Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian
yang terlalu sedikit.
EDUKASI
Edukasi yang harus dilakukan pada pasien dan keluarga pasien demam dengue (dengue
fever/DF) yang dirawat jalan antara lain :
Pasien harus istirahat cukup
Diperlukan asupan cairan yang cukup. Cairan dapat berupa susu, jus, cairan isotonik,
maupun oralit.
Jaga suhu tubuh di bawah 39 C
Awasi munculnya warning sign
Pasien diminta untuk kontrol kadar leukosit, hematokrit, dan trombosit setiap 24 jam
Lingkungan sekitar rumah pasien harus dibersihkan agar penyebaran penyakit dapat
terkontrol
Edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat pada umumnya berupa peningkatan
kesadaran masyarakat, dalam upaya untuk mengendalikan dan mencegah penularan virus
dengue, dengan cara membasmi nyamuk melalui pemberantasan sarang nyamuk.
Imunisasi Dengue
Sekitar akhir tahun 2015, dan awal tahun 2016, vaksin pertama dengue dipasarkan oleh Sanofi
Pasteur dengan nama Dengvaxia (CYD-TDV). Vaksin ini diindikasikan untuk pencegahan
terhadap virus dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4.
WHO merekomendasikan kepada negara-negara yang memiliki tanggungan beban penyakit
dengue yang tinggi (high burden of disease) untuk menggunakan vaksin recombinant
tetravalent ini. Hal ini disarankan mengingat adanya bukti ilmiah yang mengungkapkan bahwa
seseorang yang pernah mendapatkan DF memiliki risiko tinggi mengidap DHF, atau DSS bila
mereka terinfeksi dengan virus dengue strain yang lain. Karenanya, vaksin yang diterima
haruslah memberikan imunitas tubuh yang tinggi terhadap ke-4 serotipe virus dengue agar
berguna secara klinis
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia telah menyetujui izin edar vaksin
dengue Dengvaxia sejak 31 Agustus 2016. Sebelumnya, Indonesia adalah salah satu negara yang
berpartisipasi dalam fase ke-3 randomized clinical trials untuk evaluasi vaksin tersebut. Vaksin
Dengvaxia ini diberikan 3 dosis kepada anak usia 9-16 tahun, dengan jadwal pemberian 0, 6 dan
12 bulan. Namun, pemberian vaksin tersebut memiliki kontraindikasi terhadap orang dengan
riwayat reaksi alergi terhadap komponen vaksin ini, individu dengan defisiensi imunitas tubuh,
penderita HIV, wanita hamil dan menyusui, dan orang yang sedang menderita demam.
Data terbaru menemukan efek samping terkait penggunaan vaksin ini pada orang yang
sebelumnya belum pernah terinfeksi. Di Indonesia sendiri, IDAI membuat pernyataan untuk
menangguhkan pemberian vaksin Dengue ini.