Membaca Ulang Wimba Pada Gambar Tradisi
Membaca Ulang Wimba Pada Gambar Tradisi
ESTETIS SIMBOLIS
STORY TELLING
JENIS BAHASA RUPA
NATURALIS PERSPETIF MOMENT
RUANG WAKTU DATAR (RWD)
OPNAME (NPM)
• Sistem Ruang Waktu Datar (RWD) merupakan • Sistem menggambar hanya dari satu
jenis bahasa rupa yang sangat dekat dengan seni tempat/arah/waktu (stile picture) seperti
rupa tradisi nusantara. membuat foto.
• Lebih mencandera dengan stilasi apa yang • Apa yang digambar diabadikan menjadi
digambar sebuah adegan yang berupa gambar mati
• Mampu bercerita tentang isi gambar, seperti • Gambar cenderung ‘dipenjarakan’ dalam
halnya yang dilakukan bahasa kata, tari, drama
sebuah bingkai (frame)
dan semua hal yang bermatra waktu.
• Gambar yang dihasilkan berupa sekuen (tidak
still picture) yang terdiri dari beberapa adegan
• Gambar tidak terpenjara dalam frame, tapi
bergerak dalam ruang dan dan waktu.
Jenis Gambar Yang Menggunakan Jenis Gambar Yang Menggunakan Naturalis
Ruang Waktu Datar Perspective Moment Opname (NPM)
APA ITU WIMBA?
Dalam bahasa rupa dikenal istilah wimba, yaitu objek yang dicandera (Dideskripsikan
atau digambarkan). Di dalam wimba terdapat isi wimba dan cara wimba.
• Isi Wimba:
- Objek yang digambarkan
• Cara Wimba:
- Dengan cara apa objek digambar
- Cara menggambar objek
- Tata ungkapan dalam
- Tata ungkapan luar
ISI WIMBA & CARA WIMBA PADA GAMBAR TRADISI
• Isi wimba adalah objek yang digambar misalnya kerbau, cara wimbanya adalah
menggambar objek kerbau itu. Maka kerbau yang digambar = isi wimba.
• Cara wimba adalah dengan cara apa objek-objek itu digambar.
• Satu gambar tunggal akan terdiri atas susunan berbagai wimba, dimana masing-
masing gambar akan mempunyai cara wimbanya sendiri.
• Cara menyusun berbagai wimba dan juga cara wimbanya digambar agar dapat
bercerita disebut sebagai tata ungkapan dalam.
• Sedangkan cara menyusun atau menggambar sehingga masing-masing
panil/bidang gambar bersambung tersebut bercerita disebut sebagai tata
ungkapan luar (Terbatas pada gambar seri seperti relief cerita atau komik).
• Menggunakan jenis bahasa rupa Ruang Waktu Datar (RWD)
ISI WIMBA
CARA WIMBA BOROBUDUR
TATA UNGKAPAN DALAM TATA UNGKAPAN LUAR
TATA UNGKAPAN RELIEF BOROBUDUR
LALITAVISTARA
TATA UNGKAPAN DALAM TATA UNGKAPAN LUAR
• Selama ini NPM telanjur menjadi pakem (menghegemoni), sehingga dunia pendidikan “memaksakan”
bahasa NPM kepada anak. Ingat gambar dua gunung dengan jalan di tengahnya? Itu manifestasi hegemoni
perspektif. Padahal, secara alamiah anak-anak lebih mengenal RWD. Barulah pada usia tertentu mereka
bisa memahami NPM.
• Bahasa rupa lawas ini tidak lagi dipelajari, sehingga manusia modern kesulitan membacanya. Penelitian ini
mengingatkan bahwa bahasa selalu berkembang, dan membaca relief Borobudur tidak bisa menggunakan
cara-cara yang berbeda pada saat dibuat, begitupun yang terjadi di lukisan Wayang Beber.
• Menurut hemat saya, Prof. Primadi Tabrani terlalu berfokus pada analisis gambar, yang mana ini hanya
dapat dipahami oleh golongan masyarakat yang benar-benar mempelajari gambar. Konteks pagelaran tidak
begitu diperhitungkan dalam penelitian ini, padahal unsur rupa, cerita dan pagelaran merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dalam kesenian nusantara. Karena dapat diyakini bahwa para empu
pembuat relief atau gambar Wayang pastinya memiliki tafsir sendiri terhadap cerita, dan menyesuaikan
koordinator yang menetapkan interpretasi cerita.