Anda di halaman 1dari 13

Hukum Perjanjian dan

Perbuatan Wanprestasi
dalam Perjanjian

Disusun Oleh Kelompok 1:

Ali Mudin Rangkuti / 211010250172

Imas Lestari / 211010250068

Fatma / 211010250120

Indah Desyanti / 211010250167

Agung Hidayat / 211010250102


Pengertian Perjanjian

 Pasal 1313 KuhPerdata: “Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
 Menurut Subekti: “Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana seseorang
berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal.”
 R. Setiawam berpendapat: “Perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih.”
Syarat Sah Perjanjian

Sahnya suatu perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

 1. Kesepakatan merek yang mengikatkan diri (Subjektif)


 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan (Subjektif)
 3. Suatu hal tertentu (Objektif)
 4. Kausa (suatu sebab) yang halal (Objektif)
Syarat Subjektif dan Objektif

 Apabila syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan melalui
mekanisme pengadilan.
 Apabila syarat objektif tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi hukum.
Asas-Asas dalam Hukum Perjanjian

Ada 5 asas utama dalam perjanjian, yaitu:


 Asas kebebasan berkontrak
 Asas konsensualisme
 Asas kepastian hukum (Pacta Sunt Servanda)
 Asas itikad baik (Geode trouw)
 Asas Kepribadian
Asas Lain Menurut Ahli

 Munir Fuady: 1) Kontrak mengikat dengan hal-hal kebiasaan. 2) Suatu kontrak tidak
boleh melanggar prinsip kepentingan umum.

 Mariam Daruz Babrulzaman: 1) Asas kepercayaan. 2) Asas persamaan hukum. 3) Asas


keseimbangan. 4) Asas kepastian hukum. 5) Asas moral. 6) Asas kepatutan.
Jenis-jenis Perjanjian

 Perjanjian Bersyarat (Pasal 1265 KUHPerdata)


 Perjanjian dengan ketepatan waktu (Pasal 1268-1271 KUHPerdata)
 Perjanjian mana suka atau alternatif (Pasal 1272-1277 KUHPerdata)
 Perjanjian tanggung renteng atau tanggung menanggung (Pasal 1278 dan 1280
KUHPerdata)
 Perjanjian yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi (Subekti dan Tjiptrosudibio,
2006: 299)
 Perjanjian dengan ancaman hukuman (Subekti, Op. cit.: 2).
Jenis Perjanjian Menurut Sutarno

 Perjanjian timbal balik


 Perjanjian sepihak
 Perjanjian dengan percuma
 Perjanjian konsensuil
 Perjanjian bernama atau khusus
Berakhirnya Perjanjian

Dalam BW tidak diatur secara khusus tentang berakhirnya perjanjian. Dan, dalam Buku III
dan IV BW hanya mengatur hapusnya suatu perikatan.
 Hapusnya perikatan menurut Pasal 1381 KUHPerdata: 1) Karena pembayaran; 2) karena
penawaran dan pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3) karena
pembaruan utang; 4) karena perjumpaan utang atau kompensasi. 5) karena percampuran
utang; 6) karena pembebasan utang; 7) karena musnahnya barang yang terutang; 8)
karena kebatalan atau pembatalan; 9) karena berlakunya suatu syarat pembatalan; 10)
karena lewat waktu.
Cara Hapusnya Perjanjian

 Karena tujuan perjanjian sudah tercapai.


 Selesai dengan persetujuan kedua belah pihak sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata.
 Karena ketentuan Undang-Undang, misalnya Pasal 1601 KUHPerdata tentang
Perburuhan; jika si buruh meninggal, maka perjanjian perburuhan menjadi hapus.
 Karena ditentukan oleh para pihak mengenai perjanjian dengan jangka waktu tertentu.
 Karena keputusan pengadilan.
 Karena diputuskan oleh salah satu pihak, yaitu karena salah satu pihak tidak melakukan
prestasi, maka para pihak lainnya tidak wajib melakukan kontra prestasi.
(Ahmadi Miru, 2007: 87)
Pengertian Wanpretasi

 Menurut Harahap (1986): Wanprestasi adalah seabagai pelaksanaan kewajiban yang tidak
tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Sehingga menimbulkan
keharusan bagi pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi
(schadevergoerding).
 sedangkan Prodjodikoro (2000): Wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi di dalam
hukum perjanjian. berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari surat
perjanjian.
 Sementara itu menurut Erawati dan Badudu (1996): Wanprestasi adalah pengingkaran
terhadap suatu kewajiban yang timbul dari suatu perjanjian yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam perjanjian tersebut.
Wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian

Pihak yang melakukan wanprestasi menanggung akibat yang ditimbulkan, dapat berupa:

 Pembatalan perjanjian saja.


 Pembatalan perjanjian disertai tuntutan ganti rugi.
 Hanya pemenuhan poin-poin perjanjian. Di mana debitur hanya meminta pemenuhan prestasi saja.
 Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi (Pasal 1267 KUHPerdata).
 Menuntut ganti rugi saja.

(Dini Anita, Nurlely, Tanpa Tahun, 52)


Daftar Pustaka

Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jkarta: PT Raja Grafindo Internet
Persada, Edisi Revisi, 2007.
Kompas.com
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung, Citra Aditya
Gramedia.com
Bakti, 1999.
Ocbcnisp.com
Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Bandung: Alumni, 1986.
Detik.com
Wirjono, Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, Cetakan VII, Bandung: Sumur
Bandung,1979.

Jurnal

Niru Anita, Nurlely Darwis, Wanprestasi dan Akibatnya dalam Pelaksanaan Perjanjian,
tanpa tahun, tanpa penerbit.

Anda mungkin juga menyukai