Anda di halaman 1dari 24

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA

KASUSTRAAN JAWA:
GEGURITAN, FOLKLORE,
CEKAK, DAN CERBUNG
D i su s u n o le h :
N a ma : Kh a n sa Z a ls a bi la
N I M : 10 12 00 12
P ro di /S e me st e r : PG S D/6
D o se n P e n ga mpu : A mal i a N u ru l A z i za h , M.P d
Poin - Poin Pembahasan

• GEGURITAN
• FOLKLORE
• CEKAK
• CERBUNG

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
GEGURITA
N
Pengertian Geguritan

Mengutip buku berjudul Gaya Bahasa Perulangan dalam Antologi Geguritan ”Garising Pepesthen” yang
ditulis oleh Nofita Handayani (2012), Subalidinata menyatakan bahwa “Geguritan yaiku iketaning basa
kang memper syair, mula ana sing ngarani syair Jawa gagrag anyar”.
Adapun Hadiwijaya menguraikan geguritan, sebagai berikut:“Geguritan yaiku golongane sastra edi
(puisi) cengkok anyar, wedharing rasa edi, kelair basa kang laras runtut karo edining rasa, nanging ora
usah kecancang ing patokan-patokan, wilangan dhong-dhing kang tetep tinamtu, beda banget karo
sipating tembang macapat lan sapanunggalane“.

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
Unsur-unsur Geguritan
• TEMA, Tema disebut juga dengan ide pokok yang diberikan penulis atau pembuat untuk pembacanya.Tema berfungsi
untuk mempengaruhi isi geguritan.
• DIKSI, Diksi atau pilihan kata dalam geguritan harus menggunakan bahasa yang bagus. Diksi digunakan untuk
menyampaikan ide, agar bisa diterima oleh pembacanya. Selain itu, diksi juga menjadi penting karena aturan guru
wilangan, guru lagu, dan guru gatra.
• GAYA BAHASA, Gaya bahasa akan mempengaruhi keindahan geguritan. Agar geguritan lebih mudah dipahami oleh
pembacanya.
• IMAJINASI atau CITRAAN, berfungsi untuk memberikan gambaran yang nantinya dapat diraba oleh indra. Imajinasi
atau citraan ini juga berfungsi membuat ide yang akan disampaikan seolah hadir nyata untuk pembacanya.
• LATAR, Unsur latar dibedakan dalam beberapa jenis seperti menjelaskan lokasi kejadian, waktu kejadian dan menjelaskan
suasana.
• AMANAT, digunakan untuk menyampaikan sebuah amanat atau pesan.
• RIMA, adalah bentuk pengulangan bunyi awal, tengah, dan akhir. Rima berfungsi untuk membantu pembaca menemukan
irama dalam geguritan.
• EJAMBMENT, Enjambment adalah pemotongan kalimat, kata, atau frase yang diakhiri dengan lirik. Enjambment memiliki
tujuan untuk memberikan penekanan di kata tertentu dan menghubungkan ke bagian selanjutnya.
• PERASAAN, merupakan sikap yang dimiliki penulis atau pembuat supaya dapat memberikan penekanan, seperti senang,
konsisten, kecewa, sedih, dan sebagainya

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
Jenis-jenis Geguritan
• Geguritan ada 2 jenis, yaitu :
• Geguritan gagrag lawas masih terikat aturan baku seperti guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa kuno atau basa Kawi. Geguritan gagrag lawas ini
berbentuk kakawin, kidung, atau syair-syair tembang macapat.
• Geguritan gagrag anyar tidak terikat aturan-aturan baku. Geguritan gagrag anyar memiliki struktur
dan penggunaan bahasa yang lebih bebas, bahkan terkadang ditemui bahasa asing seperti bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
Ciri-ciri Geguritan
• Geguritan memiliki ciri-ciri, yaitu:
• Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang indah dan sopan.
• Geguritan atau bahasa Jawa memiliki aturan dasar seperti guru wilangan, guru lagu, dan guru gatra.
• Menggunakan kalimat yang memiliki makna atau arti.
• Biasanya dituliskan nama pengarang dalam geguritan.

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
Contoh Geguritan
• Geguritan Lawas Geguritan Anyar
Tembang gambuh adalah tembang yang mengisahkan Jam
tahap kehidupan manusia ketika sudah bertemu dengan gumingsiré kala
pasangan yang cocok. dhedhongkèl mangsa lumuh cidra
sengkala tidha ngresepi dina
Sekar gambuh ping catur, Jam
panjiret lena
Kang cinatur polah kang kalantur, wanciné lingsir sakèhing langsir
Tanpa tutur katula-tula katali, pasang brahala rakit walat cintraka
gèsèh gesahing lampah Sang Murwakala
Kadalu warsa kapatuh, Ngejaman seksi jaman
Yogya kang gumléwang ngetus ampas
Katutuh pan dadi awon.
panandhang
kangslupan watak sabrang
awak-awak adus tirta sumuk sumeng
angleng rata
nitik laku lampah cidra
(Ngayogyakarta, Februari 2020)

P E N D I D I K A N B A H A S A J A WA
FOLKLORE
Pengertian Folkore
Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari kata Inggris folklore. Folklor terdiri atas dua kata besar, yaitu folk
dan lore. Folk juga bisa diartikan sebagai kolektif masyarakat. Sementara lore memiliki arti tradisi yang dimiliki oleh
folk. Tradisi tersebut diwariskan secara turun menurun, paling tidak dua generasi.
Danandjaya dalam bukunya yang berjudul Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain (2002),
mengartikan folklor sebagai kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun menurun secara
tradisional.

Folklor merupakan sebagian dari kebudayaan yang rata-rata penyebarannya melalui mulut ke mulut masyarakat
setempat.
Menurut Danandjaja (2002: 5) tradisi lisan tersebut hanya mencakup tentang cerita rakyat, nyanyian rakyat, teka-teki,
peribahasa, sedangkan folklor cakupannya lebih luas seperti tarian rakyat dan arsitektur rakyat.
Ciri-ciri Folkore
Adapun ciri-ciri Folklore, yaitu :
• Penyebaran dan pewarisannya cenderung dilakukan secara lisan, yaitu disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke
mulut.
• Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.
• Folklor ada dalam versi-versi yang berbeda. Hal ini terjadi karena penyebarannya dilakukan dari mulut ke mulut
sehingga terjadi proses lupa diri manusia atau proses interpolasi.
• Bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
• Folklor biasanya memiliki bentuk berumus atau berpola.
• Folklor berfungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
• Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri ini berlaku bagi folklor
lisan dan sebagian lisan.
• Folklor menjadi milik bersama dari kolektif tertentu.
• Folklor pada dasarnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat kasar dan terlalu spontan.
Jenis-jenis Folkore
Brunvand (dalam Rafiek, 2012: 52) membagi folklor menjadi tiga bagian yaitu
• folklor lisan (verbal folklor), merupakan folklor yang wujudnya berupa murni lisan dari seseorang yang
mengetahui objeknya. Wujud yang tergolong pada folklor lisan adalah ungkapan tradisional, puisi rakyat, bahasa
rakyat, cerita rakyat, dan nyanyian rakyat.
• folklor sebagian lisan, merupakan folklor yang wujudnya berupa campuran dari aspek lisan dan aspek bukan lisan.
Contoh dari folklor sebagian lisan yaitu golongan masyarakat yang percaya dengan tahayul.
• folklor bukan lisan merupakan folklor yang wujudnya bukan lisan, kendati proses tersebut dilakukan dengan cara
lisan. Bentuk ini tergolong menjadi dua macam yaitu material dan bukan material. Bentuk yang tergolong material
yaitu arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat
dan obat-obatan tradisional. Sedangkan yang bukan material antara lain gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat
(contoh: kentongan), musik rakyat.
CERKAK
Cerkak atau yang lebih dikenal dengan cerpen merupakan suatu

Pengertian karya sastra yang mulai berkembang dalam kesusastraan Jawa.


Mengutip jurnal Karakter dalam Preman, Antologi Cerkak Karya Tiwiek
SA dan Implikasinya Terhadap Bahasa Jawa tulisan Galih Dwi Purbosari
Cerkak dkk (2017), pengertian cerkak adalah suatu bentuk karya sastra fiksi
yang ceritanya lebih pendek daripada novel tetapi lebih panjang
daripada puisi, yang menggunakan bahasa Jawa dalam penulisannya.

Dengan kata lain, cerkak merupakan suatu karya sastra berbentuk


prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh
pertikaian, peristiwa, dan pengalaman(Setyowati & Pamilih, 2019:2).
Adapun ciri-ciri cerkak dalam Buku Kirtya Basa Kelas VIII yang

Ciri-ciri disusun Samsul Hadi dkk (2015: 6) adalah:


• Ukarane ringkes lan nganggo basa gancaran (kalimatnya ringkas
dan merupakan karangan bebas tanpa aturan tertentu)

Cerkak • Tembung-tembunge gampang dimangerten (kata-katanya


mudah dimengerti)
• Isine nyengsemake utawa nrenyuhake, nyritakake sacuwil
prastawa ing panguripane paraga utama (Berisi cerita
menyenangkan atau menyentuh, menceritakan secuil peristiwa
dalam kehidupan karakter utama)
• Critane ringkes bae, ora dawa-dawa (cerita ringkas, tidak terlalu
panjang)
• Anggone maca mung mbutuhake wektu sedhela (membacanya
membutuhkan waktu yang singkat)
• Tema, Gagasan utawa idhe sing dadi underane crita, bisa dititik

Unsur-unsur langsung saka ukara-ukara ing teks, utawa dijupuk saka inti critane. c
• Alur/plot, Rerangkene kedadean ing sawijining cerkak. Alur lumrahe
dumadi kanthi tahapan: (1) pangenalan/eksposisi, (2)
panantangan/konflik, (3) klimaks, lan (4) pamungkasan konflik

Cerkak (peleraian). Secara sederhana, alur merupakan rangkaian peristiwa


yang diciptakan guna mendukung jalannya cerita. Dalam cerkak
terdapat alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
• Latar/Setting, Kabeh katrangan sing bisa dijupuk saka teks cerkak

(intrinsik) ngenani papan panggonan, waktu/wayah, lan swasana.


• Paraga/Pamaragan (penokohan), Paraga ciptaan sing ana ing teks
cerkak. Pamaragan (penokohan) yaiku kepriye anggone nemtokake
wujud lan watake paraga salaras karo critane.
• Sudut pandang, Empan-papane sing nyritakake ana ing sajroning
crita, bisa dititik tembung sesulih kanggo paraga utama ing cerkak.
• Amanat/pesen, Piweling/pesen sing kaandharake pangripta/penulis
katujokake marang sing maca. Saka amanat utawa pesen bisa
dijupuk hikmahe lan bisa dicocokake sambung rapete karo
panguripan ing saben dinane.
Unsur-unsur
• Unsur ekstrinsik berada di luar karya sastra, tetapi
secara tidak langsung turut mempengaruhi bangunan
karya sastra. Unsur ekstrinsik cerkak contohnya
Cerkak adalah adat istiadat, budaya, dan kondisi sosial
masyarakat dalam cerita.

(ekstrinsik)
Stuktur Cerkak
Struktur Cerita Pendek Bahasa Jawa dalam cerita cekak atau
cerkak, terdapat 5 struktur cerita yaitu:
• Eksposisi, Eksposisi biasanya berisikan pengenalan tempat,
situasi, dan tokoh-tokoh utama dalam cerita.
• Komplikasi, Komplikasi adalah awal atau permulaan terjadinya
suatu masalah, atau bagaimana masalah bisa terjadi.
• Krisis, Pada bagian ini biasanya dijelaskan bagaimana rencana
seorang tokoh akan menyelesaikan suatu permasalahan yang
ada.
• Klimaks, Pada bagian klimaks, dijelaskan bagaimana seorang
tokoh utama melakukan suatu aksi untuk tujuan menyelesaikan
masalah yang terjadi.
• Penyelesaian, Penyelesaian adalah bagian dimana suatu konflik
dapat terselesaikan
Contoh Cerkak
• contoh cerita pendek bahasa Jawa atau cerkak,
dikutip dari buku yang berjudul Baboning Pepak Basa
Jawa (2020) oleh Budi Anwari yaitu berjudul Roro
Jonggrang.
CERBUNG
Pengertian
• Cerbung adalah kumpulan beberapa cerita pendek yang
merupakan singkatan dari cerita bersambung. Menurut
Sudjiman (1986: 53), cerbung adalah kisahan prosa rekaan

Cerbung yang lebih panjang dan lebih kompleks daripada cerpen, tetapi
tidak sepanjang novel. Cerbung sangat digemari masyarakat
karena isinya memiliki gambaran kehidupan masyarakat,
psikologinya sederhana, gayanya ringan, serta banyak visi dan
ketegangan (Hartoko dan Rahmanto, 1986: 47). Jangkauan
ceritanya biasa terbatas pada suatu peristiwa, suatu keadaan,
dan suatu titik tikaian.
• Cerita bersambung adalah suatu karangan yang dimuat tidak
hanya sekali saja pada suatu majalah ataupun media lainnya,
melainkan dimuat beberapa kali
Ciri-ciri
• Cerbung biasanya disebut cerita serial atau cerpen serial.
• Panjang cerbung berkisar antara 15.000-25.000 kata,
dengan panjang cerita per seri sekitar 3000-5000 kata.

Cerbung • Jumlah halaman rata-rata adalah 30-50 halaman.


• Waktu baca cerbung kurang lebih 1-1,5 jam.
• Adegan-adegan yang ditampilkan lebih luas dari cerpen,
namun secara garis besar hampir sama dengan cerpen.
Unsur-unsur
Cerbung memiliki unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur
pembangun tersebut, menurut Stanton dalam Nurgiyantoro
(2007: 25) dibedakan menjadi tiga bagian:

Cerbung • Fakta cerita (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter


tokoh (tokoh cerita), alur (plot), dan latar (setting).
• Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita atau
gagasan dasar dalam sebuah karya sastra, sedangkan
• Sarana pengucapan sastra merupakan teknik yang
digunakan oleh pengarang dalam memilih dan menyusun
detil-detil peristiwa dan kejadian menjadi pola yang
memiliki makna.
KESIMPULAN
Geguritan :“Geguritan yaiku golongane sastra edi (puisi) cengkok anyar, wedharing rasa edi, kelair basa kang laras
runtut karo edining rasa, nanging ora usah kecancang ing patokan-patokan, wilangan dhong-dhing kang tetep tinamtu,
beda banget karo sipating tembang macapat lan sapanunggalane“. Unsur-unsur geguritan sendiri terdiri dari tema,
diksi, gaya bahasa, imajinasi atau citraan, latar, amanat, rima, enjambment, dan perasaan. Sedangkan untuk ciri-ciri
yaitu bahasa dipakai indah, memiliki aturan guru wilangan, guru lagu, guru gatra, kalimat yang memiliki makna,
dituliskan nama pengarang. Jenis-jenis geguritan sendiri ada 2 yaitu geguritan gagrag anyar dan geguritan gagrag lawas.
Folklor merupakan sebagian dari kebudayaan yang rata-rata penyebarannya melalui mulut ke mulut masyarakat
setempat. Ciri-ciri dari folklore adalah penyabaran dilakukan secara lisan, bersifat tradisional, folklore ada versi
berbeda-beda, bersifat anonym, memiliki bentuk rumus atau pola, berfungsi sebagai alat pendidik, bersifat pralogis,
menjadi milik bersama, bersifat polos dan lugu. Sedangkan untuk jenisnya yaitu ada 3, folklore lisan, folklore sebagian
lisan, folklore bukan lisan.
Cerkak merupakan suatu karya sastra berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh
pertikaian, peristiwa, dan pengalaman.ciri-ciri cerkak yaitu ukurane ringkes lan nganggo basa gancaran, tembunge
gamapng dimengerten, isine nyengsemake, critane ringkes, anggone maca wektune sedhela. Unsur cerkak ada 2 yatu
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Struktur cerkak sendiri yautu ada eksposisi, komplikasi, krisis, klimaks, penyelesaian.
Cerbung adalah kumpulan beberapa cerita pendek yang merupakan singkatan dari cerita bersambung. Ciri-ciri
cerbung adalah biasa disebut cerita serial, panjang sekitar 15.000-25.000 kata dengan perseri 3.000-5000 kata, jumlah
halaman 30-50, waktu baca kurang lebih 1-1,5 jam, adegan yang ditampilkan lebih luas. Sedangkan untuk unsur
cerbung sendiri ada fakta cerita, tema, sarana pengucapan sastra.

Anda mungkin juga menyukai