Anda di halaman 1dari 68

ASPEK HUKUM

AUDIT INVESTIGATIF
DISAMPAIKAN PADA DIKLAT AUDIT INVESTIGATIF
(basic)
PENGERTIAN AUDIT
Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional
Audit berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Audit Keuangan Audit Kinerja Audit Tujuan Tertentu

• Efektifitas Audit Investigatif


• Opini atas Laporan • Efisiensi
Keuangan • Ekonomis Audit PKKN
AUDIT INVESTIGATIF
Audit investigatif adalah
proses mencari, menemukan,
mengumpulkan, dan menganalisis
serta mengevaluasi bukti-bukti
secara sistematis oleh pihak yang
kompeten dan independen untuk
mengungkapkan fakta atau
kejadian yang sebenarnya
tentang indikasi tindak
pidana korupsi dan/atau
tujuan spesifik lainnya sesuai
peraturan yang berlaku
AUDIT
AUDIT DAN HUKUM
Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar
audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektifitas,
efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah.
(PP 60 tahun 2008)

AUDIT UNTUK KEPENTINGAN HUKUM


mendeteksi fraud, penyelesaian administrasi dan/atau pidana,
membantu APH menghitung kerugian keuangan negara.

HUKUM MEMBERIKAN ‘BOBOT PENILAIAN’ TERHADAP


HASIL AUDIT DAN KETERANGAN AHLI AUDIT
bukti akuntansi – bukti hukum
bukti surat, bukti keterangan ahli

AUDIT DILAKUKAN SESUAI KETENTUAN, STANDAR DAN


KODE ETIK
kekeliruan berisiko dikomplian/digugat bahkan mengganti kerugian.
Pentingnya Hukum dalam Audit
01 MENINGKATNYA KESADARAN HUKUM
MASYARAKAT BERPENGARUH TERHADAP
BERBAGAI ASPEK TERMASUK PENGAWASAN
02 MENCEGAH KOMPLAIN ATAS HASIL AUDIT

03 MEMINIMALISIR RISIKO HUKUM

04 KETERKAITAN ANTARA BUKTI AUDIT DAN


BUKTI HUKUM
Keseluruhan kumpulan peraturan-
peraturan atau kaedah-kaedah
dalam suatu kehidupan bersama:
keseluruhan peraturan tentang
tingkah laku yang berlaku dalam
suatu kehidupan bersama, yang
dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sanksi.
(Sudikno Mertokusumo)

HUKUM
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
TAP MPR
Undang-Undang/Perpu
Hierarki Peraturan
Peraturan Pemerintah
Perundang-undangan
Peraturan Presiden
UU Nomor 12 Tahun 2011
Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Kab/Kota

Dalam praktek ada Permen, Perban, SE, MoU, dll

7
JENIS PERATURAN LAIN?
(BI,MENTERI,BADAN,LEMBAGA)

Diakui keberadaannya dan


mempunyai kekuatan
hukum mengikat
sepanjang diperintahkan
oleh peraturan yang lebih
tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan
(Pasal 8)
ASAS UMUM

LEX SUPREIORE DEROGAT LEX INFIRIORE


• tinggi mengesampingkan rendah

LEX POSTEREORE DEROGAT LEGI PRIORE


• terbaru mengesampingkan lama

LEX SPECIALIS DEROGAT LEGI GENERALI


• khusus mengesampingkan umum
KONTRAK

suatu perjanjian tertulis diantara dua atau


lebih orang/pihak yang menciptakan hak
dan kewajiban untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu (Istilah Umum)

“Contract: An agreement be- Perjanjian : Adalah suatu per-


tween two or more persons buatan dengan mana satu
which creates an obligation orang atau lebih mengikatkan
to do or not to do a peculiar dirinya terhadap satu orang
thing” atau lebih lainnya ( 1313 BW )
Keabsahan Sebuah Perjanjian
Subyektif Dapat dibatalkan

Kesepakatan
(consensus)

Kecakapan
(capacity)
1320
BW
1320 KUHPer

Hal tertentu
(certainty of
Terms)

Sebab yang
halal (legality)

Obyektif Batal demi hukum


PA SA L 1 3 3 8 BW
Semua Perjanjian yang Asas Kebebasan
dibuat secara sah Berkontrak Asas
berlaku sebagai Asas Pacta Sunt Iktikad
Undang-Undang Servanda Baik
bagi mereka yang Asas
membuatnya Personalitas
Sebab yang Halal (Legality)
Isi dari Perjanjian itu harus memuat suatu causa yang diperbolehkan atau legal (geoorloofde
oorzak) tidak bertentangan dengan:

Kepatutan
Ketertiban Ketelitian,
UU Kesusilaan Kehati-hatian
Umum

1337 BW
1339 BW
KEWENANGAN AUDIT INVESTIGATIF

Membantu Penyidik
Perundang-undangan

• Pasal 48-Pasal 50 PP No. 60 Tahun 2008 Pasal 7 ayat (1) huruf h jo. Pasal 120 ayat
• Perpres No. 192 Tahun 2014 tentang BPKP (1) jo. Pasal 1 angka 28 jo. Pasal 184 ayat
sebagaimana diubah Perpres No. 20 Tahun (1) jo. Pasal 187 huruf c KUHAP
2023 Pasal 120 ayat (2) jo Pasal 179 KUHAP,
• Inspektorat Kementerian Negara didasarkan Pasal 224 KUHP, dan Pasal 22 dan Pasal
Perpres No. 68 Tahun 2019 tentang 35 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No.
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana 20 Tahun 2001
diubah Perpres No. 32 Tahun 2021 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
• Inspektorat Daerah Provinsi dan Inspektorat 31/PUU-X/2012 tanggal 23 Oktober 2012
Daerah Kabupaten/Kota didasarkan PP No. 18 Pasal 35 dan Pasal 37 Undang-Undang
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
sebagaimana diubah PP No. 72 Tahun 2019 Pemerintahan

Penetapan Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi
Pasal 2 UU PTPK
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
Pasal 3 UU PTPK
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara
Delik Formil
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 003/PUU-IV/2006

Delik Materil
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016
Putusan MK Nomor 003/PUU-IV/2006 (Delik Formil)
“Menimbang bahwa dengan adanya penjelasan yang menyatakan bahwa kata "dapat" sebelum frasa "merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara", kemudian mengkualifikasikannya sebagai delik formil, sehingga adanya kerugian
negara atau perekonomian negara tidak merupakan akibat yang harus nyata terjadi, Mahkamah berpendapat bahwa hal
demikian ditafsirkan bahwa unsur kerugian negara harus dibuktikan dan harus dapat dihitung, meskipun sebagai
perkiraan atau meskipun belum terjadi. Kesimpulan demikian harus ditentukan oleh seorang ahli di bidangnya. Faktor
kerugian, baik secara nyata atau berupa kemungkinan, dilihat sebagai hal yang memberatkan atau meringankan dalam
penjatuhan pidana, sebagaimana diuraikan dalam Penjelasan Pasal 4, bahwa pengembalian kerugian negara hanya dapat
dipandang sebagai faktor yang meringankan.”

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016 (Delik Materiil)


Menurut Mahkamah penerapan unsur merugikan negara dengan menggunakan konsepsi actual loss lebih memberikan
kepastian hukum yang adil dan bersesuaian dengan upaya sinkronisasi dan harmonisasi instrumen hukum nasional dan
internasional. Selain itu, menurut Mahkamah kata “dapat” dalam Pasal Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 UU PTPK juga
bertentangan dengan prinsip perumusan tindak pidana yang harus memenuhi prinsip hukum harus tertulis (lex scripta), harus
ditafsirkan seperti yang dibaca (lex stricta), dan tidak multitafsir (lex certa), oleh karenanya bertentangan dengan prinsip negara
hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (3) UDD 1945.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada maka Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa konsepsi kerugian
keuangan negara termasuk dalam delik materiil, yakni suatu perbuatan dapat dikatakan merugikan keuangan negara
dengan syarat harus adanya kerugian negara yang benar-benar nyata atau aktual.
Putusan MK Nomor 25 Tahun 2016

Sebelum Putusan Sesudah Putusan

Potential Loss Actual Loss

Delik Formil Delik Materiil

Butuh Pembuktian Kerugian


keuangan Negara secara Riil
oleh Auditor
01 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

02 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

KEUANGAN 03
UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawa-
ban Keuangan Negara

NEGARA
04 Undang-undang Nomor 15 tahun 2006 tentang BPK

UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Ko-


05 rupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001

06 Praktek Putusan Pengadilan


KEUANGAN NEGARA
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara

semua hak dan kewajiban negara


yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut
KEUANGAN NEGARA
UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 20 Tahun 2001
seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang
dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk di
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan
kewajiban yang timbul karena :
• berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
pertanggungjawaban pejabat lembaga Negara, baik di
tingkat pusat maupun di daerah;
• berada dalam penguasaan, pengurusan, dan
pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum, dan
perusahaan yang menyertakan modal negara, atau
perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga
berdasarkan perjanjian dengan Negara
Tahap Penanganan Perkara
Pidana Tahap
Pelaksanaan
Tahap Tahap Eksekusi
Penyelidikan Penuntutan Putusan
LHAI & BAP Ahli
sbg Bahan
Pelaks Dakwaan &
PKKN Tuntutan

1 2 3 4 5

Pemberian
Ket Ahli &
Pelaks AI Bukti Surat

Tahap Tahap Persidangan dan


Penyidikan Penentuan Putusan
Pengadilan
Serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan

1 sesuatu peristiwa yang diduga


sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan menurut cara
Tahap yang diatur dalam undang-undang ini.
Penyelidikan
Tahap
Penyidikan Serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini
2 untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan
tersangkanya.
Tahap
Penyidikan
Tata cara pemeriksaan
penyidikan

2  Pemeriksaan saksi
 Pemeriksaan Ahli
 Pemeriksaan Tersangka
Tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara pidana ke
pengadilan negeri yang berwenang,

3 dalam hal dan menurut cara yang


diatur dalam undang-undang,
dengan permintaan supaya diperiksa
dan diputus oleh hakim di sidang
Tahap pengadilan
Penuntutan
Proses Persidangan Perkara
Pidana
Keberatan Pemeriksaan Pembelaan
(Eksepsi) Alat Bukti (Pledoi) Duplik

2 4 6 8

1 3 5 7 9

Dakwaan Putusan Tuntutan Replik Putusan


Sela (Requisitor)
Penyidikan dan Penuntutan
Perkara Pidana
Proses Penyidikan
Penyidik Ahli
Surat Kejaksaan/KPK/Polri
Kejaksaan/ Hal Bantuan Melakukan BPKP
KPK/Polri AI/PKKN

Surat Deputi Investigasi


BPKP Hal Permintaan
Ekspose/
Gelar Kasus

Ekspose/Gelar
Kasus

Berita Acara
Ekspose/Gelar
Kasus
Penyidikan dan Penuntutan
Perkara Pidana

Proses Penyidikan
Penyidik Ahli

Kejaksaan/ Berita Acara BPKP


KPK/Polri Ekspose/Gelar
Kasus

Tim AI/PKKN
AI/
PKKN ST AI/PKKN
Draft
DATA Laporan
Ekspose Temuan
Hasil AI/PKKN

Berita Acara
Ekspose Temuan
Hasil AI/PKKN
Penyidikan dan Penuntutan
Perkara Pidana

Proses Penyidikan
Penyidik Ahli
Srt Deputi Investigasi
Kejaksaan/ BPKP BPKP
KPK/Polri

LHAI/LHPKKN

Tim AI/PKKN

ST AI/PKKN
Draft
Berkas Laporan
Output
Penyidikan
Penyidikan

Penuntut Surat
Dakwaan
Proses Penuntutan
Umum
Keterangan Saksi Alat Bukti Surat Alat Bukti Tertulis

Keterangan Ahli Keterangan Ahli Keterangan Saksi


60%

Surat Keterangan Saksi Persangkaan

30%
Petunjuk Pengakuan Pihak Pengakuan

Keterangan Terdakwa Pengetahuan Hakim Sumpah

Alat Bukti Perkara Pidana Alat Bukti Perkara TUN Alat Bukti Perkara Perdata
Pasal 184 ayat (1) KUHAP Pasal 100 UU/5/1986 Pasal 164 HIR/284 RBg/1866
BW
Keterangan Saksi
Pasal 1 butir 26 KUHAP

Saksi adalah orang yang


dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan
tentang suatu perkara yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri,
dan ia alami sendiri.
Pasal 1 butir 28 KUHAP
Keterangan yang diberikan oleh
seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang haI yang
diperlukan untuk membuat terang
KETERANGAN suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan

AHLI Pasal 186 KUHAP

Apa yang seorang ahli nyatakan


di sidang pengadilan
Fungsi Ahli
Keterangan Ahli merupakan salah satu alat bukti berdasarkan
Pasal 184 ayat (1) KUHAP

Fungsi ahli adalah untuk


memberikan keterangan
berdasarkan keahlian khusus
yang dimilikinya tentang suatu
hal yang diperlukan untuk
membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan
pemeriksaan, untuk mendukung
keyakinan hakim.
Kekuatan
Pembuktian
Keterangan ahli harus diberikan oleh
seorang ahli.
Keterangan
Keterangan yg diberikan adalah yang
Ahli sebaik-baiknya & yang sebenarnya
menurut pengetahuan dalam bidang
keahliannya

Keterangan ahli harus diberikan di


bawah sumpah

Keterangan ahli harus diberikan di


depan sidang pengadilan.
Hak Ahli

Pasal 227 ayat (1) KUHAP

01 Hak untuk menerima surat panggilan yang


sah dengan memperhatikan tenggang
waktu yang wajar antara diterimanya
02 Hak untuk mengetahui perkara dimana
ia akan memberikan keterangan ahli

panggilan dan hari dimana ahli diharuskan


memenuhi panggilan tersebut

03 Pasal 153 ayat (2) huruf b KUHAP


Hak untuk memberikan keterangan ahli
sesuai keahliannya secara bebas tanpa
04
Pasal 1 butir 28 KUHAP
Hak untuk menolak menjawab pertanyaan
yang tidak sesuai dengan keahliannya
tekanan dari pihak manapun
Kewajiban Ahli

01 02
Penjelasan Pasal 159 ayat (2) jo Pasal 179 ayat Pasal 160 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP
(1) KUHAP
Hak untuk mengetahui perkara
Ahli wajib memenuhi panggilan dimana ia akan memberikan
untuk memberikan keterangan Ahli keterangan ahli
di persidangan

03 Ahli wajib memberikan keterangan yang


benar 04 Ahli wajib menyimpan rahasia
seorang auditor Catatan
yang bekerja auditor pada auditor bekerja
umumnya tidak melihat, melakukan tidak menutup
berdasarkan
mendengar atau analisa untuk kemungkinan auditor
pengalaman dan
mengalami sendiri mengambil suatu bisa menjadi saksi
keilmuannya
suatu fakta/kejadian/ simpulan/opini sepanjang dia tidak
(auditing dan
peristiwa hukum yang berdasarkan melakukan analisa dan
akunting) lebih
tepat diposisikan memenuhi kualifikasi pengetahuan dan tidak mengeluarkan
sebagai saksi pengalamannya pendapat
sebagai ahli

Auditor adalah
Ahli Auditing
dan Akunting
Auditor sebagai Ahli

Penyidik dapat meminta ban-


tuan kepada ahli atau orang
yang memiliki keahlian
khusus (untuk berpendapat) Kewajiban hukum sebagai
Pasal 7 ayat 1 huruf h jo. Ahli untuk memenuhi per-
Pasal 120 ayat (1) jo. Pasal 1 mintaan penyidik
angka 28 jo. Pasal 184 ayat (1) Pasal 120 ayat (2) jo Pasal 179
jo. Pasal 186 huruf c KUHAP KUHAP, Pasal 224 KUHP, dan
Pasal 22 dan Pasal 35 ayat (1)
UU No. 31 Tahun 1999 jo UU
No. 20 Tahun 2001
Surat (Pasal 187 KUHAP):

Berita Acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang


dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang
dibuat olehnya, yang memuat keterangan tentang
kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang
dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas
dan tegas tentang keterangannya itu. contoh akte notaris
Surat yang dibuat menurut
ketentuan peraturan perundang-
Surat undangan atas surat yang dibuat
oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana
yang menjadi tanggung
jawabnya dan yang diperuntukan
bagi pembuktian suatu keadaan.

Contoh: sertifikat tanah


Surat keterangan dari seorang
Surat ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta
secara resmi darinya.
Contoh Visum et repertum
Surat lain yang hanya dapat
Surat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.
Contoh: akte di bawah tangan
(kwitansi, register, dan buku-buku
catatan)
Alat Bukti Surat
LHAI/LHKPPN • Pasal 187 huruf c
KUHAP

Surat yang dibuat atas sumpah jabatan


atau dikuatkan dengan sumpah,
diantaranya surat keterangan dari
seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi dari padanya
k P)
j u A n
t u n H
U ad g i a
e
P 88 K j an
1 e
k y
l
asa n, an ik
(P a t a d a b a
r b u k ea a , s atu
Pe au a n y a in
n l
at ren suaiayang g g an
k a rs e a n e n it u
e r a y d n
p ta n n a a
k di
n a
a ng u n pi d an d r j a a a
de a u p e n te ana
m d ak i , m l a h p i d y a
t i n n di r t e ak k u n
se hwa tind pela
ba a t u a pa
su n s i
da
Keterangan Terdakwa
1 Keterangan terdakwa ialah apa
yang terdakwa nyatakan di sidang
Keterangan terdakwa
hanya dapat
3
tentang perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahui sendiri atau
digunakan terhadap
alami sendiri dirinya sendiri

Pasal 189
KUHAP 95%
Keterangan terdakwa saja tidak
2 Keterangan terdakwa yang diberikan
di luar sidang dapat digunakan cukup untuk membuktikan bahwa 4
untuk membantu menemukan bukti ia bersalah melakukan perbuatan
di sidang, asalkan keterangan itu yang didakwakan kepadanya,
didukung oleh suatu alat bukti yang melainkan harus disertai dengan
sah sepanjang mengenai hal yang alat bukti yang lain
didakwakan kepadanya
BUKTI AUDIT BUKTI HUKUM

Bukti audit tidak Penyidik dapat Bukti audit berupa Sebaliknya, dalam
secara langsung mengembangkan dokumen, pengujian fisik, kondisi tertentu
bisa menjadi alat bukti audit wawancara, konfirmasi, auditor juga bisa
observasi, dan analisis
bukti menurut menjadi alat bukti mengembangkan
dapat menuntun penyidik
hukum menurut hukum guna menemukan dan
audit berdasarkan
mengumpulkan alat bukti informasi aparat
hukum dan memecahkan penegak hukum
perkara
Prosedu
r Audit

Uji Konfirma Dokumenta Observa Analisi


si si si
Fisik s Bukti
Audit
Relevan, Kompeten, Cukup

Ket. Bukti
Surat Ket. Terdakwa Hukum
Saksi
BUKTI ELEKTRONIK
UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016

Informasi Elektronik Transaksi Elektronik Dokumen Elektronik


satu atau sekumpulan data perbuatan hukum yang setiap Informasi Elektronik yang
elektronik, termasuk tetapi dilakukan dengan dibuat, diteruskan, dikirimkan,
tidak terbatas pada tulisan, menggunakan Komputer, diterima, atau disimpan dalam
suara, gambar, peta, bentuk analog, digital,
jaringan Komputer,
rancangan, foto, electronic elektromagnetik, optikal, atau
data interchange (EDI), surat dan/atau media sejenisnya, yang dapat dilihat,
elektronik (electronic mail), elektronik lainnya ditampilkan, dan/atau didengar
telegram, teleks, telecopy melalui Komputer atau Sistem
atau sejenisnya, huruf, tanda, Elektronik, termasuk tetapi tidak
angka, Kode Akses, simbol, terbatas pada tulisan, suara,
atau perforasi yang telah gambar, peta, rancangan, foto
diolah yang memiliki arti atau atau sejenisnya, huruf, tanda,
dapat dipahami oleh orang angka, Kode Akses, simbol atau
yang mampu memahaminya perforasi yang memiliki makna
atau arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu
memahaminya
Pasal 6
PENGAKUAN “dalam hal terdapat ketentuan lain
selain yang diatur dalam pasal 5
ALAT BUKTI ELEKTRONIK ayat (4) yang mensyaratkan bahwa
suatu informasi harus berbentuk
tertulis atau asli, informasi
elektronik dan/atau dokumen
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
01 cetakannya merupakan alat bukti yang sah
elektronik dianggap sah sepanjang
informasi yang tercantum
didalamnya dapat diakses,
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
ditampilkan, dijamin keutuhannya
02 cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
dan dapat dipertanggungjawabkan
perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara
sehingga menerangkan suatu
yang berlaku di Indonesia
keadaan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah
03 apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang-Undang ini

Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen


04 Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
untuk:
a. Surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk
tertulis;
b. Surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus
dibuat dalam bentuk Akta Notaris atau Akta yang dibuat oleh
Pejabat Pembuat Akta
Perolehan
Bukti Elektronik

Pasal 43 Ayat (2) UU ITE


Penyidikan di bidang Teknologi
Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud Pasal 43 Ayat (3) UU ITE
pada ayat (1) dilakukan dengan Penggeledahan dan/atau
penyitaan terhadap sistem Pasal 43 Ayat (4) UU ITE
memperhatikan perlindungan
elektronik yang terkait dengan Dalam melakukan
terhadap privasi, kerahasiaan,
dugaan tindak pidana harus penggeledahan dan/atau
kelancaran layanan publik,
dilakukan atas izin ketua penyitaan sebagaimana
integritas data, atau keutuhan
pengadilan negeri setempat dimaksud pada ayat (3),
data sesuai dengan ketentuan
penyidik wajib menjaga
Peraturan Perundang-undangan.
terpeliharanya kepentingan
pelayanan umum
PERSIAPAN MENJADI AHLI
Dalam kondisi sehat dan rileks, percaya diri
Sebaiknya didampingi pihak yang kompeten untuk diskusi
dan menambah ketenangan
Menyiapkan surat tugas dan perlengkapannya
Memastikan bahwa semua dokumen yang diperlukan untuk
memberikan keterangan telah disiapkan
Untuk memberikan keterangan ahli, perlu melihat kembali
hasil analisis yang pernah dilakukan, selain Laporan Hasil
Audit bawa KKA yang penting
Pada dasarnya keterangan ahli adalah profesional
independen apa yang dinyatakan ybs di depan pengadilan,
namun tidak ada salahnya sebelum persidangan
‘berkoordinasi dan berdiskusi’ dengan pihak-pihak terkait agar
lebih siap dipersidangan
Apabila diperlukan dapat melakukan latihan atau
mengunjungi melihat-lihat situasi persidangan kasus lain
MENJADI AHLI YANG BAIK
1. 5.
Kompeten di bidangnya dan mempunyai Tenang, tidak mudah terpancing ‘serangan’
pengalaman yang memadai persidangan

2. 6.
Menguasai permasalahan yang akan Tidak berbicara yang bukan
disidangkan/ditanyakan kompetensinya

3. 7.
Independen, berpendapat sesuai Tanggap dan cepat beradaptasi dengan
bidang dan keahliannya situasi persidangan yang tidak terduga

4.
Berkomunikasi dengan baik 8.
(penguasaan materi, diksi, gaya bahasa Seorang ahli bukanlah penghafal, demi
tubuh yang meyakinkan) akurasi bisa minta ijin membuka
data/dokumen
Pelemahan ahli
Mempertanyakan kelengkapan administrasi
1 penugasan

2 Mempertanyakan kompetensi/keahlian

3 Menguji atau mempertanyakan kewenangan

4 Menggiring ahli pada hal yang tidak dikuasai

Memojokkan ahli pada hal yang kontradiktif


5
Pelemahan ahli

Membingungkan ahli dengan informasi baru


6

Mendorong ahli mendukung teori yang berse-


7 berangan

Mengungkap seakan ahli dan pihak yang


8 meminta (bersekongkol)

Menggunakan kata-kata konfrontatif untuk


9 memancing emosi
RISIKO HUKUM

Gugatan/aduan/
sengketa
• Perdata
• PTUN
LHA Somasi
• Sengketa informasi
Risiko Hukum
publik

Perlu
diwaspadai
Perbuatan Melawan Hukum dalam Hukum Perdata
Pasal 1365 KUHPerdata

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang


membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut
LHA APIP SEBAGAI KEPUTUSAN TUN ??
SEMA No 4 Tahun 2016

Rumusan Kamar Pidana


• Instansi yang berwenang menyatakan ada tidaknya kerugian keuangan Negara adalah Badan
Pemeriksa Keuangan yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan instansi lainnya
seperti Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan/Inspektorat/Satuan Kerja
Perangkat Daerah tetap berwenang melakukan pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan
Negara namun tidak berwenang menyatakan atau men-declare adanya kerugian keuangan
Negara. Dalam hal tertentu Hakim berdasarkan fakta persidangan dapat menilai adanya
kerugian Negara dan besarnya kerugian Negara

Rumusan Kamar TUN


• Keputusan Tata Usaha Negara dan/atau Tindakan yang berpotensi menimbulkan akibat
hukum (contoh: LHP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dsb)

Adanya SEMA No 4 Tahun 2016 tersebut tidak serta merta menjadikan LHAPKKN sebagai obyek sengketa di PTUN, karena hingga
saat ini banyak putusan Majelis Hakim di Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara (di tingkat pertama hingga PK) yang
menyatakan bahwa LHAPKKN yang diterbitkan BPKP guna memenuhi permintaan APH (penyidik) bukanlah obyek sengketa di
PTUN karena LHAPKKN tersebut diterbitkan berdasarkan KUHAP atau Peraturan Hukum Pidana (vide Pasal 2 huruf d UU Peratun)
PANDANGAN BEBERAPA HAKIM PTUN
TERHADAP LHAI DAN LHPKKN

LHAI dan LHPKKN termasuk dalam ketentuan Pasal 2 huruf d karena diterbitkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana
(paling umum)

LHAI dan LHPKKN tidak memenuhi kriteria KTUN sesuai Pasal 1 angka 9 UU PERATUN

• Tidak bersifat Individual karena substansinya adalah kasus dan tidak tujukan untuk orang perorangan tertentu
• Belum bersifat final dan tidak menimbulkan akibat hukum karena LHAI dan LHPKKN bukan satu-satunya dasar penetapan
tersangka dan masih diuji lagi di Pengadilan Tipikor
• Tidak memenuhi unsur besslissing karena tidak dapat dianggap sebagai Tindakan Hukum TUN sebab LHAI dan LHPKKN
diterbitkan atas dasar permintaan Penyidik

LHAI dan LHPKKN tidak terdapat unsur besslissing, tidak bersifat individual, belum final dan tidak menimbulkan akibat hukum
serta termasuk kriteria Pasal 2 huruf d UU PERATUN
SEMA 4 TAHUN 2016
Berwenangkah APIP membantu
penyidik?
Bagaimana putusan pengadilan yang
lalu?
Contoh kasus:
Bagaimana
sampai saat iniputusan pengadilan
banyak putusan saat Tipikor
Pengadilan ini?
yang ahlinya berasal dari APIP/BPKP, salah satunya
Putusan kasus e-KTP Nomor 40/G.PIDSUS/2017/
PN.JAKPUS tanggal 20 Juli 2017
Berbagai Peraturan Perundang-
undangan (termasuk kewenangan Ahli
yang diminta bantuan Penyidik)

Putusan MK No: 3/PUU-VI/2008


Tanggal 15 Mei 2008:
BPK bukan “satu-satunya”, Pemerintah bisa
membentuk APIP
Kewenangan
APIP
Putusan MK No: 31/PUU-X/2012
Tanggal 23 Oktober 2012:
yang bisa menghitung kerugian keuangan
negara: BPK, BPKP dan APIP atau ahli lain

Berbagai putusan Pengadilan


Sengketa Informasi Publik
Terkait Laporan Hasil Audit Pembelaan:
1. Apabila LHA diberikan
Laporan Hasil Audit dapat menghambat
seringkali menjadi objek proses penegakan
sengketa permohonan hukum (menghambat
Informasi Publik sesuai proses penyelidikan dan
UU Nomor 14 Tahun 2008 penyidikan suatu tindak
pidana).
2. Sesuai kode etik dan
standar, auditor
diharuskan menghargai
nilai dan kepemilikan
informasi dan distribusi
laporan yang terbatas,
tertentu sesuai
kepentingan.
RISIKO
PERMASALAHAN
HUKUM LAINNYA

Pelibatan auditor dalam permohonan pra peradilan

Pelibatan auditor dalam sengketa di badan arbitrase

Pelibatan auditor dalam mediasi atau hal-hal yang sifatnya


penyelesaian sengketa (administrasi/perdata)
Perlu
Hati-hati menjadi ‘pendamping’ atau

diwaspadai ‘penengah’, jangan seolah-olah


mengambil alih tanggung jawab

Teliti apakah ada penugasan serupa


atau sudah ada hasil audit lembaga
lain

Batasi ruang lingkup dan


tanggungjawab penugasan

Tidak terkesan menjamin bebas


kesalahan/kemungkinan
penyimpangan
MEMINIMALISIR KOMPLAIN
Bertindak sesuai Peraturan Per-UU-an dan
Peraturan/pedoman Lembaga/Perusahaan
Profesional dan Fair play

Cermat-teliti-hati2
Bekerja berdasarkan Standar
dan Kode Etik

Dalam kasus tertentu perlu berkomunikasi-


konsultasi dengan organisasi/lembaga yang
berwenang

Mengedepankan koordinasi dan


Dokumentasi yang rapi dan kemitraan
berkualitas
Dasar hukum/
kewenangan
Menyebabkan pihak lain
ditetapkan menjadi tersangka
atau menanggung akibat hukum Standar audit
tertentu

substansi audit Keahlian/kompetensi

Sering
Dipermasalahkan
Metodologi dan teknik audit:
sumir, tidak fair play
(klarifikasi/konfirmasi) Sudah
didampingi/konsultasi
Pengawas Internal

memasuki ranah
hukum/bukan Audit yang
kompetensinya berulang-ulang
Pembelaan Auditor

Bersifat
Auditor mempunyai Auditor bekerja Auditor bekerja
rekomendasi, tidak
kewajiban hukum atas nama memberikan keahlian
final dan belum
membantu manajemen lembaga/Perusahaan professional
berakibat hukum
(juga APH)

Atas permintaan/ Bukan para


Independen Pembelaan Tidak Auditor
penugasan, tidak pihak yang
(tidak memihak) yang berkaitan dimaksudkan ahli yang
ada kehendak berperkara, tidak
dengan menyebut bersertifikat
sendiri/pribadi ada hubungan
substansi audit (memojokan)
pihak tertentu hukum
TANTANGAN APIP
Menghindari devide et impera:
Memelihara dan meningkatkan
komunikasi dengan sesama
kompetensi: lirik ilmu lain terutama
APIP, eksternal audit dan APH
hukum

Cepat dan tepat Penyelesaian


menyesuaikan diri dengan administrasi oleh
perkembangan dan perubahan APIP

Menyikapi dengan bijak Bekerja dengan rapi,


ketersebaran pengaturan APIP: profesional sesuai dengan
sinergi dan koordinasi standar dan kode etik

Menghilangkan ego sektoral yang Membuat sistem


hanya akan menghambat pendokumentasian yang
penugasan dan penegakan hukum berkualitas atas hasil kerja
Terima Kasih
Biro Hukum dan Komunikasi

Anda mungkin juga menyukai