Anda di halaman 1dari 36

BPH (BENIGNA

PROSTAT
HIPERPLASIA)
OLEH KELOMPOK 3
SURYADI
WISA FEBRINA
RICHE NOVERA
VIVI YARSI
DOSEN ;
• APA ITU BPH (BENIGNA PROSTAT
HIPERPLASIA................????????????
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN PRIA
2
PENGERTIAN

BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia )


adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami
pembesaran, memanjang ke atas ke
dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine dengan
menutup orifisium uretra (Smeltzer
dan Bare, 2013).
BPH

BPH merupakan suatu kondisi


patologis yang paling umum di derita
oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50
tahun ( Prabowo dkk, 2014 ).
ETIOLOGI

• Menurut Alam tahun 2004


penyebab pembesaran kelenjar
prostat belum diketahui secara
pasti, tetapi hingga saat ini
dianggap berhubungan dengan
proses penuaan yang
mengakibatkan penurunan kadar
hormon pria, terutama testosteron
• Ada beberapa factor kemungkinan penyebab antara lain

• 1.  Dihydrotestosteron
• Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat
mengalami hiperplasi .

• 2.  Perubahan keseimbangan hormon estrogen –


testoteron
• Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan
hormon estrogen dan penurunan testosteron yang
mengakibatkan hiperplasi stroma.
• 3.Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
• peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.

• 4.Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )


• Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

• 5.Teori stem sel


• Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit
dan memicu terjadi BPH.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :

a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,


kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada
malam hari

b. Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi.


Penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan
kencing malam bertambah hebat.

c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap


ini maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi
ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.
PATHWAY BPH
GEJALA BPH

Menurut Hariono ,
(2012) tanda dan gejala
BPH ;

1. Gejala obstruktif
2. Gejala iritasi
3. Gejala generalisata
1. Gejala obstruktif

a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali


disertai dengan mengejan.

b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan


oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan
intra vesika sampai berakhirnya miksi.

c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.

d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran


destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2 GEJALA IRITASI

a.Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang


sulit di tahan.

b.Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi


dari biasanya dapat terjadi pada malam dan siang hari.

c.Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.


 3. Gejala generalisata

Seperti keletihan, anoreksia, mual


dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.
KOMPLIKASI BPH

Apabila buli-buli menjadi dekompensasi,


akan terjadi retensio urin. Karena
produksi urin terus berlanjut maka pada
suatu saat buli-buli tidak mampu lagi
menampung urin sehinnga tekanan
intravesika meningkat, dapat timbul
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal
(Mansjoer, 2007).
KOMPLIKASI

• Sjamsuhidajat, 2005

 HERNIA
 HAEMOROID
 IRITASI
 HEMATURI
 SYSTITIS
 PYELONEFRITIS
Pemeriksaan Diagnostik

• a. Pemeriksaan Laboratorium, berupa :

• 1) Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal,


serum elektrolit dan kadar gula digunakan
untuk memperoleh data dasar keadaan
umum klien.
• 2) Pemeriksaan urin lengkap dan kultur.

• 3) PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting


diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan.
b. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik, berupa :

• 1) BOF (Buik Overzich ), digunakan untuk melihat adanya batu dan


metastase pada tulang.
• 2) USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume
dan besar prostat juga keadaan buli – buli termasuk residual urin.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan
supra pubik.
• 3) IVP (Pyelografi Intravena), digunakan untuk melihat fungsi
exkresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
• 4) Pemeriksaan Panendoskop, digunakan untuk mengetahui keadaan
uretra dan buli – buli.
PENATALAKSANAAN MEDIS

• Rencana pengobatan tergantung pada


penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi
pasien. Jika pasien masuk RS dengan kondisi
darurat  karena ia tidak dapat berkemih maka
kateterisasi segera dilakukan.
• Pada kasus yang berat mungkin digunakan
kateter logam dengan tonjolan kurva prostatik.
• Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung
kemih (sitostomi supra pubik) untuk drainase
yang adekuat.
PENATALAKSANAAN

a.Modalitas terapi BPH :

• 1) Observasi yaitu pengawasan berkala pada


klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap
tahun tergantung keadaan klien.
• 2) Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada
BPH dengan Keluhan ringan, sedang,
sedang dan berat tanpa disertai penyulit.
b.Indikasi pembedahan pada BPH

1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau


pernah retensi urin akut (100 ml).
2) Klien dengan residual urin yaitu urine masih
tersisa di kandung kemih setelah klien buang air
kecil > 100 Ml.
3) Klien dengan penyulit yaitu klien dengan
gangguan sistem perkemihan seperti retensi
urine atau oliguria.
4) Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5) Flowcytometri menunjukkan pola obstruktif.
TINDAKAN BEDAH

1. PROSTATECTOMI

2. Insisi Prostat Transuretral ( TUIP)

3.  TURP ( TransUretral Reseksi Prostat )


ASKEP BPH

• A.   PENGKAJIAN

• 1.      Sebelum Operasi

• a.  Data Subyektif

• -       Klien mengatakan nyeri saat berkemih

• -       Sulit kencing

• -       Frekuensi berkemih meningkat

• -       Sering terbangun pada malam hari untuk miksi

• -       Keinginan untuk berkemih tidak dapat ditunda

• -       Nyeri atau terasa panas pada saat berkemih

• -       Pancaran urin melemah


LANJUTAN...

•      Jumlah urin menurun dan harus mengedan saat berkemih


• -       Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
• -       Urin terus menetes setelah berkemih
• -       Merasa letih, tidak nafsu makan, mual dan muntah
• -       Klien merasa cemas dengan pengobatan yang akan dilakukan
lanjutan....

b.  Data Obyektif
-       Ekspresi wajah tampak
menahan nyeri
-       Terpasang kateter
PENGKAJIAN

Sesudah Operasi
a.  Data Subyektif
-       Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi
-       Klien mengatakan tidak tahu tentang diet dan pengobatan
setelah operas
b.  Data Obyektif
-       Ekspresi tampak menahan nyeri
-       Ada luka post operasi tertutup balutan
-       Tampak lemah
-       Terpasang selang irigasi, kateter, infus
• 3. Riwayat kesehatan :
- riwayat penyakit dahulu
- riwayat penyakit sekarang
- riwayat penyakit keluarga
- pengaruh BPH terhadap gaya hidup,
apakah masalah urinari yang dialami
pasien.
pengkajian fisik

  
a.  Gangguan dalam berkemih seperti
-   Sering berkemih
-       Terbangun pada malam hari untuk berkemih
-       Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
-       Nyeri pada saat miksi, pancaran urin melemah
-       Rasa tidak puas sehabis miksi
-       Jumlah air kencing menurun dan harus mengedan saat berkemih
-       Aliran urin tidak lancar/terputus-putus, urin terus menetes setelah
berkemih.
-       Nyeri saat berkemih
-       Ada darah dalam urin
-       Kandung kemih terasa penuh
-       Nyeri di pinggang, punggung, rasa tidak nyaman di perut.
-       Urin tertahan di kandung kencing, terjadi distensi kandung kemih
pengkajian fisik

b.  Gejala umum seperti keletihan, tidak nafsu makan, mual

muntah, dan rasa tidak nyaman pada epigastrik

c.  Kaji status emosi : cemas, takut

d.  Kaji urin : jumlah, warna, kejernihan, bau

e.  Kaji tanda vital


5.      Kaji pemeriksaan diagnostik
-       Pemeriksaan radiografi
-       Urinalisa
-       Lab seperti kimia darah, darah lengkap, urin

6.   Kaji tingkat pemahaman dan pengetahuan klien


dan keluarga tentang keadaan dan proses penyakit,
pengobatan dan cara perawatan di rumah.
B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL

a. Pre operasi

- Ansietas b.d. krisis situasional, kurang terpapar


informasi
- Cemas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan atau menghadapi proses bedah.
- Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan factor biologi
- Perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan spasme kandung kemih.
f
i

RENCANA KEPERAWATAN
k
a
s
i

t
i
n
d
a
k
a
n

m
e
n
g
o
n
t
r
o
l

n
y
e
r
i

b
e
r
d
a
s
a
B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL

b. Post operasi
-          Nyeri akut berhubungan agen injuri fisik (insisi
sekunder pada TURP)
-          Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv
pembedahan
-          Kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan
pengobatan b.d kurangnya paparan informasi.
-          Defisit perawatan diri berhubungan dengan
imobilisasi pasca operasi.
-          Disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan
akan impoten dari TURP
Thank You

Anda mungkin juga menyukai