MEMINIMALISIR RISIKO
03 HUKUM;
3
HUKUM
4
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
TAP MPR
Hierarki Undang-Undang/Perpu
5
JENIS PERATURAN LAIN?
(BI,MENTERI,BADAN,LEMBAGA)
6
ASAS UMUM
• tinggimengesampingkanrendah
• terbarumengesampingkanlama
• khususmengesampingkanumum
7
ASAS LEGALITAS HUKUM PIDANA
Pasal 1 KUHP
(1) Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali
berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-
undangan pidana yang telah ada sebelumnya.
(2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan
sesudah perbuatan dilakukan, maka terhadap
terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkan baginya.
9
Keabsahan Sebuah Perjanjian
Subyektif Dapat dibatalkan
1320 KUHPer
Kesepakatan(consensus)
Kecakapan(capacity)
1320
BW
Haltertentu(certainty of Terms)
10
PA S A L 1 3 3 8 B W
11
Sebab yang Halal (Legality)
Isi dari Perjanjian itu harus memuat suatu causa yang diperbolehkan atau legal (geoorloofde
oorzak) tidak bertentangan dengan:
Kepatutan
Ketertiban Ketelitian,
UU Umum Kesusilaan Kehati-hatian
1337 BW
1339 BW
12
APIP dan HUKUM ADMINISTRASI
Peraturan perundang-undangan di
bidang administrasi bukan saja sebagai
kriteria namun juga sebagai ‘panduan’
dalam pengkategorian, pengungkapan
dan penyelesaian fraud sampai batas
kompetensi dan kewenangan APIP. 13
PENGATURAN APIP
DALAM HUKUM ADMINISTRASI
• Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
dilarang menyalahgunakan Wewenang;
• Pengawasan terhadap larangan
penyalahgunaanwewenangdilakukan
UU 30/2014
olehAparatPengawasanInternPemerintah;
ADMINISTRASI
• Hasil pengawasan :
PEMERINTAHAN
(Psl 17-20)
• tidak terdapat kesalahan;
• terdapat kesalahan administratif; atau
• terdapat kesalahan administratif
yangmenimbulkan kerugian keuangan
negara.
UU Peratun
PP 48 th 2016 dan PP yg
msh dlm proses
16
KOORDINASI APH - APIP
19
DIPROSES PIDANA
• terjadi kerugian keuangan negara bukan
untuk melindungi kepentingan umum,
• iktikad tidak baik;
• memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau badan;
• serta ditemukan bukti adanya
penyimpangan yang bersifat pidana
ditemukan unsur pidana, Atasan Pejabat dan APIP dalam 5 hari wajib
menyerahkan pengaduan masyarakat tersebut kepada APH (pasal
19);
21
KEUANGAN NEGARA
23
KEUANGAN NEGARA
MENURUT UU PTPK
27
JUDICIAL REVIEW
UU KEUANGAN NEGARA
(putusan MK 48/PUU-XI/2013)
• BHMNPT/BUMN/BUMD
menyelenggarakan fungsi Pemerintahan
dalam arti luas, posisinya melakukan
pengelolaan keuangan negara.
28
29
JENIS KORUPSI 2004 S.D. 2018
BERDASARKAN DATA KPK
• PENYUAPAN; (tertinggi pertama)
• PENGADAAN BARANG/JASA; (tertinggi kedua)
• PENYALAHGUNAAN ANGGARAN;
• PERIJINAN;
• PUNGUTAN;
• TPPU;
• MERINTANGI PROSES KPK.
31
30 Bentuk/Jenis Perbuatan yang dikategorikan sebagai TPK, yang dapat dikelompokan
dalam 7 Kelompok (1)
Kerugian
Keuangan • Pasal 2, Pasal 3
Negara
menyuap
12 huruf b, Pasal 11, Pasal 6 ayat (1) huruf a, Pasal
6 ayat 2, Pasal 12 huruf c, Pasal 12 huruf d
32
(UU PTPK: No.31/1999 jo UU 20/2001)
30 Bentuk/Jenis Perbuatan yang dikategorikan sebagai TPK, yang dapat dikelompokan
dalam 7 Kelompok (2)
Benturan kepentingan
• Pasal 12 huruf i
dalam pengadaan
33
(UU No.31/1999 jo UU 20/2001 Ttg Tastipikor )
Putusan MK Nomor 25 Tahun 2016
Sebelum Sesudah
Putusan Putusan
Butuh Pembuktian
Kerugian keuangan
Negara secara Riil
oleh Auditor
34
P E R M A N O M O R 1 3 TA H U N 2 0 1 6
36
UU ITE
( UU NOMOR 11 TAHUN 2008)
Antara lain dilarang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum :
• mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik
milik pihak lain;
• mengubah, menambah, mengurangi, melakukan
transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik;
• memindahkan atau mentransfer Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik kepada Sistem
Elektronik Orang lain yang tidak berhak
37
Tindak Pidana Perbankan
TindakPidanaPerbankan
berkaitandenganPerijinan
Suap menyuap
38
Tahap Penanganan Perkara Pidana
Tahap
Pelaksanaan
Tahap Tahap Eksekusi
Penyelidikan Penuntutan Putusan
LHAI & BAP Ahli
sbg Bahan
Pelaks Dakwaan &
PKKN Tuntutan
1 2 3 4 5
Pemberian
Ket Ahli &
Pelaks AI Bukti Surat
39
Serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan
40
Tahap
Penyidikan Serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini
2 untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
41
Tahap
Penyidikan
Tata cara pemeriksaan
penyidikan
2 Pemeriksaan saksi
Pemeriksaan Ahli
Pemeriksaan Tersangka
42
Tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke
pengadilan negeri yang berwenang,
43
Alat Bukti Kasus
Pidana
•Keterangan Saksi
•Keterangan Ahli
•Surat
•Petunjuk
•Keterangan Terdakwa
AlatBuktiSurat
KeteranganAhli
KeteranganSaksi
PengakuanPihak
PengetahuanHakim
45
ALAT BUKTIPERKARA PERDATA
Pasal 164 HIR/284 RBg/1866 BW
AlatBuktiTertulis
KeteranganSaksi
Persangkaan
Pengakuan
Sumpah
46
Keterangan Saksi :
47
Keterangan Ahli :
48
Fungsi Ahli
49
Kekuatan Pembuktian
Keterangan Ahli
50
Hak Ahli
51
Kewajiban Ahli
• Ahli wajib memenuhi panggilan untuk memberikan
keterangan Ahli di persidangan (penjelasan Pasal 159
ayat (2) jo Pasal 179 ayat (1) KUHAP)
• Saksi wajib bersumpah atau berjanji di depan sidang
sebelum memberikan kesaksian atau keterangan, dan
jika pengadilan menganggap perlu sesudah ahli
memberikan keterangan (Pasal 160 ayat (3) dan ayat
(4) KUHAP
• Ahli wajib memberikan keterangan yang benar
• Ahli wajib menyimpan rahasia.
52
Surat (Pasal 187 KUHAP):
53
Surat :
54
Surat :
55
Alat Bukti Surat
LHAI/LHKPPN
• Pasal 187 huruf c KUHAP
Surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, diantaranya
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya
56
Surat :
57
Petunjuk (Pasal 188 KUHAP)
58
Keterangan Terdakwa
(1)Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa
nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri.
(2)Keterangan terdakwa yang diberikan di luar
sidang dapat digunakan untuk membantu
menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan
itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan
kepadanya.
(3)Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
terhadap dirinya sendiri.
(4)Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang
lain. 59
(Pasal 189 KUHAP)
BUKTI AUDIT BUKTI HUKUM
• Bukti audit tidak secara langsung bisa menjadi alat bukti
menurut hukum;
• Penyidik dapat mengembangkan bukti audit menjadi alat
bukti menurut hukum;
• Bukti audit berupa dokumen, pengujian fisik,
wawancara, konfirmasi, observasi, dan analisis dapat
menuntun penyidik guna menemukan dan
mengumpulkan alat bukti hukum dan memecahkan
perkara;
• Sebaliknya, dalam kondisi tertentu auditor juga bisa
mengembangkan audit berdasarkan informasi aparat
penegak hukum.
60
ProsedurAudit
Bukti
Audit
Relevan, Kompeten, Cukup
61
Pembuktian Kasus Tindak Pidana di
sidang Pengadilan
62
Auditor adalah Ahli Auditing
dan Akunting
64
Pembuktian Unsur Tindak Pidana
(menghitung jumlah kerugian)
PendapatAhli
(LaporanAudit)
Dasarhukum:
KUHP-KUHAP
65
PERSIAPAN MENJADI SAKSI ATAU AHLI
Dalam kondisi sehat dan rileks, percaya diri;
Sebaiknya didampingi pihak yang kompeten untuk diskusi dan
menambah ketenangan;
Menyiapkan surat tugas dan perlengkapannya;
Memastikan bahwa semua dokumen yang diperlukan untuk
memberikan keterangan telah disiapkan;
Untuk memberikan keterangan ahli, perlu melihat kembali hasil
analisis yang pernah dilakukan, selain Laporan Hasil Audit bawa
KKA yang penting;
Pada dasarnya keterangan ahli adalah profesional independen apa
yang dinyatakan ybs di depan pengadilan, namun tidak ada
salahnya sebelum persidangan ‘berkoordinasi dan berdiskusi’
dengan pihak-pihak terkait;
Apabila diperlukan dapat melakukan latihan atau mengunjungi
melihat-lihat situasi persidangan kasus lain.
66
MENJADI SAKSI YANG BAIK
– Berusaha tenang dan berkomunikasi dengan baik,
menyesuaikan diri dengan situasi pemeriksaan
atau persidangan;
– Berkata jujur sesuai yang dilihat, didengar atau
dialami;
– Berusaha mengingat, tidak mudah berkata ‘lupa’;
– Katakan lupa atau tidak tahu jika memang
demikian, jangan mengarang;
– Tidak menganalisa atau menyimpulkan suatu fakta;
– Tidak mendasarkan pada keterangan pihak lain.
67
MENJADI AHLI YANG BAIK
• KOMPETEN DI BIDANGNYA DAN MEMPUNYAI PENGALAMAN YANG
MEMADAI;
• MENGUASAI PERMASALAHAN YANG AKAN DISIDANGKAN/DITANYAKAN;
• INDEPENDEN, BERPENDAPAT SESUAI BIDANG DAN KEAHLIANNYA;
• BERKOMUNIKASI DENGAN BAIK (PENGUASAAN MATERI, DIKSI, GAYA
BAHASA TUBUH YANG MEYAKINKAN);
• TENANG, TIDAK MUDAH TERPANCING ‘SERANGAN’ PERSIDANGAN;
• TIDAK BERBICARA YANG BUKAN KOMPETENSINYA;
• TANGGAP DAN CEPAT BERADAPTASI DENGAN SITUASI PERSIDANGAN
YANG TIDAK TERDUGA;
• SEORANG AHLI BUKANLAH PENGHAFAL, DEMI AKURASI BISA MINTA IJIN
MEMBUKA DATA/DOKUMEN.
68
PELEMAHAN AHLI
1. Mempertanyakan kelengkapan administrasi penugasan;
2. Mempertanyakan kompetensi/keahlian;
3. Menguji atau mempertanyakan kewenangan;
4. kewenanganMenggiring ahli pada hal yang tidak dikuasai;
5. Memojokkan ahli pada hal yang kontradiktif;
6. Membingungkan ahli dengan informasi baru;
7. Mendorong ahli mendukung teori yang berseberangan;
8. Mengungkap seakan ahli dan pihak yang meminta;
bersekongkol;
9. Menggunakan kata-kata konfrontatif untuk memancing
emosi;
10.Mendiskreditkan Ahli.
69
Proses Persidangan Perkara Pidana
Keberatan
Dakwaan
(Eksepsi)
Pemeriksaan
Putusan Sela
Alat Bukti
Tuntutan Pembelaan
(Requisitor) (Pledoi)
Duplik Replik
70
Putusan
DENAH SIDANG
PINTU
1 2
Panitera 3 Rohaniwan
Majelis Hakim
7
4 5 5 Terdakwa
Kursi Pemeriksaan
JPU PH
8
Tempat penyumpahan
9
Agama Budha/Kong Fu Tse
PINTU Kursi Saksi/Ahli PINTU
10 10
10 10
10 10
Bangku utk publik & pers 71
PINTU
RISIKO HUKUM
LHA
Perlu
diwaspadai
72
Perbuatan Melawan Hukum
dalam Hukum Perdata
73
PENGADILAN
NEGERI
74
LHA APIP SEBAGAI KEPUTUSAN TUN
• Instansi yang berwenang menyatakan ada tidaknya kerugian keuangan Negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan instansi lainnya seperti
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan/Inspektorat/Satuan Kerja Perangkat Daerah tetap berwenang melakukan pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan Negara namun tidak
berwenang menyatakan atau men-declare adanya kerugian keuangan Negara. Dalam hal tertentu Hakim berdasarkan fakta persidangan dapat menilai adanya kerugian Negara dan besarnya
kerugian Negara
• Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum
(contoh: LHP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dsb)
• Contoh kasus:
sampai saat ini banyak putusan Pengadilan
Tipikor yang ahlinya berasal dari APIP, salah
satunya Putusan kasus e-KTP Nomor
40/G.PIDSUS/2017/ PN.JAKPUS tanggal 20 Juli
2017 (kasus ini sudah diputus sampai MA)
77
Kewenangan APIP
• Berbagai Peraturan Perundang-undangan;
• Putusan MK No: 3/PUU-VI/2008 Tgl 15 Mei
208:
BPK bukan “satu-satunya”, Pemerintah bisa
membentuk APIP;
• Putusan MK No: 31/PUU-X/2012 Tgl 23
Oktober 2012:
yang bisa menghitung kerugian keuangan
negara: BPK, BPKP dan APIP atau ahli lain;
• Berbagai putusan Pengadilan.
78
PENGATURAN
Lembaga/Instansi Audit
• BPK, diatur dalam UUD 1945 dan UU Nomor 15 Tahun
2006;
• BPKP, diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 dan
Perpres Nomor 192 Tahun 2014;
• Inspektorat Jenderal, diatur dalam PP Nomor 60 Tahun
2008, Perpres Nomor 47 Tahun 2009, Perpres 24 Tahun
2010 dan perubahannya;
• Unit Pengawasan LPNK, diatur dalam PP Nomor 60 Tahun
2008 dan Perundang-undangan masing-masing LPNK;
• Inspektorat Daerah (Itwilprop/kab/kota), diatur dalam UU
Nomor 23 Tahun 2014 berserta perubahannya, PP Nomor
12 Tahun 2017 dan PP Nomor 60 Tahun 2008;
13
PANDANGAN BEBERAPA HAKIM PTUN
TERHADAP LHAI DAN LHPKKN
LHAI dan LHPKKN termasuk dalam ketentuan Pasal 2 huruf d (paling umum) dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum
pidana
• Tidak bersifat Individual karena substansinya adalah kasus dan tidak tujukan untuk orang perorangan tertentu
• Belum bersifat final dan tidak menimbulkan akibat hukum karena LHAI dan LHPKKN bukan satu-satunya dasar penetapan
tersangka dan masih diuji lagi di Pengadilan Tipikor
• Tidak memenuhi unsurbesslissingkarena tidak dapat dianggap sebagai Tindakan Hukum TUN sebab LHAI dan LHPKKN
diterbitkan atas dasar permintaan Penyidik
LHAI dan LHPKKN tidak memenuhi kriteria KTUN sesuai Pasal 1 angka 9 UU PERATUN (saat ini mulai sedikit)
• Memenuhi unsurbesslissingdan tindakan hukum TUN karena dibuat oleh Pejabat TUN dan berdasarkan hukum administrasi
• Bersifat individual karena memuat nama Penggugat didalamnya
• Bersifat final dan menimbulkan akibat hukum meskipun sebagai potensi didasarkan Pasal 87 UU 30/2014
• Tidak memenuhi syarat ketentuan Pasal 2 huruf d UU PERATUN
LHAI dan LHPKKN termasuk KTUN dan diterbitkan berdasarkan ketentuan hukum Administrasi dan bukan hukum pidana
LHAI dan LHPKKN tidak terdapat unsurbesslissing,tidak bersifat individual, belum final dan tidak menimbulkan akibat hukum serta
termasuk kriteria Pasal 2 huruf d UU PERATUN
Ahli Memberikan keterangan
tidak benar
• Pasal 35 (1):
“Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi
atau ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara
kandung, istri atau suami, anak, dan cucu dari
terdakwa”.
81
Pencemaran/Penghinaan (Pidana)
Pasal 310 •
pencemaran nama baik
(1) KUHP
82
SUMPAH PALSU
83
Pencemaran nama baik
dalam UU ITE
84
Aduan Pidana
terkait Laporan Hasil Audit
dugaan membuat keterangan palsu atau
menempatkan keterangan palsu dalam akta
otentik.
85
SENGKETA INFORMASI PUBLIK
terkait Laporan Hasil audit
LaporanHasilAuditseringkalimenjadiobjekseng
ketapermohonanInformasiPubliksesuaiUUNo
mor14Tahun2008
Pembelaan:
(1) Apabila LHA diberikan
dapatmenghambatprosespenegakanhukum(menghambatpros
espenyelidikandanpenyidikansuatutindakpidana);
(2) sesuai kode etik dan standar, auditor diharuskan
menghargai nilai dan kepemilikan informasi dan distribusi
laporan yang terbatas, tertentu sesuai kepentingan. 86
Contoh Kasus
LHA sebagai objek sengketa di KIP
87
PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI AUDITOR
89
Perlu diwaspadai
• Hati-hati menjadi ‘pendamping’ atau ‘penengah’,
jangan seolah-olah mengambil alih tanggung jawab;
• Teliti apakah ada penugasan serupa atau sudah ada
hasil audit lembaga lain;
• Batasi ruang lingkup dan tanggungjawab penugasan;
• Tidak terkesan menjamin bebas
kesalahan/kemungkinan penyimpangan;
90
MEMINIMALISIR KOMPLAIN
• Bertindak sesuai Peraturan Per-UU-an dan
Peraturan/pedoman Lembaga/Perusahaan;
• Bekerja berdasarkan Standar dan Kode Etik;
• Mengedepankan koordinasi dan kemitraan;
• Profesional dan Fair play;
• Mengedepankan asas praduga tidak bersalah;
• Dalam kasus tertentu perlu berkomunikasi-konsultasi
dengan organisasi/lembaga yang berwenang;
• Cermat-teliti-hati2;
• Dokumentasi yang rapi dan berkualitas.
91
SERING DIPERMASALAHKAN
• Dasar hukum/kewenangan;
• Standar audit;
• Keahlian/kompetensi;
• Sudah didampingi/konsultasi Pengawas Inernal;
• Menyebabkan pihak lain ditetapkan menjadi
tersangka atau menanggung akibat hukum tertentu;
• memasuki ranah hukum/bukan kompetensinya;
• Audit yang berulang-ulang;
• Metodologi dan teknik audit: sumir, tidak fair play
(klarifikasi/ konfirmasi); dan
92
• substansi audit.
Pembelaan Auditor
• Auditor mempunyai kewajiban hukum membantu
manajemen (juga APH);
• Auditor bekerja atas nama lembaga/Perusahaan;
• Auditor ahli yang bersertifikat;
• Auditor bekerja memberikan keahlian professional;
• Independen (tidak memihak);
• Atas permintaan/penugasan, tidak ada kehendak
sendiri/pribadi;
• Bersifat rekomendasi, tidak final dan belum berakibat
hukum;
• Tidak dimaksudkan menyebut (memojokan) pihak
tertentu;
• Bukan para pihak yang berperkara, tidak ada hubungan
93
hukum;
TANTANGAN APIP
• Memelihara dan meningkatkan kompetensi: lirik ilmu
lain terutama hukum;
• Cepat dan tepat menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan perubahan;
• Menyikapi dengan bijak ketersebaran pengaturan APIP:
sinergi dan koordinasi;
• Menghilangkan ego sektoral yang hanya akan
menghambat penugasan dan penegakan hukum;
• Menghindari devide et impera: komunikasi dengan
sesame APIP, eksternal audit dan APH;
• Mendahulukan penyelesaian administrasi oleh APIP;
• Bekerja dengan rapi, profesional sesuai dengan
standar dan kode etik;
• Membuat sistim pendokumentasian akurat atas hasil
kerja.
55
Terima Kasih
95