Anda di halaman 1dari 5

2.8.

Tatalaksana
a. Demam Dengue
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase
demam pasien dianjurkan tirah baring, selama masih demam, obat antipiretik
atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu
<39 dianjurkan pemberian paracetamol. Dianjurkan pemberian cairan peroral,
jus buah, sirup, susu, selain air putih paling sedikit diberikan selama dua hari.
Monitor suhu , jumlah trombosit serta kadar hematokrit hingga normal. Awasi
tanda kegawatan berupa nyeri perut hebat, buang besar hitam atau terdapat
perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi disertai
berkeringat dan kulit dingin.12

b. Demam Berdarah Dengue


Dalam tatalaksana kasus DHF terdapat dua keadaan klinis yang perlu
diperhatikan:6
 Sistem triase yang harus disosialisasikan kepada dokter yang bertugas di
IGD atau puskesmas, dalam sistem triase dapat dipilah pasien dengan
warning sign dan pasien yang dapat berobat jalan, namun memerlukan
observasi lebih lanjut.

Gambar 2.4 Alur triase yang dianjurkan.6

1
Tatalaksana dengue terbagi atas 3 fase.6
 Fase demam
Pada fase ini yang diperlukan hanya pengobatan suportif dan simtomatik.
Paracetamol merupakan antipiretik pilihan pertama dengan dosis 10
mg/kgBB/dosis selang 4 jam apabila suhu > 38,0C. Pengobatan suportif lain
yang dapat diberikan adalah oralit, larutan gula garam, jus buah, susu dll.
Apabila pasien memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, koreksi
dehidrasi sesuai kebutuhan. 6
 Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu turun pada umumnya
hari ke 3-5 fase demam. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok
yang mungkin terjadi. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala merupakan
pemeriksaan laboratorium yang terbaik untuk pengawasan hasil pemberian
cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman
kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi pada umumnya terjadi sebelum
dijumpai perubahan tekanan darah dan tekanan nadi. Tetesan berikutnya harus
selalu disesuaikan

dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urin. 6


Secara umum, volume yang dibutuhkan selama terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler adalah jumlah cairan dehidrasi sedang (rumatan
ditambah 5-8%). Cairan intravena diperlukan, apabila6:
 Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok
 Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit;
 Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid sesuai cairan dehidrasi
sedang (6-7 ml/kgBB/jam). Monitor tanda vital, diuresis setiap jam dan
hematokrit serta trombosit setiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak tampak tenang,

tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dan kadar hematokrit
cenderung turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka
2
tetesan dikurangi secara bertahap menjadi 5ml/kgBB/jam, kemudian 3 ml/
kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam.
Jenis Cairan Kristaloid: ringer laktat (RL), ringer asetat (RA), ringer
maleate, garam faali (GF), Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL),
Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA), Dekstrosa 5% dalam 1/2
larutan garam faali (D5/1/2LGF). 6
 Fase Penyembuhan
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen akan muncul pada daerah
esktremitas. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase penyembuhan,
saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali ke dalam intravaskuler.
Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema
palpebra, edema paru dan distrespernafasan. 6
Pada kasus dengue berat yang ditemukan adanya perdarahan bermakna,
kebocaran plasma, penurunan kesadaran, perdarahan organ cerna dan
gangguan organ berat, tatalaksana dini adalah pemberian cairan untuk
menggantikan plasma dengan kristaloid 10-20cc/kgBB atau tetesan lepas
selama 10-15 menit sampai tekanan darah dan nadi dapat diukur, kemudian
diturunkan sampai 10cc. Setelah resusitasi awal, pantau pasien 1-4 jam, ulangi

pemeriksaan Ht dan tanda vital sign. 6


Cairan resusitasi inisial pada DSS adalah larutan kristaloid 20ml/kgBB
secara intravena dalam 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi
cairan sesuai berat BB ideal dan umur, bila tidak ada perbaikan pemberian
cairan kristoloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum dapat teratasi
setelah 60 menit, berikan cairan koloid 10-20ml/kgBB secepatnya dalam 30
menit. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30ml/kgBB/hari. 6
Indikasi transfusi darah adalah apabila terjadi kehilagan darah yang
bermakna misalnya 10% volume darah total dan penurunan Ht. Pada anak
diberikan PRC 5ml/kgBB/kali. Transfusi trombosit hanya diberikan pada
perdarah masif untuk menghentikan perdaran yang terjadi. Dosis transfusi
trombosit 0,2U/kgBB/dosis.6

2.8.2 Indikasi pulang :15


1. Keadaan umum baik dan masa kritis berlalu (>7 hari sejak panas)
2. Tidak demam selama 48 jam tanpa antipiretik
3
3. Nafsu makan membaik
4. Secara klinis tampak perbaikan
5. Hematokrit stabil
6. Tiga hari setelah syok teratasi, tidak ada sesak nafas
7. Jumlah trombosit >50.000/uL dengan kecenderungan meningkat.
Tidak dijumpai distress pernapasan (yang disebabkan oleh efusi
pleura atau asidosis)

2.8 Pencegahan

Kontrol demam dengue atau DHF secara primer yaitu dengan kontrol dari
gigitan nyamuk Ae.aegypti, karena tidak ada vaksin yang memungkinkan untuk
mencegah infeksi dengue dan tidak ada obat spesifik untuk pengobatannya. Usaha
dini yang bisa dilakukan yaitu menyebar insektisida untuk mengkontrol nyamuk
dewasa. Akan tetapi penyebaran insektisida sering berimbas sehingga banyak
penolakan dari komunitas. Sehingga kini digunakan metode modifikasi ramah
lingkungan meliputi transformasi tanah, air dan vegetasi bertujuan menurunkan
habitat dari vektor tanpa menyebabkan efek samping lingkungan.3

Strategi pemberantasan penyakit DHF lebih ditekankan pada (1) upaya


preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan massal sebelum musim penularan
penyakit di desa/kelurahan endemis DBD, yang merupakan pusat penyebaran
penyakit ke wilayah lainya, (2) strategi ini diperkuat dengan menggalakkan
pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), (3) melaksanakan penanggulangan fokus dirumah pasien dan disekitar
tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB), dan (4)
melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai media.9

2.9 Konseling dan Edukasi


Prinsip konseling pada demam berdarah dengue adalah memberikan
pengertian kepada pasien dan keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata
laksananya, sehingga pasien dapat mengerti bahwa tidak ada obat/medikamentosa
untuk penanganan DBD, terapi hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan
penyakit. Penyakit akan sembuh sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit.16,17
Selain itu juga diperlukan modifikasi gaya hidup dengan melakukan
4
kegiatan 3M (menguras, mengubur, menutup). Meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan melakukan olahraga secara rutin. 16

2.10 Prognosis
Prognosis tergantung pada pengenalan, pengobatan tepat segera dan
pemantauan ketat syok. Tanda prognosis baik adalah membaiknya takikardi,
takipneu, dan kesadaran, munculnya diuresis dan kembalinya nafsu makan.18
Demam berdarah dengue mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan
kematian, tetapi bila berkembang menjadi sindrom syok dengue akan
meningkatkan kematian hingga 40%. Prognosis buruk pada koagulasi
intravaskular diseminata dan sindrom syok dengue dengan renjatan berulang atau
berkepanjangan.19

Anda mungkin juga menyukai