Anda di halaman 1dari 6

TATALAKSANA

a. Terapi rehidrasi
Terapi penting pada diare adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama
episode akut. Rehidrasi dapat dilakukan secara oral dan harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang
tidak mampu minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan
jiwa. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat,
1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Umumnya, cairan seperti itu tersedia secara komersial
dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial
tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok
teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan
untuk mengganti kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus
pertama kalinya. Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan norma saline atau ringer
laktat harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus
dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian
infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. Jumlah cairan
yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Zein, 2004):
Kebutuhan cairan = BD (Bulk Density) Plasma – 1,025 X Berat badan (Kg) X 4 ml
Keterangan: BD Plasma = 0,001
Keadaan kekurangan cairan dapat diketahui dari beberapa pendapat ahli, seperti (Zein, 2004):
a. Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis :
- Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X KgBB
- Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X KgBB
- Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X KgBB
b. Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang disesuaikan dengan skor. Kebutuhan cairan =
(skor/15) X 10% X KgBB X 1 liter
Gambar x: Skor Metode Daldiyono
Sumber: Diare Akut disebabkan Bakteri, 2004

Beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan diantaranya adalah (Wells, 2003):
1. Cara I :
 Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan
cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu.
 Bila disertai mulut kering, oliguri, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu.
 Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti
bingung atau delirium, maka defisit cairan sekitar 7 -14% atau sekitar 3,5 – 7 liter pada
orang dewasa dengan berat badan 50 Kg.

2. Cara II (Tarigan, 2003):


Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat badan 4 Kg pada fase akut
sama dengan defisit air sebanyak 4 liter.
3. Cara III (Tarigan, 2003):
Dengan menggunakan rumus : Na X BW = Na X BW ,dimana :
2 2 1 1

Na = Kadar Natrium plasma normal


1

BW = Volume air badan normal, biasanya 60% dari BB untuk pria dan 50% untuk wanita
1

Na = Kadar natrium plasma sekarang, dan


2

BW = Volume air badan sekarang


2

b. Terapi antibiotic
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik (Waspadji,
1996).
Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada traveller, dan
pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara empiris direkomendasikan untuk
diberikan, tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman(Waspadji, 1996).
Tabel 1: Antibiotik Empiris untuk Shigellosis

Sumber: Guidelines For The Control of Shigellosis, Including Epidemics Due to Shigella Dysenteriae
Type 1, 2005
c. Obat anti diare
1. Kelompok antisekresi selektif
Racecadotril sebagai penghambat enzim encephalinase sehingga encephalin dapat
bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi dari elektrolit
sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan secara normal. Di Indonesia saat ini
tersedia di bawah nama hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti diare yang
dapat pula digunakan lebih aman pada anak (Guerrant, 2001).
2. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari,
loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan cara
yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%.
Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan
(Friedman, 2003).
3. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan karena zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek
tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
merangsang sekresi elektrolit(Friedman, 2003).
4. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya
(Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan
dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat
mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari
dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet (Friedman, 2003).
5. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau
Saccharomyces boulardii, dalam jumlah yang adekuat dalam saluran cerna, maka akan
memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk mendapat nutrisi dan reseptor
saluran cerna (Friedman, 2003).

d. Terapi suportif (WHO,2005)


1. Analgesic dan Antipiretik seperti paracetamol atau asetaminoden untuk mengurangi rasa
sakit dan resiko kejang serta meningkatkan nafsu makan.
2. Zinc diberikan pada anak sampai usia 5 tahun 20 mg per hari hingga 10-14 hari. Zinc
digunakan untuk mengurangi keparahan dan durasi diare.
DAPUS
Zein, Umar, et al., 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Medan: USU
WHO. 2005. Guidelines for the control of shigellosis, including
epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. Switzerland: WHO
Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. 2003.
th
Pharmacotherapy Handbook. 5 ed. New York: McGraw-Hill.
Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al,. 2001. Practice Guidelines for the
Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases.
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors. 2003. Current Diagnosis
nd
and Treatment in Gastroenterology. 2 edition. New York: Lange
Medical Books.
Tarigan P, Sihombing M, Marpaung B, Dairy LB, Siregar GA, Editor. 2003.
Buku Naskah Lengkap Gastroenterologi-Hepatologi Update 2003.
Medan: Divisi Gastroentero-hepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK
USU.
Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. 1996. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
KRIT DX

Anda mungkin juga menyukai