIANAN
Hajar Nur Fathur Rohmah
Semester VI Prodi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan
1. Kesiapan Dan Ketahanan Emosi Dalam Persalinan
Kesiapan Fisik
Mempersiapkan kesehatan ibu, status gizi ibu, program P4K
Kesiapan Psikologis
Menghindari kepanikanengan dukungan, ketakutan, bersikap tenang
Kesiapan Finansial
Kesiapanan dana persalinan, perlengkapan bayi, asuransi, biaya
administrasi lainnya
Kesiapan Budaya
Menyadari budaya sendiri dan menghindari budaya kurang baik.
Kesiapan materi
Persiapan dari perlengkapan bayi dan ibu saat bersalin
Contoh Persiapan Persalinan
ibu dan bayi
Faktor mempengaruhi Kesiapan
Persalinan

01 Usia 03 Ekonomi
Usia yang matang mempengaruhi Pendapatan, kesiapan keuangan
dalam pengambilan keputusan mempengaruhi kesiapan persalinan.
saat bersalin.

02 04 Dukungan keluarga
Pendidikan 05 dan Nakes
Pendidikan mempengaruhi Dukungan dari keluarga dapat
pengetahuan tentang menghadapi memberikan rasa nyaman dan percaya
diri, dukungan dari nakes dapat
persalinan.
menambah informasi tentang cara
merawat bayi/IMD
K e m ata n g a n Emosi

Kematangan emosi merupakan kedewasaan dari


segiartian individu tidak lagi terombang-
•emosional dalam
ambing oleh motif kekanak-kanakan.
• Kriteria kematangan emosi :
- Sikap untuk belajar
- Memiliki rasa tanggung jawab
- Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif
- Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan social
- Beralih dari egosentrisme ke sosiaosentrisme
- Falsafah hidup yang terintegrasi
Faktor Kematangan Emosi :
•Faktor fisik
•Faktor lingkungan
•Faktor individu
•Faktor pengalaman
•Pola-pola control terhadap emosi
•Intelegensia
•Pola asuh
•Tempramen
•Usia
ASPEK KEMATANGAN EMOSI
1) Kemampuan untuk beradaptasi dengan realitas.
2) Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.
3) Dapat mengontrol gejala emosi yang pada
mengarah
4) kemunculan
Kemampuankecemasan.
untuk menemukan kedamaian jiwa dari
memberi dibandingkan dengan menerima.
5) Konsisten terhadap prinsip, janji dan keinginan untuk
menolong orang yang menglami kesulitan.
6) Dapat meredam instink negatif menjadi energi kreatif dan
konstruktif.
7) Kemampuan untuk mencintai.
2. Konsep Dan Penilaian Kemajuan Persalinan

• Kemajuan persalinan meliputi pembukaan serviks dan penurunan kepala janin


• Kemajuan persalinan dapat dinilai dengan menggunakan partograf
Definisi PARTOGRAF
• Alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan.
Tujuan utama

1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan


denganmenilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal
Tujuan khusus

1. Mencatat kemajuan persalinan


2. Mencatat kondisi ibu dan janinnya
3. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan
dan kelahiran
4. Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara
dini mengidentifikasi adanya penyulit
5. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Pengamatan
1. Kemajuan persalinan:
 Pembukaan serviks
 Turunnya kepala
 Palpasi perut: perlimaan kepala janin yang
teraba
 His dinilai :
• Frekuensi/ 10 menit
• Lamanya
2. Keadaan janin
 Frekuensi denyut jantung janin
 Warna, jumlah, dan lamanya ketuban pecah
 Moulage kepala janin
3. Keadaan Ibu
 Nadi, tensi dan suhu
 Urin: Volume protein aseton
 Obat- obatan dan cairan intra vena
 Pemberian oksitosi
Cara

Persiapan
• Siapkan instrumen yang dibutuhkan untuk persiapan
pasien agar hasilnya dapat ditulis dalam lembar
partograf
Cara
Penilaian Awal
Isi nomer register, identitas ibu, tanggal dan waktu masuk,
• anamnesis tentang keadaan air ketuban, waktu mulai persalinan dan sudah
berapa
persalinan terjadi.
Cara

•Penilaian Awal
•Lakukan pemeriksaan umum dan obstetri
• Buat kesimpulan saat pemeriksaan dan cantumkan hasil pemeriksaan dalam lembar
• partograf
• Beri tanda X pada angka yang sesuai dengan hasil pemeriksaan dilatasi servix, dimulai pada fase ak
(pembukaan ≥ 4 cm)
• Perhatikan bahwa dilatasi menunjukkan fase dalam persalinan
• Cantumkan waktu pemeriksaan, sesuai atau segaris dengan tanda X pada dilatasi
• Cantumkan pula penurunan kepala (O)
• Gambarkan kontraksi yang terjadi pada garis yang sama dengan waktu dan dilatasi, pada kolom
kontraksi, lakukan evaluasi kontraksi tiap 10 menit
• Catat nadi, tekanan darah, suhu, hasil uji urin dan obat-obatan atau cairan yang diberikan serta
kondisi air ketuban.
Cara
Penilaian Lanjutan
a. Penilaian kemajuan persalinan dinilai tiap 4 jam (kecuali bila sudah
dalam fase aktif dan hampir lengkap, observasi dilakukan tanpa selang
waktu 4 jam)
b. Cantumkan tanda X pada garis dilatasi dan waktu pemeriksaan
c. Catat pula perubahan yang terjadi pada detak jantung janin, moulage
kepala, tanda vital ibu, kondisi air ketuban, cairan dan obat- obatan
yang diberikan
d. Bila pada pemeriksaan dilakukan pada saat fase aktif (pembukaan > 3
cm) maka ditulis tanda X sesuai dengan besarnya pembukaan pada garis
waspada.
e. Bila titik X menyentuh atau berada di antara garis waspada dan
bertindak, lakukan pemeriksaan seperlunya
Cara
Penilaian Lanjutan
f. Turunnya kepala janin diukur dengan pemeriksaan luar dengan
memperhatikan bagaimana jari-jari dapat melingkupi kepala- bagian
kepala yang tidak masuk ke dalam panggul. Diantara bagian dilatasi
servix dan waktu, terdapat garis yang menunjukkan penurunan kepala
yang ditandai dengan tanda O (kisaran 0-5):
 5 : Teraba 5 jari di atas simphisis
 4 : Teraba 4 jari di atas simphisis
 3 : Teraba 3 jari di atas simphisis
 2 : Teraba 2 jari di atas simphisis
 1 : Teraba 1 jari di atas simphisis
 0 : Tidak teraba
Cantumkan tanda tersebut sesuai dengan garis dilatasi dan waktu setiap
kali melakukan pemeriksaan.
10.3 11.3 12.3
0 0 0
Cara
Penilaian Lanjutan
g. Catat kontraksi uterus pada bawah lajur waktu yaitu ada lima lajur kotak
dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat
jumlah kontraksi daiam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit
menggunakan simbol:
• ░ kontraksi lemah, durasi kurang dari 20 detik
• ▒ kontraksi sedang, durasi 20-40 detik
• ▓ kontraksi kuat, durasi lebih dari 40 detik
Cara
Penilaian Lanjutan
h. Catat kondisi detak jantung janin pada kolom yang tersedia, beri titik pada
frekuensi yang sesuai dengan pemeriksaan dan cantumkan pada garis
waktu pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan DJJ dicatat setiap 30 menit atau lebih sering jika ada
tanda- tanda gawat janin. Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit. Skala
angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. DJJ dicatat dengan
memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik
lainnya dengan garis tidak terputus.
Abnormalitas Denyut Jantung Janin:
– DJJ yang > 160x/ mnt atau < 120x/ mnt mungkin menunjukan adanya gawat janin. Jika DJJ
terdengar abnormal, anjurkan ibu untuk berbaring pada sisi kirinya.
– Pada persalinan kala 1 lakukan pemeriksaan DJJ setiap 15 menit segera setelah puncak
kontraksi uterus.
– Jika DJJ tetap abnormal setelah 3x pemeriksaan, penolong persalinan harus mengambil
tindakan yang sesuai, penolong persalinan harus merujuk dengan ibu berbaring ke kiri.
Cara

Penilaian Lanjutan
i. Warna dan adanya air ketuban, penilaian air ketuban setiap kali melakukan
pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban
pecah. Mencatat temuan-temuan ke dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ,
 Nilai air ketuban dengan mencantumkan kode:
 J = Jernih
 D = Ketuban mengandung darah
 M = Mengandung mekonium
 K = Kering
 U = Selaput ketuban utuh
Cara

Penilaian Lanjutan
j. Cantumkan moulage atau penyusupan tulang kranium dengan kode
sebagai
berikut:
 O Sutura mudah diraba
 + Tulang- tulang saling bersentuhan
 ++ Tulang- tulang tumpang tindih, tapi masih dapat digerakkan
 +++ Tulang tumpang tindih dan tidak dapat digerakkan

k. Penilaian lanjutan seterusnya disesuaikan dengan kemajuan


persalinan.
U
0
Cara
Penilaian Lanjutan
l. Kondisi Ibu:
 Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh, angka di sebelah kiri bagian
partograf berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
 Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan atau lebih
sering
jika dicurigai adanya penyulit menggunakan simbol titik (•).
 Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4 jam selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit.
 Gunakan simbol pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih sering
jika
suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya infeksi dalam kotak yang
sesuai.
 Volume urin, protein atau aseton, ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya
setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan kateter. Jika
memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau
protein dalam urin.
 Obat dan Cairan
 Cairan oral : diberikan setiap jam
Kesimpulan

1. Buat kesimpulan setiap kali selesai melakukan


pemeriksaan
2. Sesuaikan hasil kesimpulan dengan rencana
penatalaksanaan
3. Kesimpulan dari waktu ke waktu selalu berubah,
lakukan penyesuaian dengan kondisi yang
ditemukan, jangan terpaku pada ketentuan-ketentuan
waktu dalam melakukan pemeriksaan atau penilaian
lanjutan
Tindakan

1. Bila penilaian sudah menyentuh atau melampaui


garis bertindak, lakukan persiapan untuk terminasi
persalinan (sesuaikan dengan kondisi dan hasil
pemeriksaan saat dilakukan pemeriksaan lanjutan)
2. Bila pembukaan lengkap dan kepala sudah di dasar
panggul pimpin persalinan
3. Beri catatan pada partograf, pada saat tindakan atau
penyelesaian persalinan
Melengkapi Partograf dan perawatan lanjutan

1. Setelah persalinan lengkapi partograf yang belum


diselesaikan
2. Pada bagian belakang partograf, terdapat kolom
pencatatan persalinan, isikan semua kegiatan pasien
selama kala I
3. Ingat dan pahami partograf yang telah dibuat
4. Masukkan kembali partograf ke dalam status pasien
5. Buat laporan persalinan dan buat rencana perawatan
lanjutan
Bidan/ PONED

1. Partograf: Melewati garis waspada (Alert)  RUJUK


2. Persalinan tidak maju  RUJUK, tidak dilakukan
augmentasi/ stimulasi di PONED
3. Induksi tidak dikerjakan di PONED
4. Jika denyut jantung janin abnormal, RUJUK
5. Segera dirujuk tanpa partograf pada keadaan:
 Pre Eklampsia Berat, Eklampsia
 Kehamilan lewat waktu
 Ketuban pecah dini
 Kehamilan kurang dari 34 minggu
 Kelainan letak/ presentasi/ posisi
MENCATAT PROSES PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN
PARTOGRAF

• Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan


untuk keselamatan ibu, hasil observasi dicatat didalam
partograf.
• Partograf membantu bidan mengenali apakah ibu masih dalam
kondisi normal atau mulai ada penyulit.
• Dengan selalu menggunakan partograf, bidan dapat mengambil
keputusan klinik dengan cepat dan tepat sehingga dapat
terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu bersalin.
• Partograf dilengkapi halaman depan dan halaman belakang untuk
diketahui dengan lengkap proses persalinan kala I sampai
dengan kala IV

Midwifery Update
PENGGUNAAN PARTOGRAF

• Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan


sebagai bagian penting asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit.
• Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
• Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang
memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen
dan mahasiswa kedokteran).

Midwifery Update
PENGGUNAAN PARTOGRAF

• Partograf membantu penolong persalinan dalam memantau,


mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
• Pencatatan pada partograph dimulai pada saat proses persalinan
masuk dalam “fase aktif”.
• Bila hasil pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan 4 cm,
tetapi kualitas kontraksi belum adekuat minimal 3x dalam 10
menit dan atau lamanya masih kurang 40 detik, lakukan
observasi selama 1 jam kedepan. Jika masih sama, berarti pasien
belum masuk fase aktif.
• Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi
masih kurang 3x dalam 10 menit atau lamanya kurang dari 40 detik,
pikirkan diagnosa “inertia uteri”
Midwifery Update
Komponen Yang Harus Di Observasi

1. Denyut jantung janin setiap 1/2 jam


2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2
jam
3. Nadi: setiap 1/2 jam
4. Pembukaan serviks setiap 4 jam
5. Penurunan kepala: setiap 4 jam
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
7. Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4
jam

Midwifery Update
Lembar partograf halaman depan menyediakan lajur dan kolom untuk
mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk:
1. Kondisi janin
• DJJ;
• Warna dan adanya air ketuban
• Penyusupan (molase) kepala janin

2. Kemajuan Persalinan
• Pembukaan
• Penurunan Kepala
• Kontraksi

3. Keadaan Umum Ibu


• Tekanan Darah
• Nadi
• Suhu
• Urin
• Makan/minum
Midwifery Update
GARIS WASPADA, GARIS BERTINDAK, DAN LAJUR PEMBERIAN
OKSITOSIN

• Jika dilatasi garis


grafik melewati maka
waspada
mewaspadai penolong
bahwa persalinan harus
yang
sedang berlangsung telah memasuki
kondisi patologis
•Partograf menyediakan lajur pemberian oksitosin untuk persalinan patologis
tetapi intervensi ini hanya dilakukan di fasilitas yang memiliki sumber daya dan
sarana yang lengkap dan petugas memiliki kewenangan untuk melakukan
prosedur tersebut.
Midwifery Update
• 3. Meningkatkan Hasil Kelahiran Melalui Promosi Dan Advokasi
Contohnya Pada Gentle Dan Active Birth
• 5. Mempertahankan Kenormalan Persalinan (Termasuk Analisis
Pendekatan Gentle Birth Dan Asuhan Holistik Dalam Kehamilan)
PROMOSI & ADVOKASI
• Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dan oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong
diri sendiri serta mengembangkan kegatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan di dukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
• Promosi kesehatan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan
batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa
yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoatmodjo, 2012)
Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk memengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasive.
Dapat disimpulkan bahwa:
Advokasi adalah upaya atau proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara
persuasive dengan menggunakan informasi yang akurat dan tepat, sehingga advokasi
dapat diilustrasikan sbg berikut:

Memperoleh
Informasi
komitmen atau
yang tepat
dukungan

Upaya atau
proses
1. Jelas (clear) 6.Meyakinkan (convince)
Pesan yang disampaikan kpd KIAT-KIAT KOMUNIKASI Menyampaikan advokasi kepada
sasaran harus disusun sampai pejabat terkait
jelas dan baik isinya ADVOKASI EFEKTIF 7.Kontektual (contextual)
Program yang disampaikan harus
2. Benar (correct)
Pesan yang disampaikan disertai 9 dikaitkan dgn upaya peningkatan
fakta/data empiris kesejahteraan masyarakat

3. Konkret (concrete)
5 setempat
8. Berani (courage)
Program dirumuskan dalam
4 1 Berani berargumentasi ttg
bentuk operasional programnya kpd pejabat terkait
4. Lengkap (complete) 8 2 6 10 9. Hati-hati (cautious)
Materi harus disampaikan dgn komunikasi yg disampaikan tidak
lengkap boleh melewati batas etika
3
5. Ringkas (concise) 10. Sopan (courteous)
Pesan komunikasi yang ringkas
dan lengkap disebut pesan yang 7 Advokator harus bersikap sopan,
baik sopan dlm tutur kata
“padat” maupun penampilan
Definisi Gentle Birth

• Gentle Birth adalah metode melahirkan dengan pendekatan holistik yang ramah jiwa, menjunjung
tinggi kearifan persalinan yang merunduk pada prinsip alam dan dilakukan pada lingkungan yang
bersahabat dan familiar bagi seorang ibu. Gentle Birth, dilihat dari asal katanya, gentle dan birth,
merupakan suatu proses kelahiran yang lembut. Disebut juga sebagai natural birth.Posisi Gentle Birth
dalam sebuah kelahiran adalah menyampaikan pada satu pemahaman bagaimana persalinan dianggap
satu hal alamiah yang merupakan siklus kehidupan manusia. Sehingga dengan Gentlebirth, ibu dan
bayi diperlakukan sebagai individu atau lakon utama dalam persalinan, bukan tenaga medis ataupun
peralatan pendukungnya (Aprilia, 2014).
• Dalam Tzu Chi Nursing Journal, Gentle Birth adalah konsep dari metode persalinan yang telah
dilakukan sejak dahulu kala sebelum berbagai prosedur medis modern dalam proses persalinan
menjadi hal yang umum dilakukan seperti saat ini. Di mana setiap perempuan yang sedang
mengandung dengan kondisi yang sehat memiliki kemampuan untuk melahirkan secara alami tanpa
banyak melibatkan penanganan medis secara modern (Hung, 2009).
Kunci Gentle Birth
• Semangat
• Bersungguh-sungguh dan berkomitmen
• Tidak mudah terpengaruh/focus
• Menyatu antara body. Mind, soul
Elemen kunci Gentle Birth
• Perlunya Persiapan • Mengurangi & mencegah
• Perlunya dukungan untuk melahirkan intervensi yang tidak perlu
secara normal dan alami dalam persalinan
• Lingkungan yang Meyakinkan dan
• Penundaan Pemotongan Tali
Menenangkan
• Dukungan yang Terus-menerus Pusat
Selama Persalinan • Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Suasana yang Tenang &Rooming In
• Cahaya yang Remang-remang • Hindari Birth Trauma dan
• Kebebasan Bergerak dan selaras kekerasan dalam persalinan
dengan alam serta memahami tubuh dan kelahiran
• Percayai Kekuatan Alam
• Pentingnya napas pertama
• Belaian atau Sentuhan Pertama
Selama Kontraksi
• Fokus pada rasa nyaman saat kontraksi datang • Cari posisi yang paling nyaman, bisa
• Terus fokus pada nafas berada di posisi tegak atau bersandar
• Buat embusan lebih panjang dibandingkan
ke depan (berdiri maupun duduk atau
tarikan nafas. bahkan merangkak).
• Jangan biarkan ada kerutan diwajah, terutama • Membuat suara (dengan low tone)
alis, dan ketegangan di rahang yang mana resonansi dan getarannya
• Selama kontraksi, harus tersenyum dapat membuat panggul menjadi
• Jangan biarkan tangan mencengkram apa pun. lebih rileks. Misalnya setiap kali
Semua harus rileks. menghembuskan nafas seperti
• Izinkan setiap embusan nafas membuat tubuh
“Hummmmmm”, “Ohmmmmmm”,
seolah membuka dan meringankan segala “Aaaaaa….”.
ketidaknyamanan tubuh.
Tahapan Gentle Birth
• Fase 1 : pemeriksaan kesehamilan, konsultasi, USG, Childbirth, Preparation Class Overview

• Diawal proses persalinan sebaiknya tidak hanya rebahan saja namun juga gerakkan tubuh.
• Gantilah posisi setidaknya setiap setengah hingga dua jam sekali. Buatlah ruangan di dalam kamar yang

nyaman dan luas untuk bergerak.


• Gunakan tumpukan selimut dilatai sebagai alas kaki dan tungkai jika ingin jongkok atau untuk alas lutut

jika ingin merangkak.


• Gunakan birthing ball atau beanbag chair untuk bersandar dan untuk menggoyangkan panggul.
• Ketika kontraksi datang begitu kuat, cobalah untuk mandi air hangat atau sekedar berendam untuk

meredakan ketidaknyamanan yang ada.


• Berjalan sangat membantu memendekan fase pertama persalinan karena memanfaatkan gaya gravitasi

bumi.
• Beberapa variasi yang digunakan pada posisi berdiri ini adalah :

• Berdiri
• Berdiri sambil berpelukan atau memegang bahu dan leher pasangan sama seperti orang sedang berdansa.
Dapat juga berdiri memegang suatu benda atau sambil menyenderkan tangan dan kepala di tembok.

• Berjongkok
• Posisi jongkok ini adalah posisi yang paling efektif yang bisa dipakai untuk semua tahap persalinan, baik
pada saat awal persalinan maupun pada saat proses mengejan. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
posisi berjongkok sering membuat cepat lelah jika tidak benar posisinya atau tidak hati-hati. Ketika
berjongkok tekanan harus rata diseluruh telapak kaki, jangan hanya di ujung jemari kaki (berjinjit) atau
jangan hanya di tungkai saja.
• Duduk
• Duduk dengan tubuh sedikit condong kedepan sangatlah bagus untuk membantu proses
persalinan semakin cepat dan lancer. Selain nyaman untuk sang ibu, ternyata posisi ini
juga mampu mengoptimalkan posisi janin di dalam kandungan supaya sejajar dengan
jalan lahir.
• Berlutut atau Menungging
• Posisi ini sering digunakan ibu yang mengalami rasa tidak nyaman di pinggang.Posisi ini
sangat membantu mengurangi tekanan di tulang ekor dan pinggang.
• Tidur miring
• Posisi ini juga bisa digunakan untuk istirahat. Dapat memiringkan badan ke kanan dan ke
kiri
• Fase 2: parenting class, yoga/senam ibu hamil, spa dan pijat ibu hamil,
hidroterapi. Pada fase kedua ini harus lebih aktif dan berusaha untuk terhubung
dengan tubuh. Karena semakin rileks maka otot di jalan lahir akan lentur dan
elastic. Namun, semakin tegang maka proses persalinan akan lebih Panjang dan
lama.
• Beberapa posisi yang dapat Anda lakukan di fase ini antara lain :
• Posisi jongkok yang di sangga/didukung
• Posisi ini akan membuat diameter dipintu panggul semakin lebar. Posisi ini juga membuat
tekanan di perineum lebih rata sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya robekan
pada perineum.
• Posisi berdiri
• Posisi berdiri saat proses persalinan terkadang membuat seorang ibu merasa lebih nyaman
karena otomatis tekanan di tulang ekor dan punggung lebih berkurangdanibu lebih
leluasa menggerakkan tubuhnya diatas kakinya sendiri.

• Fase 3: proses persalinan


Kelebihan Gentle Birth
• Alami atau normal
• Aman
• Trauma persalinan menjadi minimal
• Mengurangi rasa nyeri
• Efek gaya gravitasi bumi
• Proses persalinan lebih cepat dan efisien
• Resiko distress janin berkurang
• Lebih powerfull
• Pendamping bias lebih terlibat dalam proses persalinan
Prinsip Gentle Birth
• Jujurlah kepada diri sendiri.
• Apa ketakutan dan harapan, maupun impian. Baik mengenai kehamilan maupun proses kelahiran
nantinya. Harus bisa terlebih dahulu mengidentifikasi hal-hal tersebut sebelum bisa mewujudkan
prinsip pertama dari Gentle Birth, menerimanya sebagai bagian dari siklus kehidupan
• Setelah mengungkapkan dan mengidentifikasi ketakutan yang dimiliki, maka ada yang harus diatasi.
Mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya, jangan lupaknowledge is power. Memahami proses
kehamilan dan persalinan. Hal ini penting supaya bisa menentukan mana yang terbaik untuk ibu dan
bayi Anda. Dengan memahami proses kehamilan dan persalinan nantinya, bisa mewujudkan "minimal
intervention, minimum trauma".
• Menetukan siapa yang akan dapat mendampingi dengan baik dan benar dalam menjalani seluruh
proses kehamilan hingga persalinan. Awalnya bisa dimulai dengan membuat keluarga besar mengerti
apa yang mau dalam mewujudkan Gentle Birth Anda ini. Kemudian, carilah tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan
• Dan ini adalah yang paling penting, jalanilah proses kehamilan sampai persalinan dengan bahagia.
Faktor Pendukung Gentle Birth
• Cahaya lampu harus redup.
• Dengan cahaya remang-remang, ibu akan merasa lebih santai dan aman, bahkan lebih mudah mengakses alam
naluriahnya. Apabila ibu menghadapi proses persalinan dengan tenang, tentu bayi akan merasakan hal yang sama
• Menangkap dan memindahkan bayi baru lahir lebih lembut.
• Cara tersebut kerap dilanggar dalam proses persalinan di rumah sakit.“Dalam Gentle Birth, diusahakan tidak ada
paksaan atau tarikan, baik di kepala, bahu maupun tubuh sang bayi ketika lahir.
• Membuat suasana hening di dalam kamar bersalin
• Ini yang jarang sekali terjadi.Di rumah sakit, satu ibu bisa 'dikeroyok’ beberapa bidan yang semuanya memberi aba-
aba seperti pendukung sepak bola. Sementara itu, dalam Gentle Birth, orang-orang yang berhak masuk ke ruang
persalinan adalah orang-orang terdekat sang ibu.
• Kebebasan bergerak untuk ibu.
• Ibu yang sedang menghadapi proses persalinan dapat memilih setiap posisi yang mereka inginkan dan membuat
nyaman selama proses persalinan. Selain memungkinkan ruang yang optimal bagi bayi untuk bergerak ke bawah dan
melalui panggul, kebebasan bergerak serta posisi persalinan yang bebas juga membantu sirkulasi ibu menjadi lebih baik
• Membiarkan tali pusat utuh atau menunda memotongnya.
• Masalah penundaan pengekleman dan pemotongan tali pusat ini sebenarnya sudah disetujui
WHO, namun masih sedikit rumah sakit bersalin yang mempraktikkannya.
• Bayi harus segera berada di pelukan ibunya.
• Ini harus segera dilakukan setelah bayi lahir, dengan menunda semua prosedur yang dapat
mengganggu fase ikatan tersebut. Seperti yang kita tahu, bayi yang baru lahir akan langsung
dipotong tali pusarnya, lalu segera dipisahkan dari dekapan ibunya untuk dilakukan observasi di
inkubator atau di ruang bayi.
• Membiarkan bayi merangkak di dada ibunya untuk menyusu.
• Dalam Gentle Birth, IMD (Inisiasi Menyusu Dini) setelah bayi lahir merupakan kewajiban.
Kecuali jika sang bayi mengalami asfiksia atau kondisi darurat yang memaksa bidan untuk
segera melakukan tindakan demi menyelamatkan sang bayi.
Jenis Gentle Birth
• Water Birth: persalinan dilakukan di dalam air, untuk meringankan sakit pada ibu.
• Hypno Birth: selama mengandung ibu lebih banyak bermeditasi dan
menenangkan diri.
• Silence Birth : selama melahirkan ibu dibuat se-rileks mungkin, tidak panic, dan
menangis.
• Lotus Birth : persalinan yang membiarkan ari-ari dibiarkan lepas dengan
sendirinya.
4. Mendampingi Ibu Bersalin

• Saat ini pelayanan yang diberikan kepada ibu mengacu pada asuhan sayang ibu, yang
merupakan asuhan dengan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan
keinginan sang ibu. Cara paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah
dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya
dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang
sedang hamil?” (Depkes RI, 2004).
• Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa
para ibu yang diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi, serta
mengetahui dengan baik proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mendapatkan rasa aman dan penampilan yang lebih baik (Enkin, et al, 2000). Disebutkan
juga bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan seperti
ekstraksi vakum, cunam, dan seksio cesarea/Caesar. Selain itu, asuhan ini juga dapat
membuat persalinan berlangsung lebih cepat. (Enkin, et al, 2000).
• Dukungan dalam persalinan dapat berupa pujian, penentraman hati, tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan ibu, kontak fisik, penjelasan tentang yang terjadi selama
persalinan dan kelahiran, serta sikap ramah yang konstan. Tugas-tugas tersebut dapat dipenuhi
oleh bidan. Namun, pada praktiknya bidan juga harus melakukan prosedur medis yang dapat
mengalihkan perhatian mereka dari si ibu. (Nike Badhi Subeki, SKp, 2003).Oleh karena itu,
seorang perempuan yang bersalin harus ditemani orang yang ia percayai dan dapat
membuatnya merasa nyaman, bisa pasangan/suami, sahabat, atau anggota keluarga dekat
lainnya.

• Menurut Lutfiatus Sholihah (2004), selama masa kehamilan, suami juga sudah harus diajak
menyiapkan diri menyambut kedatangan si kecil, karena tidak semua suami siap mental
menunggui istrinya yang sedang kesakitan. Adakalanya mereka malah panik. Jadi persiapkan
dari sekarang, ajak suami Anda membaca lebih banyak buku tentang proses persalinan.
• Menurut Dr. Ruth (2002), sebagai pendamping persalinan, suami dapat melakukan beberapa hal seperti berikut :
• Memberi dorongan semangat yang akan dibutuhkan istri jika persalinan ternyata berlangsung lebih lama dari yang
diperkirakan. Ada baiknya suami diberitahu terlebih dahulu, bahwa jika nanti istrinya berteriak padanya, itu hanya
karena sang istri tidak mungkin berteriak pada dokter.
• Memijat bagian tubuh istri, agar ia tidak terlalu tegang atau untuk mengalihkan perhatiannya dari sakitnya kontraksi.
Suami bisa juga memberi pukulan perlahan pada perut yang disebut effleurage, atau melakukan endorphin massage
menggunakan ujung jari.
• Memastikan istri merasa nyaman dengan menyediakan bantal, air, permen, atau potongan es untuknya, atau
memanggilkan perawat dan dokter jika ia membutuhkan bantuan.
• Menjadi pegangan istri saat mengejan dan mendorong, serta membimbing istri untuk bisa mengejan dengan cara
yang paling efektif.
• Kehadiran suami tanpa tekanan dari luar pada proses persalinan akan sangat penting dalam membantu istri,
terutama jika suami tahu banyak tentang proses melahirkan. Para suami sering mengeluhkan betapa tertekannya
mereka kerena sama sekali tidak tahu apa yang harus dikerjakan untuk menolong istri mereka (Lutfiatus Sholihah,
2004:35).
• Namun, ada kalanya suami tidak bersedia mendampingi istri di ruang bersalin dengan berbagai alasan.

• Tidak siap mental. Umumnya para suami tidak tega dan lekas panik saat melihat istri mereka kesakitan, atau
juga mereka tidak tahan jika harus melihat darah yang keluar saat persalinan. Tipe suami seperti ini bukanlah
orang yang tepat menjadi pendamping di ruang bersalin.
• Tidak diizinkan pihak rumah sakit (RS). Beberapa RS tidak mengizinkan kehadiran pendamping persalinan
selain petugas medis, baik untuk persalinan normal maupun Caesar. Alasan yang diajukan antara lain kehadiran
pendamping dapat mengganggu konsentrasi petugas medis yang tengah membantu proses persalinan,
tempat yang tidak luas, dan kesterilan ruang operasi yang dapat berkurang dengan jumlah orang yang terlalu
banyak.
• Suami sedang dinas. Jika suami sedang dinas ke tempat yang jauh sehingga tidak memungkinkan pulang
untuk menemani istri saat bersalin, tentu si istri harus memahami kondisi ini. Walaupun tidak ada suami, masih
ada anggota keluarga lain yang dapat menemani, seperti ibu atau ibu mertua. Momen persalinan pun kini
dapat diabadikan dalam bentuk foto atau video, sehingga suami tidak perlu berkecil hati karena telah
melewatkan proses kelahiran bayinya.
• Suami yang siap mental mendampingi istrinya selama proses persalinan dapat memberikan
banyak manfaat :
• Memberi rasa tenang dan menguatkan psikis bagi istri, karena suami adalah orang terdekat yang
dapat memberikan rasa aman dan tenang yang diharapkan istri saat bersalin. Di tengah kondisi yang
tidak nyaman, istri memerlukan pegangan, dukungan, dan semangat untuk mengurangi kecemasan
dan ketakutannya.
• Menambah kedekatan emosi suami-istri, karena suami akan melihat sendiri perjuangan hidup dan
mati sang istri saat melahirkan anak mereka, sehingga membuatnya semakin sayang kepada istrinya.
• Selalu ada saat dibutuhkan. Dengan berada di samping istrinya, suami dapat siap membantu apa saja
yang dibutuhkan istri.
• Menumbuhkan naluri kebapakan dalam dirinya.
• Lebih menghargai istri dan menjaga perilakunya terhadap istri, setelah melihat pengorbanan si istri
saat bersalin.
• Sebenarnya masih ada orang yang dapat menggantikan peran suami sebagai
pendamping di ruang bersalin. Menurut Mary Nolan (2004), beberapa ibu memilih
pasangan/suami dan ibunya sendiri untuk menjadi pendamping persalinannya.
Ada sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa pendukung perempuan efektif
meningkatkan hasil persalinan dan membantu calon ibu merasa percaya diri
dalam melaksakan tanggung jawab mengasuh bayinya.

• Yang terpenting adalah bahwa pendampingan di ruang bersalin sangatlah penting


dan sangat dibutuhkan oleh setiap calon ibu. Untuk itu, sebelum bersalin,
sebaiknya ibu sudah memutuskan siapa yang akan mendampinginya nanti selama
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai