Anda di halaman 1dari 8

MASA MUDA

RASULLULAH SAW
4 INSPIRASI MASA MUDA ALA
RASULLULAH
MASA MUDA RASULLULAH SAW
Pada saat pemuda Mekah pada umumnya tenggelam dalam gaya hidup
foya-foya, bersenda gurau, bermalas-malasan, menghabiskan waktu
mudanya dengan sia-sia, taklid buta kepada nenek moyang menyembah
berhala, lantas apa yang dilakukan oleh Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wassallam di usia yang sangat potensial tersebut?
Pertama, etos kerja yang tinggi. Berbeda dengan pemuda pada umumnya yang
kebanyakan bergantung dengan kemapanan orangtuanya, Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wassallam memilih untuk memanfaatkan masa mudanya untuk bekerja.
Setidaknya, ada dua pekerjaan yang dijalaninya sampai beliau menikah dengan
Khadijah, yaitu: menggembala kambing dan berniaga. Mengenai penggembalaan
kambing ini, Abu Hurairah RA meriwayatkan sabda nabi:
َ‫ط َأِل ْه ِل َم َّكة‬ ِ ‫ت َأرْ َعاهَا َعلَى قَ َر‬
َ ‫اري‬ َ ‫ َوَأ ْن‬:ُ‫ فَقَا َل َأصْ َحابُه‬، »‫ث هَّللا ُ نَ ِبيًّا ِإاَّل َر َعى ال َغنَ َم‬
ُ ‫ ُك ْن‬،‫ «نَ َع ْم‬:‫ت؟ فَقَا َل‬ َ ‫»ا بَ َع‬
“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi, melainkan (sebelumnya berprofesi)
sebagai penggembala kambing.” Mendengar jawaban nabi, sahabat merespon,
“Apa Anda juga?” “Ya. Dulu aku menggembala kambing penduduk mekah dengan
upah sejumlah uang.” (HR. Bukhari)
Adapun profesi bisnis (berniaga), sudah dijalani beliau sejak usia 12
tahun. Dalam catatan sejarah, beliau pernah diajak pamannya safari
dagang internasional ke Negeri Syam (Khudhari, Ain al-Yaqîn, 12). Di
samping itu, pada usia 25 tahun, beliau menjalankan bisnis internasional
milik Khadijah ke Negeri Syam yang kemudian membuat majikannya
ini jatuh hati kepada beliau.
Kedua, tidak terbawa arus tren negatif pemuda. Sebagai pemuda,
sebenarnya Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pun juga
menginginkan seperti pemuda-pemuda pada umumnya. Hanya saja,
setiap kali ingin mengikuti tren, oleh Allah Subhanahu Wata’ala dijaga
sehingga urung melakukannya.
Suatu hari, pasca menggembala kambing, beliau sudah berjanji dengan
teman sesama penggembala untuk menyaksikan hiburan. Namun,
rupanya Allah Subhanahu Wata’ala menidurkannya sehingga baru
bangun pada keesokan hari. Setiap kali hendak melakukannya, kejadian
itu terulang, sehingga beliau tidak mengulanginya lagi.
Ketiga, pengalaman militer dan diplomatik. Pada usia dua puluh tahun,
kalau sekarang masa-masa anak kuliahan, beliau sudah mendapatkan
pengalaman militer dan diplomatik.
Ahmad As-Suhaili dalam Raudhah al-Anfi (1421: II/149) menyebutkan
bahwa ketika meletus Perang Fijar antara Suku Kinanah bersama
Qurays melawan Qais, beliau membantu paman-pamannya menyiapkan
anak panah untuk melawan Suku Qais.
Perang ini kemudian berakhir dengan kesepakatan damai yang
kemudian dalam sejarah diabadikan dengan istilah Hilf al-
Fudhul (Perjanjian Fudhul). Rumah Abdullah bin Jadan menjadi saksi
bisu perdamaian luhur ini.
Keempat, memiliki kepedulian sosial yang tinggi sekaligus rajin
bertafakkur instospeksi diri. Beliau yang terlahir sebagai anak yatim,
dan terbiasa hidup mandiri sejak mudanya, membuat kepekaan
sosialnya tertanam dengan baik. Sebagai bukti riil, saat terjadi polemik
mengenai peletakan Hajar Aswad pasca renovasi Ka’bah, diusianya
yang baru 35 tahun, beliau mampu menjadi problem solver (pemecah
solusi) bagi permasalahan yang hampir menimbulkan konflik berdarah
ini. Tak mengherankan jika kesuksesannya ini membuat beliau
dijuluki al-amin (yang tepercaya).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai