Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN ASUHAN

KEFARMASIAN ISLAMI PADA


PASIEN DM DENGAN KAKI
DIABETIK DI PUSKESMAS

Dilla Revina Aprilia 2000023180


Nur Ashsiddiqiyyah Syarifuddin 2000023183
Putri Dira Nabilla 2000023184

Here is where your presentation begins


PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang terjadi akibat defisiensi sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Diabetes melitus dapat
diklasifikasikan menjadi adalah tipe 1, tipe 2, dan tipe lain. Penyakit ini memiliki tanda dan gejala, antara lain
seperti sering kencing (poliuria), cepat lapar (polifagia), sering haus (poligipsi), berat badan turun cepat tanpa
penyebab yang jelas, tenaga kurang (merasa lemas), dan lainnya.
Menurut data Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2019 sedikitnya terdapat 463
juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia yang menderita diabetes atau setara dengan angka prevalensi sebesar
9,3% dari total penduduk yang memiliki usia sama. Seiring dengan penambahan umur penduduk, prevalensi
diabetes diperkirakan meningkat menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun, akan terus
meningkat hingga 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di tahun 2045. Indonesia sendiri menduduki urutan ketujuh
dari sepuluh negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di tahun 2019, yaitu sebesar 10,7 juta jiwa.
Luka kaki diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa luka terbuka pada permukaan
kulit kaki penderita yang disertai kematian jaringan setempat (Fata et al., 2020). Kaki diabetik di Indonesia adalah
permasalahan yang belum dapat terkelola dengan baik. Menurut American Diabetes Association (ADA),
prevalensi terjadinya kaki diabetik sebesar 12-15%. Prevalensi terjadinya luka kaki diabetik di Indonesia sekitar
13% pada penderita rawat di rumah sakit dan 26% penderita rawat jalan. Luka kaki diabetik dapat berpotensi
menjadi komplikasi dan menyebabkan lebih dari 90% amputasi ekstremitas bawah pada penderita diabetes.
Tingkat kematian karena amputasi kaki diabetik sebesar 11 – 41% setelah satu tahun amputasi, 20 – 50% setelah
tiga tahun pasca amputasi, dan 39 – 80% setelah 5 tahun pasca amputasi (Amelia, 2018).
METODE

Penelitian ini menggunakan traditional literature


review dengan menggunakan penelusuran Google
Scholar dari tahun 2001-2020. Informasi didapatkan dari
berbagai literatur dan disusun berdasarkan hasil yang
telah diperoleh
HASIL
1. Shalat dan Do’a pada Pasien DM
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Hasina, Rahmadaniar, Aditya Putri
dan Sulistyorini dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya yang berjudul “Penerapan
Shalat dan Doa Terhadap Pemaknaan Hidup Pada Pasien Diabetes Mellitus,” umumnya
pasien diabetes melitus yang dirawat di rumah sakit tidak menjalankan ibadah seperti
sholat, berdo’a dan mengaji. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan pasien tentang tata
cara beribadah saat sedang sakit. Umumnya mereka takut berwudhu karena khawatir infus
yang terpasang akan terkena air. Hal ini diperparah dengan tidak ada pendampingan dari
perawat maupun tim pembinaan rohani dari rumah sakit. Umumnya tim rohani rumah
sakit ditemukan di rumah sakit berbasis agama Islam. Pasien penderita diabetes mellitus
umumnya mengalami penurunan pemaknaan hidup. Pemaknaan hidup yang dimaksud
adalah semangat hidup. Hal ini dapat menghambat proses penyembuhan pasien karena
pasien merasa putus asa dan enggan melanjutkan proses pengobatan. Sehingga pembinaan
spiritual dari tim pembinaan rohani sangat diperlukan agar pasien memiliki semangat
hidup dan mau menjalani pengobatan. Patut diingat bahwa aspek spiritual atau agama
merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya menurut WHO.
2. Diabetes Melitus saat Puasa Ramadhan

Terdapat 40-50 juta orang dengan diabetes di dunia seluruh yang


menjalani puasa Ramadhan setiap tahunnya. Penderita diabetes melitus
beresiko mengalami efek samping seperti hipoglikemia, hiperglikemia
dengan atau tanpa ketoasidosis. Umumnya banyak yang menyarankan
pasien untuk tidak menjalankan ibadah puasa karena dapat
mengganggu kadar gula darah. Namun ada tatalaksana diabetes melitus
saat puasa Ramadhan sehingga pasien dapat tetap menjalankan
ibadahnya dengan nyaman. Tata laksana diantaranya yaitu bagi pasien
DM tipe 1 sebaiknya menggunakan terapi insulin dalam regimen basal
bolus dan rutin memeriksa kadar glukosa darah. sedangkan tata laksana
diantaranya yaitu bagi pasien DM tipe 2 sebaiknya pasien menjalani
puasa Ramadhan tanpa masalah. Asupan kalori dalam beberapa porsi
kecil daripada hanya satu porsi besar akan membantu mengurangi
hiperglikemia post prandial.
3. Terapi Murottal Qur’an terhadap Kadar Gula
Darah Pasien DM tipe 2
Pada penelitian yang dilakukan Wiwi Sartika, Metri Lidya, dan Alsri Windra Doni yang
meneliti mengenai Efektivitas Terapi Murottal Al quran terhadap kadar gula darah pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang dilakukan di RSUD DR. Radisin Padang, didapatkan 12 responden perempuan
dan 20 responden laki-laki dimana sebanyak 26 orang tidak mengalami komplikasi dan 6 orang
mengalami komplikasi. Metode yang dilakukan adalah quasi experimental design, dimana dilakukan
rancangan twogroup pretest - posttest control group design. Dilakukan terapi Murottal Al Qur’an
Surat Ar Rahman sebagai variabel Independen, untuk kadar gula darah pasien DM tipe 2 di RSUD Dr
Rasidin Padang sebagai variabel dependen. kelompok intervensi yang telah diukur kadar gula
darahnya, diperdengarkan murottal surah Ar Rahman ayat 1-78 selama kurang lebih 15 menit yang
dilakukan pada pagi dan sore hari selama 7 hari berturut-turut. Pengukuran gula darah pada waktu
berikutnya dilakukan di hari keempat dan kedelapan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ada
perbedaan bermakna antara kadar gula darah rata-rata akhir pasien kelompok yang diperdengarkan
murottal Al Qur’an lebih terkendali (173,94 mg/dl) dibandingkan kelompok yang tidak
diperdengarkan murottal Al Qur’an. Terapi murottal Al Qur’an dapat dijadikan sebagai alternatif
menjaga kestabilan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2.
KESIMPULAN
1. Pembinaan spiritual dari tim
sangat diperlukan agar pasien 3. Terapi murottal Al Qur’an dapat
memiliki semangat hidup dan mau dijadikan sebagai alternatif menjaga
menjalani pengobatan. kestabilan gula darah pada pasien
Diabetes melitus.
2. Pasien DM umumnya banyak yang
menyarankan untuk tidak berpuasa
karena dapat mengganggu kadar
gula darah. Namun ada tatalaksana
diabetes melitus saat puasa
Ramadhan sehingga pasien dapat
tetap menjalankan ibadahnya
dengan nyaman dengan terapi
insulin dalam regimen basal bolus
dan rutin memeriksa kadar glukosa
darah (DM tipe 1), sedangkan pada
DM tipe 2 tetap menjalani puasa.
REKOMENDASI

Perlunya dilakukan
kajian mengenai panduan
asuhan kefarmasian islami
pada pasien DM dengan kaki
diabetik secara lebih lanjut
sehingga dapat terbentuknya
pedoman atau panduan
khusus.
Thanks
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai