Anda di halaman 1dari 23

DISSOCIATION OF BROCA’S

AREA FROM BROCA’S


APHASIA IN PATIENTS
UNDERGOING
NEUROSURGICAL
RESECTIONS
Pembimbing :
Dr. dr. Willy Adhymarta, Sp.BS (K)
AFASIA
BROCA
Diekenal dengan afasia ekspresif,
penderita tahu apa yang ingin
disampaikan kepada lawan bicaranya,
tetapi kesulitan untuk
mengutarakannya
PENDAHULUAN

Pada 1861 Paul Broca menggambarkan 2 kasus afasia


 Salah satu pasien ini hanya bisa mengucapkan satu suku
kata—"tan"—dan ucapan pasien kedua dibatasi hingga 5
kata. 
Kedua pasien memliliki kemampuan pemahaman dan
intelektual yang sama, dan keduanya dilaporkan memiliki
lesi pada girus frontal inferior. 
laporan kasus ini menjadi gagasan bahwa kemampuan
berbicara dapat dilokalisasi pada area tertentu di
otak. Yaitu posterior dari gyrus frontal ----AREA BROCA.
ANATOMI AREA BROCA

pars opercularis (anterior


dari sulcus precentral) dan
pars triangularis (antara rami
ascending dan horizontal
fisura sylvian anterior) dari
inferior frontal gyrus, atau
area Brodmann 44/45  
 Western Aphasia Battery (WAB)
standar yang digunakan untuk menilai dan
mengkategorikan afasia (0 sampai 10 poin )

Kelancaran/fasih (0–4)
Pemahaman (4–10) AFASIA
Pengulangan (0–7) BROCA
penamaan (0–8)
AFASIA BROCA VS AREA
BROCA
• Banyak penelitian yang berusaha untuk
melokalisasi afasia Broca berasal dari literatur
strok

• masih terdapat kontroversi mengenai area


anatomi mana yang paling mungkin
menyebabkan defisit ini saat trauma area otak.

Reseksi memberikan sumber data
pelengkap ,karena itu dapat membantu
memperbaiki pemahaman kita tentang area
Broca dan afasia Broca.
METODE
PENGUJIAN BAHASA
Pasien yang menjalani operasi otak resektif dievaluasi dengan Western
Aphasia Battery (WAB)  atau Quick Aphasia
Battery  (QAB). Sebanyak 198 pasien diperiksa dengan WAB dan 91
pasien dengan QAB. QAB sangat sesuai dengan WAB, dan skor QAB
diubah menjadi skor WAB.

Evaluasi bahasa dilakukan sebelum operasi, pada periode pasca operasi


dalam waktu 48 jam (awal), dan pada 1 bulan pasca operasi

DEFINISI
Afasia Broca didefinisikan secara kuantitatif oleh WAB sebagai skor
kefasihan 0–4, skor pemahaman 4–10, skor pengulangan 0–7,9, dan skor
penamaan 0–8 (dari 10).
PEMETAAN GEJALA-LESI BERBASIS
VOXEL
• MRI dengan resolusi yang cukup untuk pencitraan 3D (kira-kira irisan
1 mm) diperoleh dalam waktu 48 jam setelah reseksi

• Rongga reseksi diuraikan pada pemindaian MRI

• Algoritme pemetaan lesi-gejala berbasis voxel (VLSM ) menentukan


area yang terkait dengan afasia Broca saat pembedahan.

• VLSM digunakan dengan perbandingan biner antara mengalami


afasia Broca atau tidak mengalami afasia Broca, serta untuk
kelancaran dalam skala 10 poin
A: Axial memotong area yang diminati di otak MNI, mulai dari inferior ( kiri ) hingga superior ( kanan )
ANALISIS RESEKSI

• Pemindaian MRI pasca operasi dibaca tanpa mengetahui


diagnosis afasia. 
• Rongga reseksi dievaluasi untuk keterlibatan pars opercularis
atau pars triangularis dari inferior frontal gyrus, serta persentase
fraksi area Broca secara keseluruhan. 
• keterlibatan area yang diidentifikasi oleh VLSM (disebut sebagai
area VLSM)
• reseksi dihitung sebagai area VLSM di girus presentral, girus
postsentral, dan girus supramarginal
•  Pada pasien dengan reseksi sebelumnya, hanya area reseksi baru
yang dimasukkan dalam analisis.
Distribusi afasia pasca operasi dari 75 pasien dengan reseksi yang melibatkan area Brodmann 44/45
(area Broca) dan 44 pasien dengan reseksi yang melibatkan area VLSM. Dari pasien dengan reseksi area
Broca, hanya 8% yang mengalami afasia Broca, dan setengahnya tumpang tindih dengan area
VLSM. Untuk 44 pasien dengan reseksi yang melibatkan area VLSM, 25% mengalami afasia Broca
menunjukkan korelasi reseksi
fraksional dengan skor
kefasihan untuk pasien dengan
reseksi area Broca atau area
VLSM. 

Reseksi pada area Broca tidak


menunjukkan korelasi dengan
skor kefasihan pasca operasi. 

Data ini juga menunjukkan


lokalisasi afasia Broca ke area
yang berbeda dari area
Brodmann 44/45, yang
mencakup vSMC dan gyri
supramarginal, serta materi
putih jauh di dalam area kortikal
ini.
Pada hari ke-2 pasca operasi, 34,7% pasien dengan reseksi area Broca
memiliki tes bahasa dalam batas normal (WNL), 37,3% dikaitkan dengan
diagnosis anomia WAB (rentang skor WAB: kelancaran 5–10,
pemahaman 7–10, pengulangan 7 –10, penamaan 0–9),
8,0% mengalami afasia Broca, 5,3% mengalami afasia global, 5,3%
mengalami afasia Wernicke, 4,0% mengalami afasia konduksi, 2,7%
mengalami afasia motorik transkortikal, dan 2,7% mengalami afasia
sensoris transkortikal
DISKUSI
Data ini memberikan wawasan tentang etiologi anatomi afasia Broca
sebagai sindrom pasca operasi bedah saraf
.
Analisa  Kohort ini menunjukkan bahwa afasia Broca permanen jarang
terjadi setelah reseksi bedah saraf. 

Aspek yang paling khas secara klinis dari afasia Broca adalah defisit
kelancaran. Afasia Broca yang didiagnosis pada skala WAB melibatkan
skor kefasihan 4 atau kurang pada skala 10 poin

Tumpang tindih area VLSM yang terkait dengan afasia Broca dan area yang
terkait dengan penurunan kefasihan secara
TINDAK LANJUT

Banyak pasien tidak memiliki pengujian standar pada titik waktu


30 hari pasca operasi, banyak dari pasien ini tetap memiliki
pemeriksaan neurologis lanjutan

Meninjau pada grafik diketahui bahwa 178 pasien dengan tindak


lanjut 30 hari memiliki gejala sisanya dengan pemeriksaan
neurologis yamendekati waktu 1 bulan.
KETERBATASAN
Mengenai keterbatasan penelitian, sebagian besar pasien dalam kelompok ini
memiliki glioma intrinsik, yang meningkatkan kemungkinan plastisitas bahasa
kortikal. 28

Area yang menyimpan fungsi bahasa kritis mungkin berbeda

Tumpang tindih dengan vSMC dan girus supramarginal. 


Walaupunn tumpang tindih girus presentral yang lebih sedikit. 

Tidak jelas apakah ini adalah fungsi dari angka yang lebih rendah ketika
menganalisis kohort , atau apakah mungkin tingkat lesi yang rendah

membutuhkan analisis lebih lanjut, dan kesimpulan pada titik ini akan bersifat
spekulatif.
TABLE OF
CONTENTS

01
METODE
- Prospektif yang dievaluasi dengan
bahasa standar sebelum dan sesudah KESIMPULA
operasi. N
- Algoritma A voxel-based lesion-
Afasia Broca biasanya tidak timbul
symptom mapping (VLSM) digunakan
dari reseksi bedah saraf di area

03
untuk menguji area yang secara
Broca.
statistik terkait dengan afasia Broca
Ketika afasia Broca terjadi setelah
operasi, biasanya pada periode awal

02 HASIL
-289 pasien yang dievaluasi, 19 di
antaranya mengalami afasia Broca
pasca operasi, membaik 1 bulan, dan
berhubungan dengan reseksi korteks
sensorimotor ventral dan girus
supramarginal
pasca operasi
-Analisis VLSM: korteks sensorimotor
ventral dan girus supramarginal, serta
meluas ke subkortikal.
HASIL

Populasi penelitian 289 pasien dengan


evaluasi bahasa pra operasi dan pasca
operasi.

Patologi yang paling umum adalah glioma


tingkat tinggi (HGG), diikuti oleh glioma tingkat
rendah (LGG) dan epilepsi. 

19 pasien memiliki diagnosis afasia


Broca pada periode awal pasca operasi.
KESIMPUL
AN
• Tindakan operatif pada Area Broca tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan secara statistik dengan afasia
Broca

• Pada penelitian menunjukkan bahwa afasia Broca


permanen setelah tindakan bedah saraf jarang terjadi. 

• Afasia Broca akut post operasi yang terkait dengan lesi


pada  korteks sensorimotor ventral (vSMC) dan girus
supramarginal, menunjukkan bahwa pusat kortikal lebih
spesifik dari pada area Broca
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai