Anda di halaman 1dari 4

Penilaian GDS-MMSE-BAI

No. Nama Pasien GDS MMSE BAI


1 2
1. Tn. Juadi 1  Bukan depresi 1 kesalahan  Baik 20  Mandiri 27  Mandiri
2. Ny. Prapti 6  Kemungkinan 8 kesalahan  19  17 
depresi Gangguan intelek Ketergantunga Ketergantungan
berat n ringan sedang
3. Tn. Wari 0  Bukan depresi 3 kesalahan  20  Mandiri 30  Mandiri
Gangguan intelek
ringan
4. Ny. Waginah 6  Kemungkinan 5 kesalahan tetapi 17  27  Mandiri
depresi pasien tidak Ketergantunga
bersekolah jadi n ringan
toleransi +1  4
kesalahan 
Gangguan intelek
ringan
5. Ny. Supini 0  Bukan depresi 2 kesalahan  Baik 18  26  Mandiri
Ketergantunga
n ringan
6. Ny. Aliyah 1  Bukan depresi 0 kesalahan  Baik 19  26  Mandiri
Ketergantunga
n ringan
7. Ny. Inah 4  Bukan depresi 1 kesalahan  Baik 19  28  Mandiri
Susanti Ketergantunga
n ringan
8. Ny. Suparmi 0  Bukan depresi 1 kesalahan  Baik 20  Mandiri 29  Mandiri
9. Tn. Trubus 7  Kemungkinan 0 kesalahan  Baik 20  Mandiri 26  Mandiri
depresi
10. Tn. Ibnu 4  Bukan depresi 3 kesalahan  19  25 
Sahil Gangguan intelek Ketergantunga Ketergantungan
ringan n ringan ringan
11. Ny. Sasi 5  Kemungkinan 0 kesalahan  Baik 19  27  Mandiri
Depresi Ketergantunga
n ringan
12. Ny. Rebi 4  Bukan depresi 4 kesalahan  19  20 
Gangguan intelek Ketergantunga Ketergantungan
ringan n ringan sedang

A. Pembahasan GDS ( Geriatric Depressian Scale )

Geriatric Depression scale (GDS) adalah salah satu instrumen yang paling sering
digunakan untuk mendiagnosis depresi pada usia lanjut (KEMKES RI,2017).Dikategorikan
normal jika pada skor kuisoner didapatkan hasil antara rentang 0-4, depresi ringan jika
didapatkan skor 5-8, dikategorikan depresi sedang jika skor 9-11, depresi berat jika skor kuisoner
didapatkan hasil:12-15.
Berdasarkan data pemeriksaan, dari 12 orang yang diukur didapatkan hasil bahwa
terdapat 9 orang mendapat skor antara 0-4 yang berarti tidak depresi, dan juga terdapat 3 orang
yang mendapat skor 5-8 yang menunjukan kemungkinan depresi. Dari tabel juga didapatkan hasil
bahwa depresi lebih banyak diderita oleh kalangan wanita daripada pria. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial, dan efek dari melahirkan. Pada
penelitian oleh Schoever juga mengungkapkan bahwa prevalensi depresi pada lansia lebih tinggi
diderita oleh wanita yaitu sebesar 16,5% dan pada pria sebesar 6,9% ( Schoever,2010).
Penyebab depresi pada pasien usia lansia bermacam-macam, salah satu contohnya adalah
adanya isolasi sosial. Isolasi soial menjadi penyebab utama munculnya depresi pada kalangan
lansia. Para lansia seringkali merasa kesepian sebab anak mereka pergi merantau dan adanya
keterbatasan fisik menyebabkan susahnya bersosialisasi. Selain itu penggunaan beberapa
golongan obat (Polifarmasi) juga diyakini dapat menimbulkan depresi, antara lain: analgetika,
NSAID, Antihipertensi, dan antipsikotik (Blazer,2003).
B. Pembahasan MMSE
Mini-Mental State Examination (MMSE) merupakan pemeriksaan yang sering digunakan
untuk mengevaluasi dan mengkonfirmasi terjadinya penurunan fungsi kognitif dan juga dapat
digunakan untuk memantau perjalanan penyakit ( Perdossi,2013). Berdasarkan skor pada MMSE,
status demensia pasien dapat digolongkan menjadi: Normal jika rentang skor 25-30 (0-2
kesalahan), gangguan intelek ringan jika rentang skor 20-24 (3-4 kesalahan), gangguan intelek
sedang jika rentang skor 13-19 (5-7 kesalahan). Dan gangguan intelek berat jika rentang skor 0-
12 (8-10 kesalahan). Sehingga, demensia dapat ditunjukan dengan skor MMSE 0-24
( Alzheimer’s Association,2012).
Berdasarkan data pemeriksaan, dari 12 pasien yang diperiksa diperoleh hasil bahwa 7
orang mendapat skor 0-2 yang berarti normal. 4 orang mendapat skor 3-4 yang berarti mengalami
gangguan intelek ringan. Dan 1 orang mendapat skor 8 yang berarti mengalami gangguan intelek
berat. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa 5 orang mengalami gangguan intelek dengan
perbandingan 3 pada wanita dan 2 pada pria.
Perempuan cenderung lebih banyak mengalami gangguan intelek. Hal ini disebabkan
perempuan memiliki harapan hidup lebih baik dan bukan karena perempuan mudah menderita
penyakit ini ( Rochmah,2009). Selain itu, risiko terjadinya gangguan intelek meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Terdapat peningkatan sekitar dua kali lipat setiap pertambahan usia 5
tahun setelah melewati usia 60 tahun ( Kemenkes RI,2010).
C. Pembahasan BAI
Beck Anxiety Inventory (BAI) merupakan skala yang dikembangkan untuk menilai
tingkat kecemasan pada individu.Skala BAI menggunakan 21 item yang disusun berdasarkan tiga
aspek yaitu: (1) kognitif, (2 afektif), (3) somatik ( Beck, Brown, Epstein, dan Steer,1998). Pada
test BAI (1) dikategorikan normal jika didapatkan skor 20, ketergantungan ringan jika skor 12-19,
ketergantungan sedang jika skor 9-11, ketergantungan berat jika skor 5-8, dan ketergantungan
total jika skor 0-4.Pada test BAI (II) dikategorikan normal jika didpatkan skor 26-30,
ketergantungan ringan jika skor 21-25, ketergantungan sedang jika skor 16-20, ketergantungan
berat jika skor 9-15, dan ketergantungan total jika skor 0-8.
Berdasarkan data pemeriksaan, dari 12 pasien pada pemeriksaan BAI (I) didapatkan hasil
sebanyak 4 orang masuk kategori normal (mandiri), dan 8 orang masuk kategori ketergantungan
ringan. Sementara pada test BAI (II) didapatkan hasil bahwa 9 orang masuk kategori mandiri, 1
orang masuk kategori ketergantungan ringan, dan 2 orang masuk kategori ketergantungan sedang.
Daftar Pustaka:
Kementerian Kesehatan RI,2017. Geriatric Depression Scale (GDS) 15. Jakarta
Schoever, R.A., Geerlings, M.I., Beekman, A.T.F., Pennix, B.W.J.H., Deeg, D.J.H.,
Jonker, C., and Tilburg, W.V., 2000. Association of Depression and Gender with
Mortality in Old Age. Br J Psychiatry 177:336-342. Available from:
http://bjp.rcpsych.org/cgi/content/full/177/4/336.
Blazer, D.G., 2003. Depression in Late Life: Review and Commentary. J Gerontology
Med Sci 58A, No.3: 249-265. Available from:
http://focus.psychiatryonline.org/cgi/content/full/7/1/118.
Alzheimer’s Society. 2012. The mini mental state examination (MMSE). Tersedia di:
http://alzheimers.org.uk/
Rochmah, W. 2009. Demensia. Dalam: Sudoyo, A.W., Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi 5. Jakarta: Internal Publishing, 837–45.
Kemenkes RI, 2010. Pedoman rehabilitasi kognitif. Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai