Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI

“PARAMETRITIS”

DISUSUN OLEH :

1. TSANIYA ULFAH 11242073


2. UKHIA NURUL FADHILAH 11242074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2013
PARAMETRITIS

1. Definisi
Parametritis adalah infeksi pada parametrium. (parametrium adalah
jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini
memanjang sampai ke sisi – sisi serviks dan ke pertengahan lapisan –
lapisan ligament besar. Radang ini biasanya unilatelar. Parametritis adalah
infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi beberapa jalan:
Secara rinci penyebaran infeksi sampai ke parametrium memalui 3
cara yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis
2. Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar
ligamentum
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika. Proses ini dapat
tinggal terbatas pada
dasar ligamentum latum atau menyebar ekstraperitoneal ke semua
jurusan. Jika menjalar ke atas , dapat diraba pada dinding perut sebelah
lateral di atas ligamentum inguinalis, atau pada fossa iliaka.

GAMBAR 1. Parametritis
Radang paling banyak berlokasi di parametrium bagian lateral akan
tetapi bisa juga ke depan dan ke belakang, radang bisa juga menjahi abses.
Apabila terjadi abses, dan proses berkembang terus, maka abses akan
mencari jalan keluar yaitu di atas ligamentum pouparty, ke daerah ginjal,
melalui foramina obturatorium ke paha bagian dalam, dan sebagianya.
Parametritis dapat juga menahun dan di tempat radang terjadi fibrosis.
Kalau terjadi infeksi parametrium, maka timbulah pembengkakan
yang mula-mula lunak tetapi kemudian menjadi keras sekali. Infiltrasi ini
dapat terjadi hanya pada dasar lig. Latum tetapi dapat juga bersifat luas
misalnya dapat menempati seluruh parametrium sampai ke dinding panggul
dan dinding perut depan di atas lig. Inguinale.
Kalau filtrat menjalar ke belakang dapat menimbulkan
pembengkakan di belakang cervix. Eksudat ini lambat laun direasorpsi atau
menjadi abses. Abses dapat memecah di daerah lipat paha di atas lig.
Inguinale atau ke dalam cavum douglas. Parametritis biasanya unilateral dan
karena biasanya sebagai akibat luka cervix, lebih sering terdapat pada
primipara daripada multipara.

2. Patofisiologi
Endometritis → Infeksi meluas → Lewat jalan limfe atau
tromboflebitis → Infeksi menyebar ke miometrium → Miometritis →
Infeksi meluas lewat jalan limfe/tromboflebitis → Parametritis
Terjadi reaksi :
1. Kalor
2. Dolor
3. Nyeri hebat
4. Nafsu makan berkurang
5. Asam lambung meningkat
6. Reaksi mual
7. Vasodilatasi
8. syok septic/ infertilitas/ infeksi meluas
3. Tanda dan gejala
a. Suhu tinggi dengan demam tinggi
Parametritis ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari seminggu disertai rasa
nyeri di kiri atau kanan ada nyeri sebelah atau kedua belah di perut
bagian bawah, sering memancar pada kaki.
Pada perkembangan proses peradangan lebih lanjut gejala-
gejala parametritis menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat
diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai
jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh
abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap
menjadi naik turun disertai dengan menggigil.
b. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri.
c. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah

4. Diagnosis
Dalam minggu pertama biasanya gejala-gejala setempat belum
menunjukkan dengan nyata adanya perluasan infeksi ; yang lebih penting
ialah gejala umum. Biasanya pada penderita parametritis akan timbul
demam, nyeri, atau nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen,
nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina.

5. Prognosis
Yang paling dapat dipercayai untuk membuat prognosa ialah nadi ;
jika nadi tetap di bawah 100 maka prognosa baik, sebaliknya kalau nadi di
atas 130, apalagi kalau tidak ikut turun dengan turunnya suhu prognosanya
kurang baik.
Demam yang continou adalah lebih buruk prognosanya dari demam
yang remittens. Demam menggigil berulang-ulang, insomnia dan icterus,
merupakan tanda-tanda yang kurang baik.Kadar Hb yang rendah dan jumlah
leucocyt yang rendah atau sangat tinggi memburukkan prognosa.
Juga kuman penyebab yang ditentukan dengan pembiakan
menentukan prognosa. Menurut derajatnya septicemia merupakan infeksi
yang paling berat dengan mortalitas tinggi, dan yang segera diikuti oleh
peritonitis umum. Pada Pelvioperitonitis dan Sellulitis pelvis bahaya
kematian dapat diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Abses memerlukan
tindakan untuk mengeluarkan nanahnya.

F. Penatalaksanaan

1. Pencegahan
Selama kehamilan
Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus
diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga merupakan
factor penting, karenanya diet yang baik harusdiperhatikan. Coitus
pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri dari membatasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin, dan mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas
dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker, alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci
hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya
perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfusi darah harus
diberikan menurut keperluan.
Selama nifas
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir.
Pada hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak
dimasuki kuman-kuman dari luar. Tiap penderita dengan tanda-tanda
infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam
nifas sehat.
2. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi nifas. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini
memerlukan waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menunggu
hasilnya. Terapi pada parametritis yaitu dengan memberika antibiotika
berspektrum luas. Dalam hal ini dapat diberikan penicillin dalam dosis
tinggi atau antibiotika dengan spectrum luas, seperti ampicillin, gentamisin
dan metronidazol, jika perlu, diberikan obat pereda nyeri seperti pethidine
50 – 100 mg IM setiap 6 jam. Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari,
ia harus dibawa ke rumah sakit.
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan
untuk mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan
baik sangat penting, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan
hendaknya diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan penderita,
dan bila perlu transfusi darah dilakukan.
Jika keadaan sudah tenang dapat diberi terapi diatermi dalam
beberapa seri dan penderita dinasehatkan agar jangan melakukan
pekerjaan yang berat- berat. Dengan terapi ini biar pun sisa- sisa
peradangan masih ada, keluahan- keluhan penderita sering kali hilang atau
sangat berkurang. Pada sellulitis pelvika dan pelvioperitonitis perlu
diamat-amati dengan seksama apakah terjadi abses atau tidak. Jika terjadi
abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah tidak masuk
kedalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak besar tidak
sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan
pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses
mencari jalan ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktasi perlu
dilakukan insici. Tempat insici ialah di atas lipat paha atau pada cavum
douglas.
3. Penanganan
Beri antibiotik seperti benzilpenisilin ditambah gentamisin dan
metronidazol.
Jika perlu, berikan obat pereda nyeri seperti pethidine 50-100 mg 1M
setiap 6 jam.
Jika ibu tidak membaik dalam 2 atau 3 hari, ibu harus segera di
bawa ke rumah sakit daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Prof. Dr. Rustam, 1989,Sinopsis Obstetri, Jakarta, ECG, ,.


Wiknjosastro. Hanifa. Prof. Dr, 1992,Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina
Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,.
Safe motherhood,modul sepsis peurperalis, materi pendidikan untuk kebidanan,
1996, Jakarta: EGC

FK Unpad, 2003, Ilmu kesehatan reproduksi : obstetric patologi, edisi 2, Jakarta ,


EGC

Anda mungkin juga menyukai