Anda di halaman 1dari 20

Dasar-Dasar

Anestesia IV
Oleh : dr. H. J. Lalenoh, SpAn
MONITORING SELAMA
ANESTESIA
 Monitoring → Memerhatikan, mengawasi,
memeriksa.
 Monitoring Ditujukan pada :

1. Keadaan penderita → Reaksi oleh karena


pemberian obat anestesia, terutama reaksi
terhadap fungsi pernapasan dan kardio-
vaskuler → Dapat dilakukan dengan
pancaindera (Melihat, meraba, mendengar)
dan dapat dilakukan dengan alat2 tertentu.
2. Apparatus anestesia yang dipakai → Mesin
Anestesia, Respirator, dll.
 Beberapa keadaan penderita yang perlu
dimonitor antara lain :
1. Tingkat Kedalaman Anestesia :
Tingkat kedalaman anestesia sesuai dengan
tingkat depresi terhadap fungsi SSP → Hal
ini terlihat pada perubahan tekanan darah,
nadi, pernapasan, refleks2, kesadaran (Hal
ini jelas terlihat pada anestesia dengan eter)
Selain itu depresi terhadap SSP terlihat
dengan berkurang/hilangnya respons thdp:
Rengsang pada kulit/mukosa oleh pembeda-
han atau obat anestesia yang berbau me-
rangsang
Rangsang Sus.Saraf Simpatis → Air mata &
keringat tidak keluar, tidak terjadi vaso-
konstriksi pembuluh darah.
Rangsang terhadap respirasi → tidak terjadi
takipnu, napas jadi teratur.
Rangsang terhadap kardiovaskuler → Tidak
terjadi takikardi, hipertensi.
Cara lain untuk menetukan kedalaman
anestesia :
Minimal alveolar concentration (MAC) →
Konsentrasi minimal uap anestesia dalam
udara alveolar yang menghasilkan hilangnya
reaksi terhadap incisi kulit pada 50% obyek
yang diteliti.
Pemeriksaan elektroensefalografi.
2. Temperatur Tubuh :
Obat anestesia menekan pusat pengatur
suhu pada SSP, sehingga tubuh tidak
sanggup mempertahankan suhu/temperatur
tubuh. Oleh sebab itu temperatur tubuh mu-
dah turun/naik sesuai dengan suhu / tempe-
ratur lingkungan dan juga dipengaruhi teknik
anestesia yang diberikan.
Monitoring temperatur tubuh jarang
dilakukan, kecuali pada :
Bayi / anak kecil
Penderita dengan temperatur tubuh ↑
Teknik anestesia dengan hipotermi buatan
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan
melalui :
Esofagus
Rektum
Membrana Timpani
Aksila / Ketiak
Pada penderita dalam keadaan dianestesia,
banyak hal yang mempengaruhi pengaturan
suhu tubuh, antara lain :
Jenis sirkuit anestesia yang dipakai
Tebal / lebarnya kain penutup operasi
Intensitas lampu operasi
Suhu kamar operasi
Luas permukaan tubuh yang terbuka selama
operasi (rongga peritoneum, pleura, dll)
Lamanya anestesia / pembedahan
3. Kardiovaskuler :
Fungsi jantung dapat dinilai dari hasil
observasi :
Nadi
Bunyi jantung melalui stetoskop prekordial
atau oesofageal
Pemeriksaan EKG
Tekanan darah arteri
Tekanan darah vena pusat (CVP)
Produksi Urine
Nadi :
Penilaian nadi dapat dilakukan dgn palpasi
pada A. Radialis, A.Carotis, dll.
Bunyi jantung dapat didengar melalui stetos-
kop prekordial atau oesofageal.
Pemeriksaan dapat pula dilakukan dengan
menggunakan alat monitor nadi.
Pemeriksaan nadi diperlukan → Misalnya
pada anestesia yang terlalu dalam, nadi jadi
lambat & denyut jantung melemah.
Elektrokardiografi:
Perlu tidaknya pemeriksaan EKG tergantung
keadaan penderita & sarana yang tersedia.
Indikasi monitoring EKG selama anestesi adalah
antara lain :
Untuk mendiagnose adanya cardiac-arrest
Memantau adanya aritmia
Mendiagnose adanya iskemia miokard
Memberika gambaran adanya perubahan elektrolit
darah, misalnya hipokalemia
Observasi fungsi alat pacu jantung (pace maker)
Tekanan darah arteri :
Tekanan darah arteri yang dimonitor adalah
tekanan sistol, tekanan diastol, tekanan
darah arteri rata2 (=Mean Arterial Pressure
= M.A.P)
M.A.P = Tekanan diastol + (1/3 x Tek. Nadi)

= Tek. Sistol + 2 Tek. Diastol


3
Faktor2 yang mempengaruhi tek. darah :
Ventilasi → Pada respirasi kontrol tekanan
darah sedikit ↓
Posisi penderita → Pada posisi tegak/berdiri,
tekanan darah di lengan < di kaki
Usia Pend → Tekanan darah bayi < dewasa
→ Tekanan darah ↑ Sesuai umur
Tehnik anestesia & jenis obat anestesia
yang dipakai
Cara pengukuran tekanan darah :
1. Cara tidak langsung (Non-Invasif):
Metode palpasi → Pada a. radialis (Tek. sistol)
Metode Korotkoff → Dgn stetoskop pd a. brachialis
(Tek. Sistol & diastol).
2. Cara langsung (Invasif) :
Dengan memasukkan kanul kedalam a. radialis,
a. brachialis atau a. dorsalis pedis, kemudian
dihubungkan dengan unit pencatat / manometer →
dapat mengukur tekanan darah langsung & secara
kontinyu (terus menerus)
Pada saat2 dikehendaki, dapat mengambil
contoh darah arteri untuk pemeriksaan
analisa gas darah
Teknik invasif ini tidak rutin dilakukan →
Misalnya biasa
dipakai pada pembedahan jantung terbuka.
Tekanan darah vena sentral (= Central
Venous Pressure = CVP) :
Dengan memasukkan kateter ke dalam V.
Sub-Clavia, atau V. Jugularis Interna, atau V.
Brachialis, lalu kateter didorong sampai
ujungnya masuk kedalam atrium kanan →
nilai normal 5-15 cm H2O.
Pemeriksaan CVP menunjukkan hubungan
antara kemampuan jantung dan volume
darah yang diterima, terutama utk evaluasi
apakah pemberian cairan infus cukup atau
tidak.
Produksi Urine:
Produksi urine dipengaruhi oleh :
Obat anestesia
Tekanan darah
Volume darah
Hidrasi penderita
Faal ginjal
Urine ditampung dengan kateter → Normal
urine 1 ml / Kg B.B. / Jam
Perdarahan :
Perhatikan jumlah perdarahan selama pem-
bedahan → Dalam botol penghisap, kain
penutup, kasa, dll.
Untuk menentukan darah dalam kasa →
Ditimbang → 1 gr berat darah dalam kasa
± sama dengan 1 ml darah
4. Respirasi :
Untuk monitoring respirasi, dinilai antara lain :
Jenis respirasi → Torakal atau abdominal, apakah
ada pernapasan paradoksal, apakah ada retraksi
interkostal, dll.
Analisa konsentrasi O2 dalam sirkuit anestesia.
Analisa presentase CO2 dalam udara ekspirasi.
Respirometer → Tidal-Volume, dll.
Analisa gas darah (Astrup) → Tekanan partial
Oksigen (P O2), P CO2, Saturasi O2 dan pH
darah.

Anda mungkin juga menyukai