Anda di halaman 1dari 85

PERADABAN ARAB

SEBELUM ISLAM
PENGERTIAN JAHILIYAH:
A. MENURUT BAHASA; MASA KEBODOHAN
B. MENURUT ISTILAH; TERJADINYA DEKADENSI MORAL
(KEMEROSOTAN MORAL) BAIK MORAL KEPADA
ALLAH MAUPUN KEPADA SESAMA MANUSIA. DENGAN
KATA LAIN NILAI-NILAI KETUHANAN DAN NILAI-NILAI
KEMANUSIAAN HAMPIR PUNAH.
C. BANGSA ARAB ADALAH BANGSA YANG NOMADIK,
NAMUN DEMIKIAN, ADA BEBERAPA YANG SUDAH
MENETAP. BAIK NOMADIK MAUPUN YANG MENETAP
MEREKA HIDUP DALAM SUATU KELOMPOK
KESUKUAN.
SISTEM KEPERCAYAAN
SEBELUM ISLAM
• SEBELUM KEDATANGAN ISLAM,
BANGSA ARAB MENGANUT BERBAGI
MACAM KEPERCAYAAN, AKAN TETAPI
YANG PALING DOMINAN ADALAH
MENYEMBAH PATUNG, DAN
DISEKITAR KA’BAH TERDAPAT
KURANG LEBIH 360 PATUNG, DAN
YANG TERBESAR ADALAH PATUNG
HUBAL.
PROSES KELAHIRAN ISLAM
• KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW.
• NABI MUHAMMAD LAHIR SEKITAR 571 M.
ATAU LEBIH DIKENAL TAHUN GAJAH. DIA
ADALAH DARI KALANGAN BANI HASYIM,
SALAH SATU SUKU YANG SANGAT
BERPENGARUH PADA SAAT ITU.
• SEJAK KECIL DIA MEMPERLIHATKAN
TANDA-TANDA KENABIAN. PADA UMUR 35
TAHUN BELIAU DIGELAR AL AMIN (ORANG
YANG DAPAT DIPERCAYA)
GELAR AL AMIN
• KETINGGIAN AKHLAK NABI SAW, TELAH
DIPERLIHATKAN SEJAK KECIL DAN PADA
MASA KECIL DIA SUKA BEKERJA SEPERTI
MENGEMBALA DAN BERNIAGA. PADA UMUR
35 TAHU TERJADI PERTENTANGAN
TENTANG SIAPA YANG BERHAK MEMASANG
KEMBALI HAJAR ASWAD, DAN NABI
BERHASIL MENYELESAIKAN PERSOALAN
ITU SEHINGGA DI GELAR AL AMIN.
MASA KENABIAN
• UMUR 40 TAHUN DIANGKAT MENJADI NABI,
DITANDAI DENGAN TURUNNYA SURAH AL
ALAQ AYAT 1-5.
• DALAM MENYIARKAN ISLAM NABI
MUHAMMAD MENEMPUH TIGA METODE
YAITU; RAHASIA, SEMI RAHASIA, DAN
TERBUKA. DALAM PENYIARAM ISLAM
DIKENAL DUA FASE, YAITU FASE MAKKAH
DAN FASE MADINAH.
FASE MAKKAH
• PADA FASE INI PEMBINAAN YANG
DILAKUKAN OLEH RASULULLAH
MENGARAH KEPADA INDIVIDU
DENGAN PENEKANAN; AQIDAH DAN
AKHLAK
• YANG MULA-MULA MASUK ISLAM
ANTARA LAIN ; ABU BAKAR ASIDDIQ,
ALI BIN ABI THALIB, KHADIJAH ISTERI
NABI SAW DLL.
FASE MADINAH
• SETELAH MENJALANKAN DAKWAH SECARA
TERBUKA, MAKA ORANG-ORANG ARAB DI
LUAR MAKKAH ADA YANG MASUK ISLAM
DAN MEMINTA RASULULLAH SAW UNTUK
HIJRAH KE MADINAH.
• SEBELUM HIJRAH RASULULLAH SAW
MELAKUKAN PERTEMUAN DENGAN
PENDUDUK MADINAH, SEHINGGA
MENGHASILKAN PERJANJIAN YANG
DISEBUT PERJANJIAN AQABAH PERTAMA
DAN PERJANJIAN AQABAH KEDUA.
AWAL DARI SUATU
KEBANGKITAN
• KETIKA BANYAKNYA UMMAT MANUSIA
MEMELUK ISLAM, ANTARA LAIN
PENDUDUK MADINAH MAKA NABI SAW
MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH
UNTUK MEMPERKUAT STRATEGI
DAKWAH YANG AKAN DILAKUKAN,
ANTARA LAIN, MENGADAKAN
PERJANJIAN AQABAH.
AQABAH PERTAMA
• PERJANJIAN AQABAH PERTAMA
DISEBUT JUGA PERJANJIAN WANITA,
KARENA DIANTARA 12 ORANG YANG
IKUT DALAM PERJANJIAN ITU ADA
SEORANG WANITA YANG BERNAMA
AFRAH BINTI ABID BIN SA’LABAH.
ISI PERJANJIAN AQABAH I
• DIANTARA ISI PERJANJIAN AQABAH I ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:
• MENGAKUI ALLAH SEBAGAI TUHAN DAN
MUHAMMAD SAW SEBAGAI UTUSANNYA, TIDAK
AKAN BERZINAH, TIDAK AKAN MENCURI, TIDAK
AKAN MEMBUNUH ANAK-ANAK PEREMPUANNYA.
• PADA TAHUN BERIKUTNYA MEREKA KEMBALI
MENGADAKAN PERJANIAN AQABAH II YANG DIIKUTI
KURANG LEBIH 73 ORANG. ISI PERJANJIANNYA
HAMPIR SAMA DENGA ISI PERJANJIAN AQABAH I,
DAN MEREKA MEMINTA RASULULLAH SAW UNTUK
HIJRAH KE MADINAH ATAU YASTRIB
PEMBINAAN MASYARAKAT
ISLAM

• NABI MUHAMMAD SAW BELUM BERHASIL MELETAKKAN DASAR-DASAR


ISLAM DI MAKKAH. DENGAN HIJRAHNYA KE MADINAH, MUHAMMAD SAW
BERHASIL MELETAKKAN DASAR-DASAR MASYARAKAT ISLAM.
• 1.MENDIRIKAN MASJID, HAL INI MENGINDIKASIKAN BAHWA PEMBINAAN
MASYARAKAT ISLAM BERMULA DARI MASJID.
• 2. MEMPERSAUDARAKAN ANTAR KAUM MUSLIMIN, BAIK ANTAR MUHAJIRIN
MAUPUN ANTARA MUHAJIRIN DAN ANSHAR. SALAH SATU DIANTARANYA
YANG DIPERSAUDARAKAN ADALAH JA’FAR BIN ABU THALIB
DIPERSAUDARAKAN DENGAN MUAZ BIN JABAL.
• 3. MEMBUAT PERJANJIAN UNTUK BEKERJA SAMA DAN SALING MEMBANTU
ANTARA KAUM MUSLIMIN DAN BUKAN MUSLIM. DALAM PIAGAM MADINAH
INI DISEPAKATI PERJANJIAN BAHWA: (1)TIAP KELOMPOK DIJAMIN
KEBEBASANNYA DALAM BERAGAMA, (2).TIAP KELOMPOK BERHAK
MENGHUKUM ANGGOTA KELOMPOKNYA YANG BERSALAH, (3). TIAP
KELOMPOK HARUS SALING MEMBANTU DALAM MEMPERTAHANKAN
MADINAH, BAIK YANG MUSLIM MAUPUN NONMUSLIM, DAN (4). PENDUDUK
MADINAH SEMUANYA SEPAKAT MENGANGKAT MUHAMMAD SEBAGAI
PEMIMPINNYA DAN MEMBERI KEPUTUSAN HUKUM SEGALA PERKARA YANG
DIHADAPKAN KEPADANYA.
• 4. MELETAKKAN LANDASAN BERPOLITIK, EKONOMI, DAN
KEMASYARAKATAN BAGI NEGERI MADINAH YANG BARU TERBENTUK
DASAR POLITIK NEGARA MADINAH

• DASAR BERPOLITIK NEGERI MADINAH ADALAH


PRINSIP KEADILAN YANG HARUS DIJALANKAN
KEPADA SETIAP PENDUDUK TANPA PANDANG
BULU. DALAM PRINSIP KEADILAN DIAKUI ADANYA
KESAMAAN DERAJAT ANTARA MANUSIA YANG
SATU DENGAN MANUSIA YANG LAIN, YANG
MEMBEDAKAN DIANTARA MEREKA HANYALAH
TAKWANYA KEPADA ALLAH SWT. YANG LAIN
ADALAH PRINSIP MUSYAWARAH UNTUK
MEMECAHKAN SEGALA PERSOALAN DENGAN
DALIL ALQUR’AN. “DAN BERMUSYAWARALAH DI
ANTARA MEREKA DALAM SUATU URUSAN. (QS AS-
SYURA, 42:38)
KEBIJAKAN RASULULLAH SAW

SESUDAH MASYARAKAT MADINAH KOKOH, RASULULLAH SEGERA MERANCANG


STRATEGI PENYEBARAN ISLAM KE LUAR KOTA MADINAH. SASARAN PERTAMA DAN
UTAMA ADALAH KOTA MAKKAH.
ADA DUA FAKTOR UTAMA YANG MENDORONG KEBIJAKSANAAN ITU, PERTAMA,
MAKKAH ADALAH PUSAT KEAGAMAAN BANGSA ARAB DAN MELALUI KONSILIDASI
BANGSA ARAB DALAM ISLAMLAH, ISLAM BISA TERSEBAR KE LUAR. KEDUA APABILA
SUKU MUHAMMAD SENDIRI DAPAT DIISLAMKAN, MAKA ISLAM AKAN MEMPEROLEH
DUKUNGAN YANG BESAR, KARENA ORANG-ORANG QURAISY, DENGAN KEDUDUKAN
MEREKA SENDIRI SERTA FAKTA –ANTAR SUKUNYA, MEMPUNYAI KEKUASAAN DAN
PENGARUH YANG BESAR.
TENTANG HAL YANG KEDUA INI, FAZLUR RAHMAN BERPENDAPAT BAHWA SEMENJAK
PERIODE MAKKAH AWAL, ALQUR’AN SECARA KATEGORIS MENYURUH NABI UNTUK
MENDEKATI “SANAK KELUARGA YANG TERDEKAT” DAN “SUKU BANGSA” SENDIRI.
HAL INI DIMAKSUDKAN SEBAGAI PENDAYAGUNAAN KEKUATAN-KEKUATAN AKTUAL
DAN SUMBERDAYA SEJARAH UNTUK TUJUAN MORAL. SEJARAWAN IBNU KHALDUM
MEMBERI KOMENTAR ATAS PENTINGNYA KEKUASAAN DAN KEKUATAN
AKTUAL(ASHASIYAH) YANG DIPERLUKAN UNTUK LEPAS LANDAS YANG PERTAMA
BAGI ISLAM. SENADA PANDANGAN SYAH WALIYULLAH IA MENGATAKAN BAHWA
PENCIPTAAN KONDISI KE ARABAN MUTLAK PERLU KALAU ISLAM MAU BERKEMBANG
SEBAGAI SUATU AGAMA YANG EFEKTIF DI DUNIA INI.
SISTEM PEMBINAAN
MASYARAKAT ISLAM
• Keberhasilan Nabi SAW dalam membina
masyarakat Islam ditunjang minimal tiga
faktor:
• 1. Ide-ide yang diajarkan Nabi, berasal dari
Allah adalah ajaran yang benar. Ide-ide itu
sesuai dengan kodrat manusia ditujukan
kepada seluruh ummat manusia, dan bersifat
universal.
• 2. Terletak pada kepribadian Nabi SAW
• 3. Partisipasi para sahabat.
ASAS-ASAS MASYARAKAT DAN
KEBUDAYAAN ISLAM
• Asas masyarakat Islam paling tidak ada enam:
• 1. Al Ikha (persaudaraan)
• 2. Al Musawamah (persamaan)
• 3. Tasamuh (toleransi)
• 4. Musyawarah (demokrasi) Q.S. 42:38, Q.S.3:159
• 5. Al Muawanah (gotong royong)
• 6. Al Adalah (keadilan) Q.S.5:8
• Dasar-dasar kebudayaan Islam yang diletakkan Rasulullah SAW, pada
umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur
manusia dan masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan
peribadatan, sosial, ekonomi, dan politik yang bersumber dari Al
Qur’an dan Sunnah Nabi. Selain itu lembaga utama dan pertama yang
telah dibangun Nabi SAW Masjid, Masjid Pertama yang dibangun
adalah masjid Quba dan yang kedua masjid Nabawi.
• Masjid ini selain berfungsi sebagai tempat ibadah, dijadikan juga
sebagai pusat kegiatan.
PERKEMBANGAN ISLAM PADA
MASA KHULAFA AR RASYIDIN
• PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN ISLAM
• MASA PEMERINTAHAN KHALIFAH ABU BAKAR
• Sepeninggal Rasulullah SAW., ummat Islam., mencari figur, siapa yang
pantas menggantikan Rasulullah SAW. Sebagai pemimpin negara atau
pemimpin ummat Islam (bukan sebagai Rasul), karena Rasulullah SAW.
Tidak meninggalkan wasiat, siapa yang akan menggantikan beliau.Agaknya
persoalan kepemimpinan setelah beliau meninggal menjadi hak mutlak
kaum muslimin untuk menentukannya melalui musyawarah di antara
mereka yang telah lama menyertai Nabi dalam perjuangan menegakkan
Islam. Karena itulah tidak lama setelah Nabi wafat, kaum muslImin
(Muhajirin dan Ansyar) berkumpul dibalai kota bani Sa’idah Madinah. Hasil
musyawarah menghasilkan keputusan yang memilih Abu Bakar Assiddiq
sebagai pemimpin atau khalifah yang menggantikan Nabi SAW. Sebagai
pemimpin negara atau pemimpin kaum muslimin, tapi bukan sebagai Nabi
dan Rasul.
• Abu Bakar bernama Abdullah Ibn Abi Quhafah al-Tamimi. Di masa Jahiliyah
beliau bergelar Abu Ka’bah, ketika memeluk Islam Rasulullah SAW.
Menganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar, gelarnya “as-Shiddiq”
(yang membenarkan).
ARAH KEBIJAKAN KHALIFAH
ABU BAKAR
• Abu Bakar memimpin hanya kurang lebih dua tahun. Dalam
kepemimpinannya beberapa hal yang telah dilakukan, yakni:
• Kebijakan dalam negeri. Setelah terpilih menjadi khalifah, banyak kaum
muslimin yang membangkan, ada yang murtad, ada yang tidak mau
membayar zakat, dan ada yang mengaku dirinya Nabi (Nabi palsu). Yang
mengaku dirinya Nabi adalah Musailamah al Kazzab di Yamamah, al
Aswad al Ansy di Yaman, dan Tulaihah bin Khuwalid, seorang pendeta dari
bani As’ad.
• Untuk menyeleaikan persoalan ini Abu Bakar membentuk pasukan dan
memerangi mereka. Perang ini terkenal dengan nama perang “Riddah” atau
“perang melawan kemurtadan”. Khalid bin Walid adalah jenderal yang
paling banyak berjasa dalam perang ini.
• Setelah persoalan dalam negeri selesai, khalifah Abu Bakar mengirim
kekuatan ke luar Arabiah. Khalid bin Walid dikirim ke Irak dan dapat
menguasai Hira di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah
pimpinan empat jenderal yaitu, Abu Ubaidah, Amru bin Ash, Yazid bin Abi
Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usama yang
masih berusia 18 tahun.
BENTUK KEKUASAAN
• Bentuk kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu
Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah SAW. Bersifat
sentralisasi. Kekuasaan legeslatif, eksekutif, dan yudikatif
terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda
pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun
demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu
mengajak sahabat-sahabat besarnya untuk bermusyawarah.
• Selain bentuk kekuasaan, Abu Bakar juga membentuk panitia
untuk mengumpulkan Al Qur’an yang masih tersebar dalam
bentuk lembaran-lembaran dan kelopak-kelopak kurma untuk
disatukan dan disusun dalam satu mushab Al Qur’an. Panitia
ini diketuai oleh Said bin Tsabit.
• Setelah berkuasa kurang lebih dua tahun, Abu Bakar
meninggal dunia dan digantikan oleh Umar bin Khattab.
KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB
• Khalifah Umar bin Khattab menjadi khalifah ke II dalam pemerintahan Islam.
Umar ditunjuk langsung oleh Abu Bakar setelah mengadakan konsultasi
dan persetujuan dengan para sahabat utama. Hal ini dilakukan mengingat
situasi ummat Islam belum begitu stabil dan kuat. Hal ini diperlukan
pemimpin yang tegas, berani, dan bijaksana. Di dalam diri Umar bin Khattab
terdapat ketiga hal itu.
• Umar bin Khattab adalah putra Nufail al Quraisy dari Bani Adi. Suku
terpandang dan berkedudukan tinggi di Makkah. Di masa Jahiliyah ia
seorang saudagar, terkenal seorang pemberani, tegas, mempunyai
ketabahan dan kemauan keras, demikian juga sesudah masuk Islam. Umar
menyebut dirinya Khalifah-Khalifati Rasulullah(pengganti dari pengganti
Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan
orang-orang yang beriman).
• Umar bin Khattab memiliki kreatifitas dan kemampuan berpikir dalam
memahami syariat Islam. Ketajaman berpikir Umar terlihat ketika dia
menghawatirkan keutuhan al Qur’an karena banyaknya hufadz yang mati
syahid. Untuk itu ia mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk
membukukan al Qur’an yang masih merupakan catatan-catatan lepas dan
hafalan pribadi-pribadi para sahabat.
USAHA-USAHA DAN
KEBIJAKANNYA
• Perluasan wilayah pada zaman Umar bin Khattab merupakan salah satu
skala prioritas, dan ummat Islam dapat menaklukkan beberapa daerah,
antara lain; Palestina, Syiriah, Irak, Mesir dan daerah-daerah lainnya.
• Gelombang ekspansi ke utara menuju Syria di bawah pimpinan Abu
Ubaidah ibn Jarrah dan ibukota syria Damaskus jatuh pada tahun 635M.
Ekspansi ke Mesir di bawah pimpinan Amr ibn Ash dan ke Irak dibawah
pimpinan Saad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibukota Mesir, ditaklukkan
tahun 641 M. Ekspansi ke Irak di bawah pimpinan Surahbil ibn Hasanah.
Yang kearah timur disempurnakan oleh Saad ibn Abi Waqqash. Al
Qadasiyah sebuah kota dekat Hira di Iraq dapat ditaklukkan pada tahun 637
M., Ibukota Persia al Madain dapat ditaklukkan pada tahun itu juga. Musol
dapat dikuasai pada tahun 641 M. Dengan demikian pada masa
kepemimpinan Umar, wilaya kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arab,
Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
• Setelah urusan perluasan telah dilakukan dan wilayah kekuasaan Islam
semakin luas, Umar ibn Khattab mulai melakukan pembenahan administrasi
pemerintahan Islam.
PROSES AKULTURASI DAN
ASSIMILASI BUDAYA
• Beragamnya wilayah kekuasaan diikuti juga oleh komunitas yang
hetoregen. Jazirah Arab yang berbangsa dan bahasa Arab beragama Islam,
Syria, palestina dan sekitarnya berbahasa Suryani, beragama Yahudi dan
Nasrani, Mesir merupakan bangsa Qibti beragama Mesir kuno dan Nasrani,
sedangkan Irak dan sebagian wilayah Persia beragama Majusi.
Keseluruhan wilayah tersebut disatukan di bawah kekuasaan Islam dengan
ibukotanya Madinah
• Dalam proses penyatuan tersebut terjalin interaksi antar wilayah, bangsa,
negara, sehingga terjadi akulturasi dan assimilasi dalam bidang darah,
bahasa, adat istiadat, alam pemikiran, politik, paham keagamaan, dan
bidang-bidang lainnya. Bangsa Arab mempunyai kelebihan dalam bidang
agama, hafalan, dan bahasa, bangsa Mesir, Persia, dan Syria memiliki
keistimewaan dalam bidang kebudayaan, demikian juga dengan bangsa-
bangsa lain mempunyai kelebihan masing-masing. Dalam proses interaksi,
akulturasi, dan assimilasi tersebut terjadi saling mempengaruhi dalam
berbagai aspek kehidupan, seperti peradaban Islam tidak lagi Arab lokal,
akan tetapi sudah meliputi wilayah regional Timur Tengah. Demikian juga
assimilasi darah terjadi perkawinan campuran sehingga melahirkan
generasi campuran antara Arab dan nonArab.
PENATAAN ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN ISLAM
Proses perluasan daerah terjadi dengan cepat, sehingga perlu dikelola dengan
tepat. Umar segera mengatur administrasi Islam dengan mencontoh
administrasi yang sudah ada pada masa itu. Dia membagi wilayah kekuasaan
Islam menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah,
Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Setiap wilayah diperintah oleh seorang
kepala daerah. Di samping itu, Umar ibn Khattab membentuk beberapa
departemen, seperti; Diwan al Kharaj/ Baitul al Maal yang mengatur sistem
keuangan negara, Diwan al Qadha, departemen kehakiman, Diwan al Jundiy
(diwan al Harby) badan pertahanan dan keamanan al Syurthah (kepolisian).
Dalam bidang tata negara, Umar membentuk al Wizarat (sama menteri
sekarang), Al-Kitabaat, sekretaris negara,jawatan pekerjaan umum, menempah
mata uang, dan menciptakan tahun hijrah. Umar juga memerintahkan Ali ibn
Abi Thalib untuk membuat dasar-dasar tata bahasa Arab, supaya terhindar dari
kesalahan dalam memahami al Qur’an. Untuk kepentingan pengajaran Islam, ia
mengirim guru-guru ke beberapa daerah yang ahli dalam bidang keagamaan.
Umar mengubah pemerintahan Islam menjadi pemerintahan yang kuat dan
disegani, dan mengubah sistem pemrintahan dari sentralisasi ke disentralisai
termasuk dalam pembagian wilayah Islam dan kekuasaan Islam.
Setelah merasa ajalnya dekat, ia menunjuk enam orang sahabat utama untuk
dicalonkan menjadi khalifah dan dipilih salah satu diantara mereka menjadi
khalifah. Sahabat yang ditunjuk Umar adalah: Usman bin Affan, Abd.Rahman
bin Auf, Ali bin Abi Thalib,Saad bin Abi Waqas, Thalha, dan Subair.
KHALIFAH USMAN BIN AFFAN

• Pengangkatan Usman bin Affan menjadi khalifah,


melalui proses pemilihan. Umar menjelang ajalnya,
menunjuk enam formatur untuk dipilih menjadi khalifah,
dan Usman bin Affan yang terpilih diantara enam orang
tersebut.
• Dia bernama Usman ibn Affan ibn Abil Ash ibn
Umayyah. Sebelum dan sesudah masuk Islam Dia
adalah seorang saudagar kaya yang dermawan bersifat
lemah lembut, termasuk kelompok sahabat awal masuk
Islam. Dia menyumbangkan kekayaannya untuk syiar
Islam. Di masa pemerintahannya berbagai usaha yang
dilakukan untuk kemajuan Islam, diantaranya perluasan
wilayah, penulisan Al Qur’an, dan lain-lain.
USAHA-USAHA USMAN
• Invasi
• Usman bin Affan memperluas wilayah kekuasaan Islam
sampai ke Tripoli, Pulau Rodes, Armenia, Tunisia,
Cyprus, dan bagian yang tersisa dari Persi, Transoxania,
dan Tabristan berhasil direbut. Ekspansi pertama
berhenti sampai di sini.
• Memperluas mesjid Nabawi dan Mesjid Haram,
Membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang
besar dan mengatur pembagian air ke-kota-kota,jalan-
jalan, dan jembatan-jembatan.Selain itu, Dia
memerintahkan Said bin Tsabit untuk menuliskan Al
Qur’an dan menyebarkan ke wilayah-wilayah Islam agar
ada keseragaman dalam pemahaman dan pembacaan
Al Qur;an
AKIBAT SUATU KEBIJAKAN
• Pemerintahan Usman bin Affan berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh
terakhir pemerintahannya muncul perasaan yang tidak puas dan kecewa di
kalangan ummat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat
berbeda dengan kepemimpinan Umar. Hal ini mungkin disebabkan karena
umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah
lembut. Pada tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
• Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa kepemimpinan
Usman adalah kebijakan mengangkat keluarganya dalam kedudukan yang
tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam. Dialah yang
secara riil menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang
gelar Khalifah. Karena banyaknya keluaga Usman yang duduk dalam jabatan-
jabatan penting, Usman dalam pemerintahannya laksana boneka yang
dikendalikan oleh para sahabatnya. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu
lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan.
Harta kekeyaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh
Khalifah Usman ibn Affan. Hal-hal inilah yang menyebabkan rakyat atau ummat
Islam kecewa dan marah kepada khalifah, dan berakhir dengan pemberontakan
yang menyebabkan terbunuhnya khalifah Usman ibn Affan.
PEMERINTAHAN ALI BIN ABI
THALIB (35-40 H/656-661 M)
• Tidak lama setelah Usman bin Affan wafat,
masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi
Thalib sebagai penggantinya. Ali bin Abi Thalib
ibn Abdul Muthalib, putra paman Rasul, dan
suami dari fatimah. Ketika Muhammad diutus
menjadi Rasul, Ali termasuk orang pertama
masuk Islam, pada usia masih kecil. Selama
masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan dan pemberontakan. Tidak
ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya
yang dapat dikatakan stabil.
USAHA –USAHA ALI BIN ABI
THALIB
• Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para
gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena karena
keteledoran mereka. Banyak pendukung-pendukung dan
kerabatnya yang menasehatinya supaya menunda
tindakan-tindakan radikal itu sampai keadaan stabil,
tetapi Ali tidak mengindahkannya. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada
penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya
kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi
pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana
pernah diterapkan oleh Umar.
GEJOLAK dan
PEMBERONTAKAN
• Tidak lama setelah kebijakan itu diterapkan, Ali bin Abi Thalib menghadapi
gejolak dan pemberontakan. Pemberontakan datang Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Usman, dan
mereka menuntut bela darah terhadap Usman yang telah ditumpahkan secara
zalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang, Dia mengirim surat
kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk
menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak.
Akhirnya pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan
nama “Perang Jamal (unta)” karena Aisyah dalam perang ini menunggang unta.
Ali berhasil mengalahkan mereka, Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak
melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dilirim kembali ke Madinah.
• Pemberontakan lain yang dihadapi Ali ialah pemberontakan Muawiyah bi Abi
Sofyan yang didukung oleh sebagian mantan pejabat pada masa Usman yang
kehilangan jabatannya. Setelah Ali berhasil memadamkan pemberontakan
Thalhah dan Zubair, Ali bergerak dari kufah ke Damaskus dengan ejumlah
besar tentara. Pasukannya bertemu pasukan Muawiyah di Siffin. Pertempuran
ini dikenal dengan nama “Perang Siffin”. Perang ini diakhiri dengan Tahkim
(arbitrase). Namun perundingan ini tidak membuahkan hasil positif
HASIL SEBUAH PERUNDINGAN
• Setelah terjadi tahkim, bukannya menyelesaikan suatu masalah, tetapi
menimbulkan masalah baru di kalangan ummat Islam. Peristiwa tahkim
menyebabkan timbulnya golongan-golongan baru dalam Islam. Golongan-
golongan ini pada awalnya merupakan golongan politik, namun kemudian
berlanjut pada bidang teologis dan keagamaan. Golongan-golongan itu
adalah khawarij, orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung
pemerintahan Ali, ummat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik,
Muawiyah (murjiah), Syi’ah (pengikut) Ali,.dan al Khawarij (orang-orang
yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya golongan khawarij ini, menyebabkan tentaranya semakin lemah,
sementara posisi muawiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H
(660M), Ali bin Abi Thalib terbunuh oleh seorang anggota Khawarij.
• Kedudukan Ali sebagai khalifah dijabat oleh anaknya Hasan selama
beberapa bulan, namun demi persatuan ummat Islam, Hasan menyerahkan
kekuasaan kepada Muawiyah setelah mengadakan perjanjian damai
dengan Muawiyah. Perjanjian ini dapat mempersatukan ummat Islam dalam
satu kepemimpinan poilitik, di bawah Muawiyah bin Abi Sofyan.
• Di sisi lain, perjanjian ini menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa
absolut, dengan sistem kekhalifaan turun-temurun.
PERAN PEREMPUAN DI MASA
KHULAFAUR RASYIDIN
• Banyak perempuan yang ikut berperan
pada masa khulafaurrasyidin, berjasa
terhadap perjuangan Islam, dan memiliki
kontribusi yang besar dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat, antara lain:
Aisyah, Ummu Salamah, Al-Khunasa dan
lain-lain.
Aisyah
• Aktivitas Aisyah dalam periwayatan hadits sudah
dibahas dalam periode Rasul. Pada masa pemerintahan
al-Khulafaurrasyidin, aktivitas publik Aisyah terus
berlanjut. Ia sering menyampaikan gagasan-gagasannya
kepada para penguasa dalam urusan kenegaraan. Salah
seorang muridnya, ‘Urwah bin Subayr menyebutkan
bahwa ‘Aisyah juga aktif di bidang pendalaman keilmuan
yang meliputri kajian hukum, sastra, sejarah, dan
geneologi.
• Pada masa pemerintahan Ali, Aisyah juga terlibat dalam
peperangan, ketika terjadi perpecahan politik dalam
Islam, yang dikenal dengan perang Jamal (perang unta,
Aisyah terjun ke medan perang mengendarai unta.
Ummu Salamah, istri Rasul
• Pada masa awal pengangkatan Ali, kaum muslimin menghadapi
fitnah besar (terjadi perang saudara antara pendukung dan yang
menolak pengangkatan Ali, perang tersebut melibatkan Aisyah. Dia
mengutus anaknya Umar menghadap khalifah Ali untuk menemui
Aisyah dan mengingatkan ketidak patuhan Aisyah terhadap
kepemimpinan Ali. Setibanya di tempat Aisyah, ia berkata,
pembangkangan macam apa yang kamu lakukan ini? Pada hal
Allah berada di belakang ummat ini. Sekiranya aku mengikuti
jejakmu lalu dikatakan kepadaku “masuk ke surga,” aku malu
bertemu Muhammad melepaskan kerudung yang beliau kenakan
padaku, karena tidak menasehatimu. Peperangan tersebut akhirnya
dimenangkan oleh pihak Ali, Thalhah dan Zubair terbunuh, Aisyah
ditangkap kemudian dikembalikan ke Madinah.
Al-Khunasa
• Nama lengkapnya ialah Tumadhir binti Amru Ibn al Syarif as-Salamiyah al-
Mudhriyah. Ia berasal dari keluarga Arab terpandang dan mulia, selain
dikenal dengan keperwiraan putra-putranya serta kepiawaian dalam
berpuisi. Al-Khunasa mempunyai dua saudara, Muawiyah dan Sakhr, yang
sangat dicintai dan dibanggakannya karena kedua orang ini dinilai sebagai
pemuda Arab paling pemberani, tampan, dan berperilaku baik.
• Al-Khusana terlibat aktif bersama para muslimah lainnya berjuang
mengembangkan Islam, bahkan turut berperang bersama dengan keempat
putranya. Ketika perang Qadisiyah melawan Persia yang terjadi tahun ke-14
Hijriyah, al Khusana berperang mendampingi putra-putranya yang sedang
bertempur. Ia memompa semangat dan membangkitkan keberanian
mereka. Saat mendapatkan keempat putranya gugur sebagai syuhada yang
gagah berani, al Khusana berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah
memuliakan dengan kesyahidan mereka. Aku pun memohon agar disatukan
dengan mereka dalam naungan rahmatmu”.Ia adalah figur perempuan yang
mulia yang mencintai dan setia terhadap saudaranya. Istri dan ibu byang
tegas, selalu membiasakan putra-putranya dengan kesabaran, kebajikan,
dan keimanan bahkan mendorong anak-anaknya ke medan perang dan
menerima syahid anaknya dengan ikhlas.
BEBERAPA PEREMPUAN YANG TERCATAT DALAM
SEJARAH YANG MENONJOL DALAM
PENGEMBANGAN ISLAM dan ILMU PENGETAHUAN

• Keterlibatan perempuan dalam aktivitas publik berlanjut


pada abad-abad berikutnya sebagaimana keterlibatan
perempuan pada masa Rasul dan Khuilafaurrayidin.
Diantaranya Sayyidah Nafisah yang menjadi gurunya al
Syafi’I, Shaykhah Shuhda yang mengajar berbagi disiplin
ilmu, al Sayyidah Sakinah putri Al-Husain bin Ali bin Abi
Thalib, Al-Syaikhah Syuhrah yang bergelar “Fakhr An-
Nisa” (kebanggaan perempuan) adalah salah seorang
guru Imam Syfi’i.Perempuan lain yang mempunyai
kedudukan ilmiah yang sangat dihormati, misalnya Al-
Khunasa dan Rabi’ah Al-Adawiyah
FAKTOR-FAKTOR EKSPANSI
UMMAT ISLAM BEGITU CEPAT
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan
masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban
menyerukan ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu
itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan.
4. Pertentangan aliran agama di Wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya
kemerdekaan beragama bagi rakyat. Mereka juga tidak senang karena pajak
yang tinggi untuk membiayai peperangan melawan Persia.
5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan
toleran.
6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang
bangsa Arab lebih dekat kepada mereka dari pada bangsa Eropa, Bizantium,
yang memerintah mereka.
7. Mesir, Syria, dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu
membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih
jauh.
KHALIFAH BANI UMAYYAH
(41-132 H/661-750 M)
• Dinasti Bani Umayyah adalah pemerintahan pasca
khulafaurrasyidin. Dinasti ini didirikan oleh Mu’awiyah ibn Abu
Sufyan, Pada mulanya Mu’awiyah adalah seorang Gubernur yang
diangkat Khalifah Umar bin Khattab di wilayah Jordania. Sedangkan
kakaknya diangkat sebagi gubernur Syria. Setelah Yazid ibn Abu
Sufyan wafat Khalifah Umar bin Khattab menggabungkan wilayah
Syria ke dalam kekuasaan Mu’awiyah. Dengan demikian seluruh
wilayah Syam (Syria) diperintah oleh Mu’awiyah.
• Mu’awiyah dilahirkan di kota Makkah sekitar 15 tahun sebelum
hijrah dari pasangan Abu Sufyan dan Hindun. Beliau masuk Islam
pada usia 23 tahun ketika kota Makkah ditaklukkan oleh ummat
Islam yang dipimpin oleh Rasulullah Saw. Beliau seorang penulis
wahyu, perawi hadits yang didapat langsung dari Nabi maupun
sahabat utama seperti adiknya Habibah binti Abu Sufyan (salah
seorang Isteri Nabi Saw) Abdullah ibn Abbas, Sa’ad ibn al-
Musayyab, dan lain-lain.
PENAMAAN BANI UMAYYAH
• Penamaan dinasti ini dengan Umayyah
karena dinisbatkan kepada nenek
moyangnya yaitu Abu Sufyan ibn Harb ibn
Umayyah ibn Abd Syams ibn Abdu Manaf.
Periode pemerintahan Bani Umayyah in
berlangsung selama sekitar 90 tahun, dan
merupakan fase dalam perkembangan
sejarah ummat Islam, baik dari sisi politik,
perluasan wilayah, maupun
perkembangan peradaban Islam.
BIDANG POLITIK
• Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyah yang menjadi
awal kekuasaan dinasti bani Umayyah, bentuk
pemerintahan Islam berubah, dari pemerintahan
demokrasi berubah menjadi pemerintahan bersifat
monarchiheridetis (kerajaan turun-temurun). Suksesi
kepemimpinan turun-temurun dimulai ketika Mu’awiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid. Mu’awiyah bermaksud
mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia tetap
menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan
interpretasi baru kata-kata itu untuk mengangngkan
jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah”
dalam pengertian “penguasa yang diangkat oleh Allah”.
(Baca buku Abu A’la al Maududi, khilafah dan kerajaan).
IBU KOTA DAN PARA KHALIFAH
• Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90
tahun. Ibu kota negara yang dulunya di Madinah, pada
masa pemerintahan bani Umayyah dipindahkan ke
Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur
sebelumnya. Khalifah yang memerintah Bani Umayyah
sebanyak 14 khalifah. Khalifah-khalifah itu antara lain:
Mu’awiyah ibn Abu Sufyan(41-60H/661-681M),Yazid ibn
Mu’awiyah(60-64 H/680-683 M),Abduk Malik ibn Marwan
(65-86 H/685-705 M),al Walid ibn Abd.malik 86-96
H/705-715 M),Umar ibn Abd Azis(99-101 H/717-719 M) ,
Hasyim ibn Abd.Malik(105-125M/724-744M), Marwan (II)
ibn Muhammad ibn Marwan ibn Hakam (126-132 H/744-
750 M).
GELOMBANG EKSPANSI
• Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, gelombang ekpansi
kembali dilakukan setelah sempat terhenti pada masa khalifah Ali
bin Abi Thalib. Ekspansi ke Barat dan ke Timur gencar dilakukan
sehingga wilayah teritorial ummat Islam bertambah luas. Di bagian
Barat, wilayah kekuasaan Islam sampai ke negeri Andalus
(Spanyol) sedangkan di bagian Timur mencapai perbatasan Cina.
Hal itu dapat dicapai berkat keberhasilan penaklukan-penaklukan
dan dakwah Islam yang dilakukan pemerintahan dinasti Umayyah
dan ummat Islam. Keberhasilan itu semata-mata untuk tujuan
penyebaran dakwah Islam, aqidah Nabi Muhammad Saw, Al
Qur’anul Al Karim, dan bahasa Arab di seluruh penjuru dunia.
Pada masa ini pulalah bermulanya kemunculan peradaban Islam
sebagai dampak daripada kemajuan dan kesejahteraan yang telah
diraih oleh ummat islam pada masa itu.
KHALIFAH-KHALIFAH YANG
CAKAP
• Dari 14 khalifah yang memerintah dinasti bani Umayyah, hanya ada
lima khalifah yang dianggap cakap. Kelima khalifah itu adalah
Mu’awiyah ibn Abu Sufyan, Abdul Malik ibn Marwan, Al Walid ibn
Abdul Malik, Umar ibn Abdul Azis, dan Hisyam ibn Abdul Malik.
Kemajuan yang dicapai pada masa Abdul Malik adalah dibangun
Mahkamah Tinggi (Agung), menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
resmi administrasi pemerintahan, mengganti mata uang Bizantium dan
Persia dengan mata uang yang dicetak sendiri, membangun jawatan
pos, memperluas Masjid al Haram, dan lain-lain. Khalifah al Walid
membangun rumah sakit, Masjid Umayyah, memperluas masjid
Nabawi dan Masjid Haram, dan membangun hujrah (makam) Nabi
Muhammad Saw. Masa Umar ibn Abdul Azis dimulainya pembukuan
Hadits, memajukan sektor ekonomi dan pertanian, dan menertibkan
hukum serta rekonsiliasi dengan berbagai golongan, terutama dengan
pengikut dan pendukung Ali bin Abi Thalib dan keturunannya
(golongan Syi’ah). Sedangkan masa Hisyam ibn Abdul Malik dibangun
pabrik senjata, perusahaan kain sutra, saluran irigasi untuk pertanian,
dan tempat pacuan kuda. Setelah khalifah Hisyam bani Umayyah
mengalami kemunduran yang pada akhirnya digulingkan oleh gerakan
Abbasiyah yang mendirikan dinasti baru bernama Dinasti Abbasiyah
PERKEMBANGAN PERADABAN
DAN ILMU PENGETAHUAN
• Setelah Mu’awiyah berkuasa, sistem
pemerintahan berubah dari prinsip
musyawarah demokrasi menjadi sistem
monarchi. Namun demikian, kemajuan di
bidang kebudayaan yang dicapai dinasti
ini sangatlah besar, utamanya di bidang
administrasi dan pemerintahan, bidang
ilmu pengetahuan, dan bidang sosial dan
keagamaan.
BIDANG ADMINISTRASI DAN
PEMERINTAHAN
• Seiring dengan semakin meluasnya wilayah teroterial dinasti
Umayyah, maka pemerintah berusaha mengadopsi pola
administrasi dan pemerintahan Bizantium dan Pesia. Hal ini
dilakukan semata-mata untuk memudahkan kontrol dan kordinasi
antara pemerintah pusat (khalifah) dan pemerintah daerah
(gubernur). Konsolidasi sistem administrasi dan pemerintahan ini
menyangkut beberapa hal sebagai berikut: Wizarah (kementerian),
jabatan wizarah ini mulai diadakan, namun belum menjadi istilah
khusus dan dikenal secara luas. Tugas-tugasnya adalah membantu
khalifah dalam hal-hal teknis dan bukan pengambil kebijakan. Pada
masa ini pula kantor-kantor biro dibentuk dan kantor-kantor biro
yang dibangun masa Umar lebih ditingkatkan perananannya.
Diantara kantor biro tersebut adalah: Diwan al Jund (Kantor urusan
ketentaraan), Diwan al Kharaj (urusan pajak dan perbendaharaan
negara), Diwan al Rasail wa al Kitabah (kantor sekretaris negara),
Diwan al Khatam (kantor urusan stempel), Diwan al Barid (kantor
urusan pos), lembaga peradilan, al Sikkah (mata uang logam),
Gaya hidup (lifestyle).
BIDANG ILMU
PENGETAHUAN
• Kemajuan ilmu pengetahuan pada masa
bani Umayyah sudah mulai dirasakan dan
mencakup dalam berbagai bidang. Ilmu-
ilmu yang berkembang pada masa itu
adalah Ilmu-ilmu agama (Qiraat, Tafsir,
Hadits), Ilmu bahasa khususnya bahasa
Arab, ilmu sejarah, ilmu kalam,
perkembangan syair-syair, kimia dan
kedokteran, dasar-dasar filsafat, dan
dasar-dasar ilmu mantiq.
BIDANG SOSIAL DAN
KEAGAMAAN
A.Kemajuan dalam kehidupan sosial
Pemerintahan Dinasti bani Umayyah dengan kebijakan
Arabisasinya, mampu menjadikan bangsa Arab bangsa yang maju
dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah lebih dahulu
maju. Mereka juga mampu menjaga dan memlihara “warisan
budaya Arab” yang diberi semangat keislaman. Di samping itu
mereka juga berhasil meluaskan wilayah kekuasaan dan
menggerakkan kehidupan intelektual ummat Islam. Dengan
demikian ummat Islam telah menjadi bangsa yang maju dan
berperadaban.
B. Kemajuan dalam kehidupan keagamaan
Pemerintah bani Umayyah sangat memperhatikan renovasi dan
pembangunan masjid di seluruh negeri, terutama yang dibangun
pada masa khulafaurrasyidin. Hal lain yang perlu diketahui adalah
rekontruksi (pembangunan kembali) Ka’bah yang sudah hancur dan
pembangunan dan perluasan Masjidil Haram. Penyebabnya adalah
masalah politik.
KEMUNDURAN DAN
KERUNTUHAN BANI UMAYYAH
• Runtuhnya bani umayyah pada tahun 132 H/750 M., dan bangkitnya Dinasti Abbasiyah
menarik perhatian para sejarawan Islam klasik. Para sejarawan berpendapat bahwa
kejadian itu unik dan menarik, karena bukan saja pergantian dinasti tetapi lebih dari itu
adalah pergantian struktur sosial dan ideologi. Maka banyak sejarawan menilai bahwa
munculnya Dinasti Abbasiyah merupakan suatu revolusi dalam arti yang sebenarnya.
Paling tidak terdapat beberapa alasan mengapa Dinasti Umayyah runtuh.
1. Terjadinya perbedaan pendapat di kalangan ummat Islam seputar pergantian dan
pemilihan khalifah (pemimpin). Dalam hal ini terdapat beberapa kelompok yang berbeda
dalam pandangannya seperti Syi’ah dan Khawarij.
2. Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu orang. Selain itu sistem pergantian khalifah
melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru dalam tradisi Arab yang lebih
menekankan faktor senioritas.
3. Kembalinya semangat membanggakan primordialisme kesukuan (ashabiyah) pada hal
agama Islam telah melarang hal itu dan sudah ditinggalkan pada masa pemerintahan
Rasulullah dan khulafaurrasyidin.
4 Lemahnya para khalifah
5. Latarbelakang terbentuknya dinasti Umayyah tidak lepas daripada komplik-komplik
(kekerasan)
6. Munculnya faksionalisme rasial atau pengelompokkan kebangsaan.
7. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas ibn abdul Muttalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, Syi’ah, dan Kaum Mawali yang
merasa menjadi warga negara kelas dua di masa bani Umayyah ini
PERADABAN ISLAM PADA
MASA BANI ABBASIYAH
• A.Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah
• Pemerintah dinasti bani abbasiyah dinisabkan kepada Al-Abbas,paman
Rasulullah.sementara khalifah pertama dari khalifahan ini adalah Abdullah Ash-
Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
• Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 135 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-
Shafah,dan sekaligus khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti bani Abbasiyah
berlangsung dalam rentang waktuyang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun
132 H- (750 M-1258 M).
• Sebelum berdirinya bani Abbasiyah terdapat 3 poros utama yang merupakan pusat
kegiatan :
1.HUMAIMAH merupakan tempat yang tentram, bermukim dikota itu keluarga Bani
Hasyim
2. KUFAH merupakan wilayah yang pendukungnya menganut aliran syiah
pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayah
3.KHURASAN. Merupakan warga yang pemberani , kuat fisik, teguh pendirian, ,
disanahlah diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Pemerintahan Abdul Abbas Ash- Shaffah

Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani


Umayyah.Mereka memungkinkan dapat mencapai
hasil lebih banyak karena landasannya telah
dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar.
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam
kepemimpinannya masyarakat islam lebih dari
sekadar penggantian dinasti . Ia merupakan
revolusi dalam sejarah islam ,
Kekhalifahannya pada Bani Abbasiyah hanya
bertahan selama 4 tahun, sembilan bulan,. Ia
wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang
telah dijadikannya sebagai tempat kedudukan
pemerintahan, ia berumur tidak lebih dari 33
tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur ketika
Ash-Shaffah ketika meninggal dunia adalah 29
tahun
Lanjutan
Selama dinasti bani Abbasiyah
berkuasa, terdapat 5 periode :
1.Semenjak lahirnya daulah
Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
Sampai meninggalnya Khalifah Al-
Watsiq (847 M).
2.Mulai Khalifah Al-Mutawakkil
pada tahun 323 H ( 847M)
Sampai daulah Buwaihiyah di
B.Para khalifah dinasti
Abbasiyah

Sebelum Abdul Abbas Ash-


Shaffah meninggal, ia sudah
mewasiatkan siapa penggantinya,
yakni saudaranya, Abu ja’far,
C.Masa kejayaan dinasti Abbasiyah

periode pertama pemerintahan


bani Abbasiyah mencapai masa
keemasan.Secara politis para
khalifah betul-betul tokoh yang
kuat dan merupakan pusat
kekuasaan politik sekaligus
Agama,disisi lain kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat
tertinggi. Periode ini juga berhasil
LANJUTAN

Di samping itu kemajuan dalam


lembaga pendidikan yakni :
1.Terjadinya asimilasi antara
bahasa arab dengan bangsa-
bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam
ilmu pengetahuan.Asimilasi
berlangsung efektif dan bernilai
guna,bangsa-bangsa itu
Baghdad sebagai pusat Peradaban Islam

Di nasti Abbasiyah dengan


pusatnya di Baghdad sangat maju
sebagai pusat kota peradaban
dan pusat ilmu pengetahuan.
Beberapa kemajuan dalam
berbagai bidang kehidupan yaitu :

1.Bidang Agama:
(Figh,ilmu tafsir,ilmu hadis,ilmu
D.Dinasti-Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad

Adapun dinasti yang lahir yang melepaskan diri dari


kekuasaan baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, di
antaranya :
1.Thaririyah di khurasan,persia (820-872 M)
2.Safariyah di fars, persia (868-901 M)
3.Samaniyah di Transoxania (873-998 M)
4.sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M )
5.Buwaihiyah, persia (932-1055 M)
6.Thuluniyah di Mesir ( 837-903M )
7.Ikhsidiyah di Turkisan (932-1163 M) dll
E.Faktor-faktor menyebabkan kemunduran dinasti bani
Abbasiyah

Menurut W.Montgomery Watt,


disebabkan oleh beberapa faktor :
1.Luasnya wilayah kekuasaan
daulah Abbasiyah, sementara
komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan.Bersamaan dengan
itu, tingkat saling percaya di
kalangan para penguasa dan
F.Akhir kekuasaan dinasti
Abbasiyah
Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad
dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh
Hulagu Khan,656 H/1258 M.Hulagu Khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di CINA hingga ke
Asia Tenggara,yang menugaskan untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari cina ke
pangkuannya.Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
dengan keluarganya, Al-Mu’tashim billah dibunuh,buku-
buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan di
buang ke sungai Tigris sehingga berubalah warna air sungai
yang jernih bersih menjadi hitam karena lunturan tinta yang
ada pada buku-buku itu. Dengan demikian, lenyaplah
DinastI Abbasiyah yang telah memainkan peran penting
Sejarah Peradaban Dinasti Fatimiyyah

 A.        KELAHIRAN DINASTI FATHIMIYAH


 1.         Gerakan Syi’ah Isma’iliyah
Kelahiran dinasti ini dimulai dengan adanya gerakan dari cabang
kaum Syi’ah Imamiyah – yaitu Syi’ah Isma’iliyah – yang bereaksi
terhadap khalifah-khalifah Abbasiyah yang mengadakan
penyelidikan kepada kaum Syi’ah Isma’iliyah. Penyelidikan itu
mengharuskan golongan yang setia kepada Isma’il bin Ja’far harus
meninggalkan kota kecil di wilayah Hamah daerah Syria menuju
Afrika Utara.
Kaum Syi’ah Isma’iliyah itu sendiri muncul karena berselisih paham
dengan Syi’ah Imamiyah tentang imam yang ketujuh. Menurut kaum
Imamiyah, imam yang ketujuh adalah Putra Ja’far yang bernama
Musa al-Kazhim, sedangkan menurut Isma’iliyah imam yang ketujuh
adalah Putra Ja’far yang bernama Isma’il. Sehingga meskipun
Isma’il sudah meninggal, kaum Isma’iliyah tidak mau mengakui
penobatan Musa al-Kazhim sebagai imam. Menurut mereka hak atas
Isma’il sebagai imam tidak dapat dipindahkan kepada yang lain
walaupun sudah meninggal.[7]
Pemimpin gerakan Syi’ah Isma’iliyah adalah Abu Abdullah al-Husain.
        
2. Penobatan Ubaidillah al-Mahdi
Setelah memperoleh banyak dukungan dan berhasil menegakkan
pengaruhnya di Afrika Utara, Abu Abdullah al-Husain menobatkan Sa’id
ibn Husain al-Salamiyah sebagai penggantinya. Selanjutnya Sa’id berhasil
merebut kekuatan dan berhasil mengusir penguasa dinasti Aghlabiyah
yang terakhir yaitu Ziyadatullah III dari Tunisia disusul dengan
pendudukannya pada tahun 909 M. Inilah awal berdirinya Dinasti
Fatimiyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Sa’id Husain al-Salamiyah
yang bergelar “Ubaidillah al-Mahdi”.[8]
 3.         Ideologi Dinasti Fathimiyah
Nama Fathimiyah dinisbatkan kepada Fatimah al-Zahra yaitu putri Nabi
Muhammad Saw yang juga merupakan istri Ali Ibn Abi Thalib ra.
Ubaidaillah al-Mahdi mengaku sebagai keturunan Ali ra dan Fatimah RA
melalui garis Isma’il, putra Ja’far al-Shadiq.[9] Penisbatan ini
memperkuat klaim dan legitimasi dinasti ini yang menganggap bahwa
merekalah yang sebenarnya paling berhak mengambil kendali dan
memerintah seluruh kerajaan Islam. Di samping itu berdirinya Dinasti
Fathimiyah jelas-jelas merupakan tandingan bagi Dinasti Abbasiyah yang
sedang berkuasa.
Pencitraan diri sebagai kekhalifahan dan institusi imamah yang sah
merupakan tanda untuk menegaskan keberlanjutan otoritas politik dan
spiritual yang dimiliki nabi karena Syi’ah Isma’iliyah sebagai pendiri
Dinasti Fathimiyah menunjukkan  keyakinan bahwa kepala negara
yang sah adalah wakil Tuhan di muka bumi.
Periode Dinasti Fathimiyah di Mesir dimulai ketika Jauhar, komandan
pasukan al-Mu’iz (Imam Syi’ah Dinasti Fathimiyah untuk periode 953-975),
kepala perang yang gagah berani asal Sicilia, menaklukkan negeri itu dan
memasuki ibu kotanya Fusthat pada tahun 969. Ia berhasil merampasnya dari
keturunan Ikhsyid. Keturunan Ikhsyid tidak dapat mempertahankan
kekuatannya, sehingga terpaksa melarikan diriSetelah menduduki kota
Fusthat, dia membangun kota baru dengan nama ‘al-qahirah’ yang berarti
‘gagah perkasa’ sebagai lambang kemenangannya.
Di Mesir, yang telah direbutnya dalam waktu singkat, Jauhar memiliki tugas
utama, yaitu:
a.Mendirikan ibu kota baru yaitu Kairo
b.Membina suatu universitas Islam yaitu Al-Azhar
c.Menyebarluaskan ideologi Fathimiyah yaitu Syi’ah ke Palestina, Syria, dan
Hijaz Setelah empat tahun dikuasai, barulah al-Mu’iz datang ke Mesir,
tepatnya tahun 973 M dengan terlebih dahulu memasuki kota Iskandariyah. Di
Iskandariyah beliau disambut dengan upacara besar oleh penduduk,
selanjutnya beliau memasuki Qahirah. Tiga tahun kemudian al-Mu’iz
meninggal dan digantikan oleh putranya al-Aziz.
dirinya sebagai penguasa yang paling mampu dan berbakat. Ia
memperluas kekuasaannya sampai hampir meliputi wilayah Afrika, dari
Maroko sampai perbatasan-perbatasan Mesir.[11]
Setelah wafat tahun 934 M, Ubaidillah al-Mahdi digantikan oleh
putranya Abu al-Qasim dengan gelar al-Qa’im selama 15 tahun. Pada
tahun 934 atau 935 Al-Qa’im mengirim armadanya untuk menyerbu
Pantai Utara Prancis, dan berhasil menguasai Genoa dan sepanjang
pesisir Calabria.
Al-Qa’im meninggal pada tahun 949 M ketika berusaha menaklukkan
Mesir. Pengganti beliau adalah putranya bernama al-Mansyur. Al-
Manshur berhasil mengalahkan pasukan Abu Yazid Makad di Mesir.
[12] Setelah meninggal beliau digantikan oleh Abu Tamim Ma’ad yang
bergelar al-Mu’iz.
 5.         Qahirah Menjadi Ibu Kota
Pada masa pemerintahan al-Mu’iz, Dinasti Fathimiyah berhasil

menaklukkan Maroko, Sisilia, Mesir, Palestina, Suriah, dan Hijaz .


• Periode Dinasti Fathimiyah di Mesir dimulai ketika Jauhar,
komandan pasukan al-Mu’iz (Imam Syi’ah Dinasti Fathimiyah untuk
periode 953-975), kepala perang yang gagah berani asal Sicilia,
menaklukkan negeri itu dan memasuki ibu kotanya Fusthat pada
tahun 969. Ia berhasil merampasnya dari keturunan Ikhsyid.
Keturunan Ikhsyid tidak dapat mempertahankan kekuatannya,
sehingga terpaksa melarikan diri.[13] Setelah menduduki kota
Fusthat, dia membangun kota baru dengan nama ‘al-qahirah’ yang
berarti ‘gagah perkasa’ sebagai lambang kemenangannya.[14]
• Di Mesir, yang telah direbutnya dalam waktu singkat, Jauhar
memiliki tugas utama, yaitu:
• a.  Mendirikan ibu kota baru yaitu Kairo
• b.  Membina suatu universitas Islam yaitu Al-Azhar
• c.  Menyebarluaskan ideologi Fathimiyah yaitu Syi’ah ke Palestina,
Syria, dan Hijaz.[15]
• Setelah empat tahun dikuasai, barulah al-Mu’iz datang ke Mesir,
tepatnya tahun 973 M dengan terlebih dahulu memasuki kota
Iskandariyah. Di Iskandariyah beliau disambut dengan upacara
besar oleh penduduk, selanjutnya beliau memasuki Qahirah. Tiga
tahun kemudian al-Mu’iz meninggal dan digantikan oleh putranya al-
Aziz.
• B.        MASA KEJAYAAN DINASTI FATHIMIYAH
•  6.         Keadaan Politik
• Pada masa Dinasti Fathimiyah, terutama pada waktu
kekuasaan Abu Manshur Nizar al-Aziz, kehidupan
masyarakat selalu diliputi oleh kedamaian. Hal ini
merupakan imbas dari keadaan pemerintahan yang
damai. Al-Aziz adalah khalifah Fathimiyah  yang kelima
sejak berdirinya dinasti ini di Tunisia, dan khalifah
pertama yang memulai pemerintahan di
Mesir.Selanjutnya dari segi politik juga daulat fatimiyah
membentuk wazir-wazir (wazir tanfiz dan wazir tafwid).
Wazir ini dibentuk pada masa Aziz billah pada bulan
Ramadhan tahun 367H/979 M.[9] [9] Ibid
• 7.         Sistem Administrasi Pemerintahan
• Sistem administrasi pemerintahan Dinasti Fathimiyah tidak begitu
berbeda dengan sistem administrasi Abbasiyah, atau lebih
cenderung pada sistem administrasi Persia kuno.
• Administrasi internal kerajaan dibentuk oleh Ya’kub ibn Killis yang
wafat tahun 991 M, seorang wazir atau menteri pada kekhalifahan
al-Mu’iz dan al-Aziz. Ya’kub adalah seorang Yahudi yang masuk
Islam. Berkat kecakapannya dalam bidang administrasi, ia berhasil
meletakkan dasar-dasar ekonomi sehingga Dinasti Fathimiyah
mencapai kemakmuran pada awal pemerintahannya.
• Pengelolaan negara dilakukan dengan mengangkat para menteri.
Fathimiyah membagi kementrian menjadi dua kelompok yaitu:
pertama, kelompok militer yang terdiri atas tiga jabatan pokok: (1)
Para amir, yang terdiri atas para perwira tertinggi dan para
pengawal khalifah; (2) Para perwira istana yang terdiri atas para ahli
(ustadz) dan para kasim; (3) Komando-komando resimen yang
masing-masing menyandang nama berbeda seperti Hafizhiyah,
Jususyiyah, Sudaniyah, atau yang disebut dengan nama  khalifah,
wazir, atau suku.
•  8.         Perkembangan Ekonomi
• Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan fitalitas kultural yang
mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang
dengan dunia non Islam dibina dengan baik termasuk dengan India dan
negeri-negeri mediterania yang beragama Kristen.
• 9.         Perkembangan Ilmu Pengetahuan
• Seorang ilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah
Yakub Ibnu Killis. Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan
yang mengahabiskan ribuan Dinar perbulannya. Pada masanya, ia
berhasil membesarkan seorang ahli fisika yang bernama Muhammad
Attamimi. Disamping Attamimi ada juga seorang ahli sejarah yang
bernama Muhammad Ibnu Yusuf Al Kindi dan Ibnu Salamah Al Quda’i.
seorang ahli sastra yang muncul pada masa Fatimiyah adalah Al Aziz
yang berhasil membangun masjid Al Azhar.[13]
• Kemajuan keilmuan yang peling fundamental pada masa Fatamiyah
adalah keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang
disebut Darul Hikam atau Darul Ilmi yang dibangun oleh Al Hakim pada
tahun 1005 Masehi.
• [13] Ajid Thohir, op.cit.,h. 117
• 10.       Perkembangan Seni dan Arsitektur
• Seni dan arsitektur pada masa Fathimiyah
menghasilkan karya yang bernilai sangat tinggi
berupa berbagai kerajinan, baik di bidang tekstil,
keramik, benda seni dari kayu, benda logam, dan
batu kristal. Pada produk tekstil kita bisa
menemukan motif-motif hewan dengan pose
konvensional. Beberapa contohnya ditemukan di
Barat yang dibawa ke sana pada masa Perang
Salib.
• Seni keramik masa ini mengikuti pola-pola Iran.
Beberapa contoh produk keramiknya merupakan
bukti kemunculan pertama keramik ala Cina di
wilayah Arab Timur. Produk keramik yang dibuat
oleh orang-orang Mesir sangat bagus dan
menakjubkan.
C.        KEMUNDURAN DINASTI FATHIMIYAH
•  11.       Awal Kemunduran
• Kemunduran yang dialami Dinasti Fathimiyah sudah mulai
ada pada masa Abu ‘Ali Manshur al-Hakim. Al-Hakim adalah
pengganti al-Aziz, ia baru berusia 11 tahun ketika naik tahta.
Karena masih terlalu muda ketika diangkat menjadi khalifah,
kekuasaan sesungguhnya berada di tangan para wazir. Para
wazir ini akhirnya sering mendapat julukan kebangsawanan
“al-malik”.
• Masa pemerintahannya, ditandai dengan sifat aneh berupa
tindakan-tindakan kejam yang menakutkan. Ia membunuh
beberapa orang wazir, dan menetapkan aturan-aturan ketat
kepada kalangan nonmuslim. Ia membuat kebijakan
menghancurkan beberapa gereja dan Kuburan Suci umat
Kristen, yang kelak akhirnya menjadi salah satu peristiwa
yang melatarbelakangi pecahnya Perang Salib.
• 12.       Terjadinya Pemberontakan  
• Pengganti al-Zhahir adalah anaknya, Ma’ad al-Muntashir
(1035-1094). Seperti al-Hakim, al-Muntashir naik tahta
saat berusia sebelas tahun. Pada masa awal
kekuasaannya, ibunya, seorang budak dari Sudan,
menikmati kekuasaan anaknya dengan leluasa. Sejak
saat itu, kekuasaan Fathimiyah mulai menyusut sedikit
demi sedikit.
13.       Persaingan Antarwazir
Setelah al-Muntashir meninggal pada tahun 1094,
kekuasaan diteruskan oleh anaknya yaitu al-Malik al-
Afdhal. Pada masa ini muncul perseteruan terus-
menerus di antara para wazir yang didukung oleh
kelompok tentaranya masing-masing. Al-Afdhal lalu
menempatkan anaknya yang paling muda sebagai
khalifah dengan julukan al-Musta’li.
Islam Di Ispanyol
• A.     Sejarah Perkembangan Islam di Spanyol
• Pada periode klasik paruh pertama - masa kemajuan – (650-1000 M), wilayah
kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara (Aljazair dan Maroko) sampai ke
Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru bagi Andalusia zaman dahulu. Nama
Andalusia berasal dari suku yang menaklukkan Eropa Barat di masa lalu, sebelum
bangsa Goth dan Arab (Islam).
• Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah
seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Ada tiga
nama yang sering disebut berjasa dalam penaklukan Spanyol, yaitu Musa bin
Nushair, Tharif ibn Malik dan Thariq ibn Ziyad. Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspek, (Jakarta: UI Press, 1985), Jilid I, h. 12.
• Nama lengkapnya adalah Al-Walid bin Abdul Malik merupakan Khalifah ketiga dari
Dinasti Umayyah. Setelah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680M) dan Khalifah
Abdul Malik bin Marwan (685-705M) selanjutnya setelah Al-Walid diteruskan oleh
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim ibn Abdul Al-Malik (724-
743M). Ekspansinya ke barat dilakukan secara besar-besaran. Di zaman Al-
Walid, masa pemerintahannya adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan
ketertiban umat Islam. Pemerintahannya berjalan kurang lebih 10 tahun.
• Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah
Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di
sana, Islam memainkan peran yang sangat besar.
Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-
1492 M). Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di
Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
• Periode Pertama (711-755 M)
• Pada periode ini, Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada
periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum
terkendali akibat gangguan keamanan di beberapa
wilayah, karena pada masa ini adalah masa
peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol.
Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari
berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam.
Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat
Umayyah di Damaskus.
• Periode Kedua (755-912 M)
• Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang
yang bergelar ‘amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk
kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama  adalah  ‘Abd al-
Rahman  I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi
gelar al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan
Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika
Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di
Spanyol.
* Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman
III, yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif
(raja-raja kelompok). Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh
penguasa dengan gelar “Khalifah”. Pada periode ini juga umat
Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir
mendirikan Universitas Cordova.
• Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara
kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau al-mulūk at-thawāif,
yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya.
Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sivilie.

* Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil


Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). Dinasti
Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika
Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin. Pada tahun 1062 M,
ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-
penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari
serangan raja-raja kristen
• Periode Keenam (1248-1492 M)
• Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di
bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban
kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
an-Nasir. Namun secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari
eksistensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun Nasution,
pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.

– Kemajuan Umat Islam di Spanyol


– Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
• Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban
dan kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan
yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada
abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan
serta filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama
pemerintahan penguasaan Bani Umayyah yang ke-5,
Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M
• Berdasarkan literatur-literatur yang
membahas sejarah pendidikan dan
sejarah peradaban Islam secara garis
besar pendidikan Islam di Spanyol terbagi
pada dua bagian atau tingkatan, yaitu:
• a.  Kuttab
• Pada lembaga pendidikan kuttab ini para
siswa mempelajari beberapa bidang studi
dan pelajaran-pelajaran yang meliputi
fiqih, bahasa dan sastra serta musik dan
kesenian.
• b.    Pendidikan Tinggi
• Masyarakat Arab yang berada di Spanyol merupakan pelopor
peradaban dan kebudayaan juga pendidikan, antara
pertengahan abad kedelapan sampai dengan akhir abad
ketigabelas. Melalui usaha yang mereka lakukan, ilmu
pengetahuan kuno dan ilmu pengetahuan Islam dapat
ditransmisikan ke Eropa. Bani Umayyah yang berada di
bawah kekuasaan al-Hakam menyelenggarakan pengajaran
dan telah memberikan banyak sekali penghargaan kepada
para sarjana. Ia telah membangun Universitas Cardova
berdampingan dengan Mesjid Abdurrahman III yang
selanjutnya tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang
terkenal di antara jajaran lembaga pendidikan tinggi lainnya di
dunia. Universitas ini menandingi dua universitas lainnya,
yaitu Al-Azhar di Cairo dan Nizhamiyah di Baghdad, dan telah
menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari Spanyol,
tetapi juga dari tempat lain seperti dari negara-negara Eropa,
Afrika dan Asia.
• Kemajuan Pendidikan/Peradaban di Spanyol bukanlah suatu
hal yang terjadi secara alami, akan tetapi disebabkan oleh
faktor-faktor pendukung atau penunjang atas keberhasilan
tersebut
• 1.     Adanya dukungan dari para penguasa. Kemajuan
Spanyol Islam sangat ditentukan oleh adanya penguasa-
penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu
pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan
terhadap para ilmuan dan cendekiawan.
• 2.     Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas
di beberapa kota di Spanyol oleh ‘Abd al-Rahman III al-Nasir,
dengan universitasnya yang terkenal di Cardova. Serta
dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang memiliki
koleksi buku-buku yang cukup banyak.
• 3.    Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung Timur
sampai ujung Barat wilayah Islam dengan membawa
berbagai buku dan bermacam gagasan. Ini menunjukkan
bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa
kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya
Islam.
• 4.    Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad
dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu
pengetahuan dengan didirikannya Universitas
Cardova yang menyaingi Universitas Nizhamiyah di
Baghdad yang merupakan persaingan positif tidak
selalu dalam bentuk peperangan.
• 2.   Kemajuan dalam Bidang Kebudayaan
• a.    Kemegahan Pembangunan Fisik
• Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat
perhatian umat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun.
Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru
diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak
mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal,
saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air
didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu,
juga mendapat jatah air.
• 2.   Kemajuan dalam Bidang Kebudayaan
• a.    Kemegahan Pembangunan Fisik
• Aspek-aspek pembangunan fisik yang
mendapat perhatian umat Islam sangat
banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan
pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian
demikian juga. Sistem irigasi baru
diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol
yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam,
kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan
jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-
tempat yang tinggi, dengan begitu, juga
mendapat jatah air.
• Industri, di samping pertanian dan perdagangan, juga
merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam.
Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan
industri barang-barang tembikar.
• Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik
yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-
gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid,
pemukiman, dan taman-taman. Di antara
pembangunan yang megah adalah mesjid Cardova,
kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok
Toledo, Istana al-Makmun, mesjid Seville, dan Istana
al-Hamra di Granada.
• Dari beberapa prestasi yang telah dicapai tersebut,
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
• Adanya pemerintahan kuat dan berwibawa yang
mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan Islam,
seperti ‘Abd al-Rahman al-Dakhil, ‘Abd al-Rahman al-
Wasith, ‘Abd al-Rahman al-Nashir.
• Adanya penguasa pelopor bagi kegiatan-kegiatan ilmiah.
diantaranya adalah penguasa dinasti Umayyah di Spanyol
Muhammad Ibn ‘Abd. al-Rahman dan al-Hakam II al-
Muntashi>r.
• Toleransi beragama ditegakkan oleh penguasa penganut
agama Kristen dan Yahudi. Sehingga dengan penuh rasa
tanggung jawab mereka ikut berpartisipasi dalam
membangun peradaban di Spanyol.
• Adanya hubungan intelektual yang baik antara Spanyol dan
Baghdag dalam membangun peradaban dan kesatuan
budaya dunia Islam. kendatipun keduanya mempunyai
persaingan politik yang sengit. Terbukti, tidak jarang buku-
buku dan gagasan-gagasan dari timur dibawa ke barat,
demikian pula sebaliknya.
• Ibid, h. 105-106. Dikatakan bahwa orang Kristen dan Yahudi
disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai
dengan ajaran agama mereka masing-masing.
C. Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
• a. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
• 1). Konflik Islam dengan Kristen. Para penguasa muslim
sudah merasa puas dengan hasil upeti yang mereka
dapat dari kerajaan-kerajaan Kristen yang telah
ditaklukkan, sehingga upaya Islamisasi terhenti.
Membiarkan Kristen tetap mempertahankan hukum dan
adat mereka. Demikian pula kehadiran orang Arab Islam
di Spanyol secara tidak langsung membangun
kesadaran kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol.
• 2). Keterpurukan ekonomi. Di paruh kedua masa Islam
di Spanyol, para penguasa hanya mengkonsentrasikan
diri pada pembangunan ilmu pengetahuan secara serius.
Sementara sektor ekonomi tidak diperhatikan, akibatnya
timbul krisis ekonomi yang memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
• 6). Keterpencilan Spanyol menyebabkan terisolir dari dunia Islam
yang lain. secara politik selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada
kekuatan alternatif yang dapat membendung kekuatan Kristen di
Spanyol.
• b. Wajah Muram Kehancuran Peradaban Islam di Spanyo1).
• Kondisi Kehidupan Keagamaan
• Setelah kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol mengalami kehancuran,
dalam waktu yang relatif singkat, umat Islam lenyap secara total di
wilayah itu. Pada waktu itu, seluruh umat Islam dihadapkan ke
Mahkamah Taftis (Pengadilan Berdarah). Pengadilan menetapkan
tiga alternatif bagi umat Islam, yaitu: (1) beralih agama ke Kristen,
(2) meninggalkan Spanyol(3). Di bunuh.
• Keadaan Khazanah Ilmu Pengetahuan
• Setelah kerajaan Islam mengalami kehancuran di Andalusia, segala
macam bentuk kegiatan ilmu pengetahuan terhenti dan tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan agama yang semula maju dengan pesat,
akhirnya harus pudar, sejalan dengan hancurnya kekuasaan Islam.
• 3). Keadaan Seni dan Budaya
• Pada masa pemerintahan Islam di
Spanyol, keadaan seni dan budaya Islam
mengalami kemajuan yang sangat pesat,
karena perhatian pemerintah Islam sangat
serius. Di antara kesenian yang sangat
maju adalah seni kaligrafi yang ditulis
pada dinding-dinding dan penyangga-
penyangga mesjid. Demikian pula dengan
kesusastraan dalam bentuk syair-syair
yang dibahasakan secara halus dan indah
1. Pe rke mb ang an Islam p ad a
masa ke rajaan Turki Usmani
Usman I me ng umumkan d ir inya se b ag ai Paaisyah Al
Usman (raja b e sar ke luarg a Usman) tahun 699 H (1300 M),
se tap ak d e mi se tap ak wilayah ke rajaan d ap at d ip e rluasnya.
Pad a masa Orkhan, Bursa, kota d i te p i Laut Marmara, d ap at
d ikuasainya. Pad a tahun 1324 M, p e nd ud uk kota ini
b e rd uyun-d uyun masuk islam.
Pad a masa Murad I, And r ianove l d i d aratan Erop a
d itaklukan d an namanya d ig anti me njad i Ed ir ne tahun
1361 M. Ke mud ian, kota itu d ijad ikan se b ag ai ib u kota
ke rajaan Turki Usmani me ng g antikan Bursa. Ia jug a
b e rhasil me naklukkan Philip p op olis (Filib e ), Mace d onia,
Bulg ar ia Te ng ah, Sofia, Nish, d an Kosovo.

Anda mungkin juga menyukai