Ilustrasi Kasus
Seorang anak perempuan umur 7 tahun dibawa ke UGD karena mengeluh sakit perut yang amat
sangat, dan anak tidak bisa berhenti menangis karena sakitnya. Sakit dirasakan pertama kali 1
jam yang lalu dan belum mereda. Saat sakit di rumah sempat BAB 1x, nyeri dan keluar sedikit
kotoran campur darah. Dari pemeriksaan fisik anak tampak kesakitan, dinding perut tidak
kaku, dan disebelah kiri atas umbilicus dapat diraba massa yang panjang seperti pisang.
Pendahuluan
Kegawatdaruratan merupakan hal yang sering terjadi dalam praktik klinis, dan dapat dibagi
dalam 2 kelompok utama: bedah dan non bedah.1
o - Atresia duodenal
o - Malrotasi dan volvulus
o - Anus imperforata
o - Atresia esofagus dengan atau tanpa fistula
- Gastroskisis c. Abdomenakut
- Apendisitis akut
- Adenitis mesenterik
Dehidrasi
Tabel 2.1. Klasifikasi dehidrasi sesuai defisit cairan
% Kehilangan berat badan
Bayi
5 % ( 50 ml/kg )
5 – 10 % ( 50 – 100 ml/kg )
Anak besar
- Asidosis metabolik
- Alkalosis metabolik
- Asidosis respiratorik
- Alkalosis respiratorik
Gangguan Campuran
Sumber: Quak1
Prinsip Terapi Cairan
pH
, N, , N,
PCO2
, N,
, N,
Bikarbonat
, N,
, N,
Pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk memberikan pada
penderita: (1) kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit, (2) mengganti
kehilangan yang terjadi, dan (3) mencukupi kehilangan abnomal dari cairan yang sedang
berlangsung (on going abnormal losses).
Perencanaan terapi ketiga komponen ini perlu ditujukan secara individual sehingga tidak ada
kebutuhan dasar yang terlewati. Selain itu pemberian terapi cairan perlu dibagi menjadi
beberapa tahap yang berurutan yaitu: (1) menjaga perfusi yang cukup, (2) memperbaiki defisit
cairan & elektrolit sekaligus memperbaiki gangguan asam-basa, dan (3) mencukupi kebutuhan
nutrisi.
Pemberian cairan pada penderita dengan dehidrasi berat atau dalam keadaan syok merupakan
tindakan kedaruratan medis. Penderita dapat dinilai secara lengkap apabila pemberian cairan
sudah dimulai dan penderita dalam keadaan stabil.
Dalam perencanaan pemberian terapi cairan, yang penting dipertimbangkan adalah defisit Na +
dan air, perubahan kualitatif dari susunan tubuh yang terjadi akibat hilangnya elektrolit yang
terkait dengan air, dan keseimbangan ion kalium dan hidrogen. 1,2,3
Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral.
Dehidrasi berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan lebih dari 9%
untuk anak besar serta menunjukkan gangguan organ vital tubuh (somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamika sirkulasi) memerlukan pemberian cairan dan elektrolit secara
parenteral.1,2,3
1. Terapi awal (initial therapy) yang bertujuan untuk memperbaiki dinamika sirkulasi dan
fungsi ginjal dengan cara re-ekspansi dengan cepat volume cairan ekstraselular.
2. Terapi lanjutan yang ditujukan untuk mengganti defisit air dan elektrolit pada kecepatan
Terapi awal
Tahap ini dimaksudkan untuk mencegah atau mengobati renjatan (syok) dengan secara
cepat mengembangkan volume cairan ekstraselular, terutama plasma. Idealnya adalah
bahwa seluruh cairan yang diberikan hendaknya tetap berada dalam ruang vaskular. 1,2,3
Terapi lanjutan
Begitu sirkulasi dapat dipulihkan kembali, terapi cairan berikutnya ditujukan untuk
mengoreksi secara menyeluruh sisa defisit air dan Na+ dan mengganti kehilangan
abnormal dari cairan yang sedang berjalan (on going losses) serta kehilangan
obligatorik. Walaupun pemberian K+ sudah dapat dimulai, namun hal ini tidak esensial,
dan biasanya tidak diberikan sebelum 24 jam. Perkecualian dalam hal ini adalah bila
didapatkan hipokalemia yang berat dan nyata.
Pada saat tercapainya tahap ini, kadang perlu diketahui nilai elektrolit serum sehingga
terapi cairan dapat dimodifikasi sesuai dengan kadar Na+ yang ada (isonatremia,
hiponatremia, hipernatremia).1,2,3
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan kalori
penderita, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut
waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberi diet sebagaimana biasanya,
segala kekurangan tubuh akan lemak dan protein dapat segera terpenuhi. Itulah
mengapa pada pemberian terapi cairan, bila memungkinkan diusahakan agar penderita
cepat mendapatkan makanan/ minuman sebagaimana biasanya. Bahkan pada dehidrasi