• Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak berarti banyak, kalau tidak dijiwai
oleh moralitas. Tanpa moralitas, hukum akan kosong. Kualitas hukum sebagian
besar ditentukan oleh mutu moralnya. Karena itu hukum selalu harus diukur
dengan norma moral.
• Di sisi lain, moral juga membutuhkan hukum. Moral akan mengawang-awang
saja, kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat, seperti
terjadi dengan hukum.
• Walaupun ada hubungan erat antara moral dan hukum, namun perlu
dipertahankan juga bahwa moral dan hukum tidak sama. Tidak mustahil adanya
undang-undang immoral, undang-undang yang harus ditolak dan ditentang atas
pertimbangan etis. Dalam kasus seperti itu terdapat ketidakcocokan antara
hukum dan moral.
Perbedaan antara hukum dan moral:
1. Hukum lebih dikodifikasi daripada moralitas. Oleh karena itu, ia mempunyai kepastian
lebih besar dan bersifat lebih objektif.
Norma moral bersifat lebih subjektif dan akibatnya lebih banyak „diganggu“ oleh diskusi-
diskusi yang mencari kejelasan tentang yang harus dianggap etis atau tidak etis.
2. Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri
pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang.
3. Sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dengan sanksi yang berkaitan dengan
moralitas. Hukum dapat dipaksakan. Orang yang melanggar hukum akan terkena
hukumannya, tapi norma etis tidak dapat dipaksakan. Satu-satunya sanksi di bidang
moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang.
4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.
Moralitas didasarkan atas norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.
Dengan cara demokratis orang bisa mengubah hukum, tapi tidak pernah masyarakat dapat
mengubah norma moral.
HATI NURANI
• Hati nurani adalah penghayatan tentang baik dan buruk berhubungan dengan
tingkah laku konkret. Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk
melakukan sesuatu. Ia tidak bicara tentang yang umum, melainkan tentang
situasi yang sangat konkret. Tidak mengikuti hati nurani berarti menghancurkan
integritas pribadi kita dan mengkhianati martabat terdalam kita.
• Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai
kesadaran. Untuk mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan
kesadaran. Kita mengenal bila kita melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu. Kesadaran adalah kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya
sendiri dan karena itu berefleksi tentang dirinya. Pengenalan bukan merupakan
monopoli manusia. Binatang pun bisa mengenal objek. Akan tetapi kesadaran
merupakan monopoli manusia.
Dalam diri manusia bisa berlangsung semacam “penggandaan”, ia bisa
kembali kepada dirinya. Dalam proses pengenalan dirinya manusia
berperan sebagai subjek juga sebagai objek. Untuk menunjukkan
kesadaran digunakan kata conscience; con (bersama dengan, turut) dan
science (mengetahui). Kata conscience digunakan juga untuk
menunjukkan hati nurani. Bukan saja manusia melakukan perbuatan-
perbuatan yang bersifat moral (baik atau buruk), tapi juga ada yang
“turut mengetahui” tentang perbuatan moral kita. Dalam diri kita
seolah-olah ada instansi yang menilai dari segi moral perbuatan-
perbuatan yang kita lakukan. Hati nurani merupakan “saksi” tentang
perbuatan-perbuatan moral kita.
HATI NURANI:
retrospektif dan prospektif
• Hati nurani retrospektif adalah memberikan penilaian terhadap perbuatan-
perbuatan yang telah berlangsung di masa lampau. Hati nurani dalam arti
retrospektif menuduh atau mencela bila perbuatannya jelek; memuji atau
memberi rasa puas bila perbuatannya dianggap baik. Jadi, hati nurani ini
merupakan “instansi kehakiman” dalam batin kita tentang perbuatan yang
telah berlangsung. Bila hati nurani menghukum dan menuduh kita, batin
akan merasa gelisah. Ini berarti kita memiliki a bad conscience. Bila kita telah
bertingkah laku baik, kita mempunyai a good conscience.
• Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan-
perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita
untuk melakukan sesuatu atau melarang melakukan sesuatu.
Pembinaan Hati Nurani
• Ada banyak tipe hati nurani: ada yang halus, ada yang longgar dan kurang
tepat dan ada yang tumpul. Hati nurani yang dalam keadaan tumpul biasanya
karena salah didik. Anak yang dididik dalam keluarga pencuri hampir tidak
mungkin mempunyai putusan hati nurani yang baik tentang hak milik.
Bagaimana keadaan hati nurani (jitu, longgar, tumpul), sebagian besar
bergantung pada pendidikan dan lingkungan. Hanya hati nurani yang dididik
dan dibentuk dengan baik dapat memberikan penyuluhan tepat dalam hidup
moral kita.
• Hati nurani harus dididik. Pendidikan hati nurani bersama dengan seluruh
pendidikan moral. Tempat yang serasi untuk pendidikan moral adalah
keluarga, bukan sekolah. Pendidikan hati nurani itu harus dijalankan
sedemikian rupa sehingga si anak menyadari tanggung jawabnya sendiri.