Anda di halaman 1dari 38

Kegawatdaruratan Pada Ibu

Nifas
Sri Wahyuni, S.S.T., M.Keb
Sub pokok bahasan
a.Endometriosis
b.Metritis
c. Abses pelvic
d.Peritonitis
e.Bendungan payudara
f. Infeksi payudara (mastitis maupun abses)
g.Hematoma
h.Tromboflebitis femuralis
Endometriosis

 Endometriosis adalah kondisi ketika endometrium tumbuh di luar dinding


rahim. Pada kondisi ini, endometrium dapat tumbuh di indung telur (ovarium),
lapisan dalam perut (peritoneum), usus, vagina, atau saluran kemih,
 Endometrium adalah jaringan yang melapisi dinding rahim. Sebelum menstruasi,
endometrium akan menebal untuk menjadi tempat menempelnya sel-sel telur yang
telah dibuahi. Bila sel telur tidak dibuahi, endometrium akan luruh, kemudian keluar
dari tubuh sebagai darah menstruasi.
Gejala Endometriosis

 Pada endometriosis, jaringan endometrium yang tumbuh di luar rahim juga ikut menebal,
tetapi tidak bisa luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi ini menyebabkan iritasi atau
peradangan pada jaringan di sekitar endometrium.
 Endometriosis ditandai dengan keluhan nyeri, terutama pada siklus menstruasi.
Endometriosis juga dapat menyebabkan nyeri panggul dalam jangka panjang (kronis)
hingga kemandulan.
• Nyeri hebat di perut bagian bawah dan sekitar panggul, terutama saat menstruasi.
• Kram perut selama beberapa hari sebelum dan selama menstruasi.
• Volume darah yang berlebihan saat menstruasi.
• Sakit di punggung bagian bawah selama menstruasi.
• Perdarahan di luar siklus menstruasi.
Penyebab dan Gejala Endometriosis

 Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan
gangguan aliran darah menstruasi, perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel
endometrium, serta perpindahan sel endometrium melalui aliran getah bening.
 Gejala utama endometriosis adalah nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau
panggul (dismenore). Keluhan lain yang dapat muncul adalah nyeri saat berhubungan
seksual, volume darah yang banyak ketika menstruasi, dan diare.
Pengobatan dan pencegahan

 Pengobatan endometriosis adalah dengan pemberian obat-obatan untuk meredakan


nyeri, terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan jaringan, dan operasi untuk
mengatasi endometriosis yang tidak membaik dengan metode pengobatan lain.
 Sedangkan untuk menghindari risiko terjadinya endometriosis, melakukan olahraga
secara rutin, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengurangi konsumsi minuman
berkafein atau beralkohol.
Metritis
 Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dikenal sebagai endometritis
dan endoparametritis. Tanda gejala metritis adalah adanya peningkatan suhu
berkisar 38-39 C, demam biasanya timbul pada hari ke-3 disertai nadi yang
cepat. Penderita biasanya mengeluh adanya nyeri abdomen yang pada
pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri, dan lembek. Lokia yang
berbau menyengat sering menjumpai timbulnya metritis, tetapi bukan
merupakan tanda pasti.
 Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri
perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut biasanya terdapat pada
abortus septik atau infeksi postpartum.
 Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, thrombosis vena
yang dalam, emboli pulmonal, infeksi pelvic yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
Klasifikasi Metritis

 Pada beberapa penelitian, metritis menjadi salah satu penyebab terbesar kematian ibu
hamil. Penyakit ini sebenarnya tidak berdiri sendiri, namun merupakan lanjutan dari
adanya gejala endometritis. Hal ini bisa diatasi dengan terapi pada penderita endometritis.
1. Metritis Akut
 Gejala metritis ini biasanya terjadi pada abortus septic atau juga ketika adanya infeksi
postpartum. Pada penyakit ini, miometrium akan menunjukkan reaksi radang seperti
terjadinya pembengkakan dan juga infiltrasi sel radang. Postpartum menjadi salah satu
kondisi yang patut diawasi setelah melahirkan.
2. Metritis Kronik
 Metritis kronik merupakan sebuah diagnosis yang pada awal mulanya banyak dibuat atas
dasar menometroragia dengan ukuran uterus yang lebih besar dari ukuran normal. Selain
itu, penyakit ini juga disertai dengan sakit pinggang dan timbulnya leukorea.
Penatalaksanaan metritis

 Penatalaksanaan metritis ringan pascapersalinan normal pengobatan dengan


antibiotika oral biasanya memberikan hasil yang baik. Pada penderita metritis
sedang dan berat, termasuk penderita pascaseksio sesarea, perlu diberikan
antibiotika dengan spectrum luas secara intravena, dan biasanya penderita akan
membaik dalam waktu 48-72 jam. Bila setelah 72 jam demam tidak membaik perlu
dicari dengan teliti penyebab menetapnya.
 Berikan transfusi bila dibutuhkan . Berikan Packed Red Cell, Berikan antibiotika,
spektrum luas, dalam dosis yang tinggi, Pertimbangkan pemberian antitetanus
profilaksis, Bila dicurigai sisa plasenta, lakukan pengeluaran (digital / dengan
kuret yang lebar), Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi fowler, Bila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan
ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada
evaluasi uterus nekrotik dan septic, maka dilakukan histerektomi subtotal oleh
dokter
Abses pelvic

 Abses pelvik adalah abses pada regio pelvik.


 Tanda gejala : nyeri perut bagian bawah, pembesaran perut bagian bawah,
demam yang terus menerus, dengan antibiotik tidak membaik, pembengkakan
pada adneksa atau kavum douglas
Penanganan Abses Pelvik
 Berikan antibiotika kombinasi sebelum drain abses sampai 48 jam bebas
demam: Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5mg/KgBB IV
setiap 24 jam dan ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam. 2) Jika cavum
dauglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi, lakukan
laparotomi.
Peritonitis
Tanda dan Gejala

Tanda-tanda dan gejala peritonitis


meliputi:
Pembengkakan dan nyeri di perut
Demam dan menggigil
Kehilangan nafsu makan
Haus
Mual dan muntah
Urin terbatas
Penyebab peritonitis

 Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.


 Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
 Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman
(termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
 Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan
mengalami infeksi
 Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kandung empedu, ureter,
kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut.
Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
 Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis.
Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut.
 Iritasi tanpa infeksi
Penatalaksanaan peritonitis

 Biasanya yang pertama dilakukan adalah pembedahan eksplorasi darurat, terutama bila
terdapat apendisitis, ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis.
 Pada peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada wanita,
pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan.  Diberikan antibiotik yang tepat, bila
perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan cairan dan elektrolit bisa
diberikan melalui infuse.
 Kadang – kadang infeksi uterus meluas lewat system limfatik sehingga mencapai kavum
abdomen dan menyebabkan peritonitis. Komplikasi ini sekarang dengan terapi segera
sudah jarang dijumpai, tetapi masih dapat ditemukan pada infeksi sesudah seksio sesaria
kalau terjadi nekrosisdan terbukanya luka insisi uterus. Kadangkala dalam stadium lanjut
perjalanan selulitis pelvic, abses parametrium bisa mengalami rupture dan menimbulkan
peritonitis generalisata yang merupakan malapetaka bagi penderitanya.
peritonitis

 Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan yang biasanya disebabkan
oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis
dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Peritonitis
adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan
meliputi organ-organ dalam. Peradangan disebabkan oleh bakteri atau infeksi jamur
membran ini.
Bendungan Payudara (engorgement)

 Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara.


Hal ini merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena
dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
Gejala : payudara membesar, teraba tegang, tidak sampai kemerahan
maupun ada pus (nanah), panas
Penanganan yang dilakukan bila ibu
menyusui bayinya :
 Susukan sesering mungkin
 Kedua payudara disusukan
 Kompres hangat payudara sebelum disusukan
 Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
 Sangga payudara
 Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
 Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Penanganan engorgement bila ibu tidak
menyusui :
 Sangga payudara
 Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit
 Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
 Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
Mastitis

 Mastitis adalah infeksi payudara. mastitis terjadi akibat invasi jaringan


payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara. cedera
payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar,
pembesaran payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau
fisura putting susu. Putting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi jalan
masuk terjadinya infeks S. aureus. Pengolesan beberapa tetes air susu di area
putting pada akhir menyusui dapat mempercepat penyembuhan
Tanda Gejala Mastitis

 Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5°C sampai 40°C)


 Peningkatan kecepatan nadi
 Menggigil
 Malaise umum, sakit kepala
 Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras, kemerahan di
payudara, payudara tegang
Tindakan pada mastitis:

 1) Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan


sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
 2) Sangga payudara
 3) Kompres dingin
 4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
 5) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
 6) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Abses Payudara
 Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya abses.
Tanda dan gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu
purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil
dan terjadi pembengkakan payudara dan sangat nyeri; massa besar dan keras
dengan area kulit berwarna fluktuasi kemerahan dan kebiruan
mengindikasikan lokasi abses berisi pus Terdapat massa padat, mengeras di
bawah kulit yang kemerahan.
Penanganan abses payudara
 Diperlukan anestesi umum (ketamin)
 Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
 Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
 Pasang tampon dan drain
 Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
 Sangga payudara
 Kompres dingin
 Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
 Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus
 Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari
HEMATOMA

 Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya


hematoma adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan
infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau
akibat trauma.
Penyebab hematoma adalah :

 1) Persalinan operatif
 2) Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau pudendus
 3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomy
 4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau
kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut
 5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama
masase.
Tanda gejala hematoma

 Tanda – tanda umum hematoma : nyeri ekstrem di luar proporsi


ketidaknyaman dan nyeri yang diperkirakan.
 Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah : 1) Penekanan yang
lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih atau rectum dan nyeri
hebat 2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut 3) Perubahan warna
jaringan kebiruan atau biru kehitaman
 Hematoma vulva dapat dengan mudah diidentifikasi. Hematoma vagina dapat
diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat.
Hematoma ukuran – kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan
diabsorpsi. Jika hematoma terus membesar, tidak menjadi stabil, bidan harus
kolaborasi dengan dokter untuk perawatan lebih lanjut.
TROMBOFLEBITIS

 Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita


varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi
dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan
sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena
oleh uterus. Kompresi vena selama posisi persalinan dapat berperan juga.
Trombofelbitis superficial ditandai dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi,
nyeri tekan atau inflamasi pada sisi tersebut dan palpasi adanya simpulan
atau teraba pembuluh darah.
Tromboflebitis vena profunda ditandai
dengan gejala :
 Kemungkinan peningkatan suhu ringan
 Takikardia ringan
 Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat
berdiri yang terjadi secara tiba tiba
 Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
 Tanda homan positif
 Nyeri saat penekanan betis
 Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh
darah dapat teraba
 Tanda homans diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut ibu dan
memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat
nyeri betis saat dorsofleksi, tanda ini positif
 Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres
panas, stoking elastic dan analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin
diperlukan jika tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting
untuk memutuskan penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak ada
kondisi apapun yang mengharuskan masase tungkai.
Rangkuman
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai