Anda di halaman 1dari 19

Penyakit

DBD pada
Kehamilan
Oleh:
o Anisak siti nurjanah
o Imrona Zakiyah
Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypty. Penyakit DBD masih merupakan
salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Hampir seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia endemis terhadap
penyakit ini. Sejak ditemukan pertama kali tahun
1968 di Jakarta dan Surabaya
Lanjut…
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran luasan DBD antara lain:
• perilaku masyarakat, perubahan iklim,
• pertumbuhan ekonomi,
• ketersediaan air bersih.
Di Indonesia kasus DBD masi menjadi salah satu faktor penyebab mortalitas dan
mordibitas yang cukup tinggi dan masih menjadi ancaman hingga saat ini.
Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini
dikenal ada 4 serotype virus yaitu ;

01 DEN 1 02 DEN 2

03 DEN 3 04 DEN 4

Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi silang dan
wabah yang disebabkan dapat terjadi
Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Organ sasaran
dari virus adalah organ hepar, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru. Dalam peredaran darah, virus tersebut
akan difagosit oleh sel monosit perifer Virus DEN mampu
bertahan hidup dan mengadakan multifikasi di dalam sel
tersebut.

Proses perkembanganbiakan virus DEN terjadi di sitoplasma


sel. Semua Flavivirus memiliki kelompok epitop pada
selubung protein yang menimbulkan cross reaction reaksi
silang pada uji serologis, hal ini menyebabkan diagnosis pasti
dengan uji serologi sulit ditegakkan.
Tanda dan Gejala
Masa inkubasi virus ini berkisar antara 8-10 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
sampai timbul gejala-gejala demam berdarah seperti:

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik-bintik perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan di kelopak mata bagian dalam(konjungtiva), mimisan
(epitaksis), buang air besar dengan kotoran (feses) berupa lendir bercampur darah (melena),
dan lain-lainnya.
4. Adanya pembesaran hati (hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (trombositopeni), terjadi peningkatan nilai hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Klasifikasi

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Demam diikuti Gejala yang ada Kegagalan Shock berat


gejala spesifik, pada tingkat 1 sirkulasi ditandai dengan nadi yang
satu-satunya ditambah dengan dengan denyut tidak teraba, dan
manifestasi pendarahan nadi yang cepat tekanan darah
pendarahan spontan, dan lemah, tidak dapat di
adalah test pendarahan bisa hipotensi, suhu periksa, fase kritis
Terniquet yang terjadi di kulit atau tubuh rendah, pada penyakit ini
positif atau di tempat lain. kulit lembab, dan terjadi pada akhir
mudah memar. penderita gelisah. masa demam
Pencegahan dan
tatalaksana
Lingkungan

• Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-


kurangnya sekali seminggu.
• Mengganti/menguras vas bunga dan tempat- minum
burung seminggu sekali.
• Menutup dengan rapat tempat penampungan- air.
• Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban
bekas di sekitar rumah- dan lain sebagainya.
Pencegahan
kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
• Pengasapan / fogging (dengan menggunakan
Biologis malathion dan fenthion), berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan sampai batas
Pengendalian biologis antara waktu tertentu.
lain dengan menggunakan • Memberikan bubuk abate (temephos) pada
ikan pemakan jentik (ikan tempat-tempat penampungan air seperti, gentong
adu/ikan cupang), dan bakteri air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
(Bt.H-14)
Penanganan
Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif. Terapi berupa penggantian cairan untuk
mencegah timbulnya syok akibat perembesan plasma yang terutama terjadi saat suhu tubuh turun.
Obat kristaloid isotonic. Perawatan suportif seperti penurun demam dan penghilang rasa sakit.
Obat asetaminofen atau parasetamol, NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid).
Pengobatan Penggantian cairan tubuh.
● minum 1,5 liter – 2lt/24
● Gastroenteritis oral solution/kristal diare yaitu garam elektrolit (oralit) 1 sdm tiap 3-5
menit.bisa diberikan scr IV jika pasien mutah.
• Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak, inguinal.
• Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
• Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Pada Wanita haMil
● Hindari induksi persalinan atau operasi caesar elektif selama fase kritis
Pada wanita hamil dengan penyakit.
penyakit db persalinan
harus ● Jika persalinan prematur terjadi selama fase kritis, lebih baik ditunda sampai
dilakukan di rs dan harus kebocoran selesai dengan menggunakan obat tokolitik seperti Nifedipine atau
Atosiban (Antagonis reseptor oksitosin yang disetujui FDA)
tersedianya
komponen darah. Metode ● Jika harus dilakukan terminasi dengan induksi persalinan atau caesar, dapat
persalinan dapat dilakukan dipertimbangkan selama fase demam awal penyakit sebelum timbulnya fase
secara kritis ketika jumlah trombosit di atas 130x109 /L.
pervaginam maupun secara ● Selama fase kritis, persalinan pervaginam atau sc harus dilakukan hanya jika
operasi caesar nyawa ibu terancam atau pasien mengalami persalinan spontan selama periode
ini.
Penatalaksanaan ● Tirah baring
Antepartum ● Diet lunak dengan minum 1,5-2 liter/24 jam.
● Medikamentosa simtomatis demam, yaitu asetaminofen dan
dipiron. Pemakaian asetosal dihindari karena dapat
menyebabkan perdarahan,
● Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi sekunder,
● Transfusi trombosit atas indikasi. tidak perlu jika jumlah
trombosit di atas 20.000/mm³ ataua bila tidak terjadi
perdarahan spontan.
Pemantauan kehamilan dengan pengawasan ketat tanda-
tanda vital, Hb (hemoglobin), dan Ht (hematokrit) dan
tanda gawat janin setiap 4-6 jam pada hari-hari pertama
pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam. Periode kritis
timbulnya syok umumnya setelah 24-48 jam
Intrapartum

• Obat-obat tokolitik menyebabkan tak kardi Magnesium sulfat dapat menjadi obat pilihan karena
tidak menyebabkan takikardia
• Jika proses persalinan tidak dapat dihindari, rute vaginal lebih disukai daripada abdominal.
Kontraksi uterus pasca melahirkan akan menstrangulasi pembuluh darah penyebab hemostasis
walaupun gangguan koagulasi masih terjadi. Transfusi trombosit dindikasikan pada proses
melahirkan melalui vagina bila jumlah trombosit di bawah 20.000/ mm³.
• Jika pembedahan diperlukan, perlu diberi konsentrat trombosit preoperatif selama operasi serta
pasca operasi jika perlu. Transfusi trombosit dindikasikan jika jumlah trambasit maternal di bawah
50.000/ mm².
• Dapat diberikan plasma beku segar (30 ml/kg/hari) jika ada koagulopati, harus hati-hati terhadap
kemungkinan penumpukan berlebihan cairan tubuh.
Pasca Persalinan
BBL dan ibu yang menderita Db sebelum atau saat melahirkan, harus
dipantau secara ketat di rumah sakit mengingat nisiko penularan
vertikal.
Kriteria pulang: Diagnosa afebris selama 48 jam tanpa antipiretik,
hematokrit stabil selama minimal 24 jam dengan nilai dasar sekitar
38-40% Katika nilai dasar tidak diketahui, kecenderungan
peningkatan jumlah trombosit di atas 50000/ m3, tidak ada sesak
rupas atau gangguan pernapasan yang disebabkan oleh etusi peura,
tidak ada asites, tidak ada atau perdarahan minimal yang terlihat,
disfungsi organ yang pulih separuhnya, tidak ada perdarahan P/V
yang berlebihan, kondisi ibu & janin yang stabil
Sepuluh Poin untuk diingat
• Tidak ada NSAID (buprofen/Diklofenak) untuk demam. Hanya Parasetamol yang dapat diberkan Dosis
hari tidak boleh melebihi 4 gram
• Resusitasi; Normal saline 0,9% harus digunakan untuk resusitasi awal. Larutan Dextrose blasa TIDAK
untuk digunakan Koloid dapat diberkan hanya setelah 2 bolus cairan pada pasien syok
• Transfusi darah segar (BT) hanya diindikasikan jika ada kehilangan darah yang nyata mendekati 500
cc. Tidak terbuka perdarahan tetapi penurunan HCT tanpa perbiakan inis meskipun penggantian cairan
adekuat juga merupakan Indikasi BT
• Transtusi trombosit profilaksis tidak dianjurkan kecuali persalinan tidak dapat dihindari dalam 6 jam
mendatang dan jumlah trombot harus antara 50.000/CC dan 75.000/ cc untuk persalinan operasi
• Tidak ada peran munoglobulin IV atau antibiotik profilaksis
• Inj steroid menyarankan 1/V untuk pematangan paru-paru janin
• Persalinan operatif hanya atas indikasi kebidanan.
• Hindari inmduksi atau pembedahan terencana Adanya luka atau trauma selama fase kritis dengue
dengan trombositopenia yang nyata, dan kebocoran plasma menciptakan reko perdarahan hebat yang
substansial
• Persalinan harus dlakukan di rumah sakit di mana tersedia basilitas untuk transfusi darah komponen
darah, tim ahi obstetri dan ahli neonatologi tersedia dengan dukungan ICU dan NICU
• Tokolitik dan langkah-langkah untuk menunda persalinan ke waktu yang sesuai dapat dipertimbangkan
selama fase kritis penyakit demam berdarah.
Aghadiati, 2019. (2017). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center
Di Kota Tegal, 5(2), 6–32.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10559/BAB
II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi , Patogenesis , dan
Faktor Risiko Penularan Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology ,
Pathogenesis , and Its Transmission Risk Factors. Demam Berdarah Dengue:
Epidemiologi, Patogenesis, Dan Faktor Risiko Penularan, 2(2), 110–119.
Dania, I. A. (2016). Gambaran Penyakit dan Vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD) Perguruan tinggi di Medan, Sumatera Utara. Jurnal Warta, 48(1), 1–15.
Kehamilan, D. B. D., & Chowdhury, S. (2019). DBD pada Kehamilan. 34(1), 36–42.
Onainor, E. R. (2019). penyakit demam berdarah dengue (DBD) (Vol. 1, Issue
Dd, pp. 105–112).
Penelitian, A. (2021). Outcome Maternal dan Perinatal pada Demam Berdarah
di. 0, 11–13.
Putri, D. F., Widiani, N., & Arivo, D. (2019). PENYEBARAN VIRUS DENGUE
SECARA TRANSOVARIAL PADA VEKTOR DEMAM BERDARAH
DENGUE NYAMUK Aedes aegypti. Holistik Jurnal Kesehatan, 12(4), 216–
223. https://doi.org/10.33024/hjk.v12i4.81
Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue ( DBD ). Medula, 2(2), 1–15.
Yeni, C. M., & Ayu, D. M. (2020). Tatalaksana demam berdarah dengue dalam
kehamilan: A case series. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 20(3), 199–205.
https://doi.org/10.24815/jks.v20i3.18759
karena
kesempurnaa
n hanya milik
Tuhan dan
kesalahan
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai