0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan40 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang Hirschsprung disease yang merupakan penyakit gangguan sistem saraf entrik usus akibat ketidakhadiran sel-sel ganglion pada bagian distal usus. Penyakit ini disebabkan oleh kegagalan migrasi sel saraf parasimpatis selama perkembangan janin. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari konstipasi kronis hingga enterokolitis. Diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi rektum.
Dokumen tersebut membahas tentang Hirschsprung disease yang merupakan penyakit gangguan sistem saraf entrik usus akibat ketidakhadiran sel-sel ganglion pada bagian distal usus. Penyakit ini disebabkan oleh kegagalan migrasi sel saraf parasimpatis selama perkembangan janin. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari konstipasi kronis hingga enterokolitis. Diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi rektum.
Dokumen tersebut membahas tentang Hirschsprung disease yang merupakan penyakit gangguan sistem saraf entrik usus akibat ketidakhadiran sel-sel ganglion pada bagian distal usus. Penyakit ini disebabkan oleh kegagalan migrasi sel saraf parasimpatis selama perkembangan janin. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari konstipasi kronis hingga enterokolitis. Diagnosis didasarkan pada hasil pemeriksaan histopatologi rektum.
I 111 06 029 ⦿ Pertama kali dilaporkan Frederick Ruysch (1691) ⦿ Harald Hirschsprung (1886) : megakolon kongenital ⦿ Robertson dan Kernohan (1938) 🢧 patogenesis aganglionik ⦿ Tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatis dari pleksus submukosa Meisner dan pleksus mienterikus Auerbach pada usus bagian distal1 ⦿ Sistem saraf 0tonom ⦿ Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, saraf dan pelvikus yang berasal dari sacral mensuplai daerah bagian distal. ⦿ Serabut simpatis meninggalkan medulla spinalis melalui saraf splangnikus untuk mencapai kolon. ◾ penghambatan sekresi ◾ Penghambatan kontraksi ◾ penghambatan perangsangan sfingter rectum • Sistem syaraf autonomik intrinsik pada usus : 3 pleksus – (1) Pleksus Auerbach : diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal – (2) Pleksus Henle : disepanjang batas dalam otot sirkuler – (3) Pleksus Meissner : di sub-mukosa • Hirschsprung Disease: tidak dijumpai ganglion pada pleksus Auerbach dan Meissner tersebut. ⦿ Insidensi berkisar 1:5000 kelahiran ⦿ Prediksi di Indonesia akan lahir 1400 bayi /tahun ⦿ Laki-laki > perempuan ⦿ Resiko tinggi riwayat keluarga dengan hirschsprung & penderita Down Syndrome ⦿ Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko terjadinya penyakit hirschsprung. Tidak berganglion
Kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal (minggu ke 5- minggu ke 12) Tidak Berganglion
◾ Sel ganglion ada, tapi belum berfungsi maksimal ⦿ Kerusakan sel ganglion ◾ Non vaskular : infeksi Trypanosoma cruzi (penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis seperti Tuberculosis. ◾ Vaskular : Kerusakan iskemik pada sel ganglion, tindakan pull through • Berdasarkan segmen yang terkena : – Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum. – Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon. – Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon. – Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang sebagian usus kecil. ⦿ Pada Neonatus Trias gejala klinis: ◾ Pengeluaran mekonium yang terlambat >24 jam ◾ Muntah hijau ◾ Distensi abdomen. ⦿ Pada Anak ◾ Konstipasi kronis ◾ Gizi buruk ◾ Perut buncit ◾ Terlihat gerakan peristaltik
usus di dinding abdomen
⦿ Anamnesis ◾ Keterlambatan pengeluaran mekonium yang pertama, biasanya keluar >24 jam ◾ Muntah berwarna hijau ◾ Obstipasi masa neonatus ◾ Riwayat keluarga ⦿ Pemeriksaan fisik ◾ Perut kembung karena mengalami obstipasi ◾ Colokdubur sewaktu jari ditarik keluar maka feses akan menyemprot keluar ⦿ Pemeriksaan Radiologi Standard Barium Enema 1. Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke proksimal yang panjangnya bervariasi. 2. Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke arah daerah dilatasi; 3. Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi Gambar barium enema penderita Hirschsprung Tampak rektum yang mengalami penyempitan,dilatasi sigmoid dan daerah transisi yang melebar. ⦿ “gold standard” ⦿ Pada bayi baru lahir metode ini dapat dilakukan dengan morbiditas minimal karena menggunakan suction khusus untuk biopsy rectum. ⦿ Daerah yang diambil : ◾2 cm diatas linea dentate ◾ dari yang normal ganglion hingga yang aganglionik. ⦿ Pemeriksaan Patologi Anatomi ◾ Absennya sel ganglion pada pleksus mienterik (Auerbach) dan pleksus submukosa (Meissner). ◾ terlihat dalam jumlah banyak penebalan serabut syaraf (parasimpatis) ⦿Manometri Anorektal ◾ fungsi fisiologi defekasi pada penyakit yang melibatkan spinkter anorektal ◾ Ditemukan: kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika rektum dilebarkan dengan balon. ◾ Keuntungan :dapat segera dilakukan dan pasien bisa langsung pulang ⦿ Neonatus ◾ atresia ileum atau sumbatan anorektum oleh mekonium yang sangat padat (meconium plug sindrome) ⦿ Anak ◾ obstipasi dietik ◾ retardasi mental ⦿ Terapi Medis : ◾ Pemasangan pipa anus atau pemasangan pipa lambung dan irigasi rektum ◾ Pemberian antibiotika pencegahan infeksi ◾ Cairan infus menjaga kondisi nutrisi penderita serta untuk menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa tubuh ⦿ Tahap pertama: kolostomi pada neonatus, ⦿ Tahap kedua: operasi pull-through definitif setelah berat badan anak >5 kg ⦿ (10 pon). Prinsip penanganan: ◾ menentukan lokasi dari usus di mana zona transisi antara usus ganglionik dan aganglionik ◾ reseksi bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis dari daerah ganglionik ke anus atau bantalan mukosa rektum ⦿ Tahap pertama: kolostomi pada neonatus Biasanya dibuat sigmoidostomi one loop, Yaitu bagian usus yang aganglioner dijahit rapat / ditutup, kemudian bagian yang mengandung ganglion ini dimuarakan pada kulit ⦿ Metode Swenson: pembuangan daerah aganglion hingga batas sphincter ani interna dan dilakukan anastomosis coloanal pada perineum ⦿ Reseksi kolon aganglioner, kolon berganglion tarik keanus ⦿ Metode Duhamel: daerah ujung aganglionik ditinggalkan dan bagian yang ganglionik ditarik ke bagian belakang ujung daerah aganglioner. Stapler kemudian dimasukkan melalui anus. ⦿ Teknik Soave: pemotongan mukosa endorectal dengan bagian distal aganglioner Komplikasi umum berupa: ◾ Enterokolitis ◾ kebocoran anastomosis ◾ striktura anastomosis ◾ obstruksi usus ◾ abses pelvis ◾ infeksi luka operasi ⦿ Iskemia mukosa dengan invasi bakteri dan translokasi ⦿ Gejala klinis: diare eksplosif, distensi abdomen, demam, muntah, dan lethargy ⦿ Paling tinggi saat usia 2-4 minggu
⦿ Swenson: hampir 1/3 kasus Hirschsprung
datang dengan manifestasi klinis enterokolitis ⦿ Kejadian berdasar prosedur operasi: Swenson 16,9%, Soave 14,8%, Duhamel 15,4%. ⦿ Enterokolitis pada Hirschsprung dapat didiagnosis dengan foto polos abdomen : ◾ adanya kontur irregular dari kolon yang berdilatasi yang disebabkan oleh oedem, spasme, ulserase dari dinding intestinal ⦿ Perubahan tersebut dapat terlihat jelas dengan barium enema ⦿ Prognosisnya baik ◾ 90% pasien yang mendapat tindakan pembedahan mengalami penyembuhan ◾ 10% pasien yang masih mempunyai masalah dengan saluran cernanya sehingga harus dilakukan kolostomi permanen. ◾ kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar 20%.