Anda di halaman 1dari 17

LATAR BELAKANG MASALAH

Kasus kecelakan lalu lintas di polres Pelalawan berimbang dengan pelakunya anak di bawah
umur. Hal ini dapat dilihat bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia yang paling
dominan pada kisaran usia remaja, maka dapat dipastikan bahwa kecelakaan lalu lintas di
Kabupaten Pelalawan disebabkan oleh kelompok usia anak dan remaja. Hal ini tentu sudah
harus menjadi perhatian serius.

Tabel 1.1
Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Hukum Polres Pelalawan
Sumber: Data laka lantas Polres Pelalawan, 2022
Tahun
Usia
2019 2020 2021
13-18 43 57 65
Jumlah 165

Berdasarkan tabel 1.1 kecelakaan lalu lintas yang melibatkan usia anak-anak dalam rentang usia 13
sd 18 tahun meningkat. Tahun 2019 sebanyak 43 anak yang terlibat kecelakaan, 57 anak pada tahun
2020 dan tahun 2021 kecelakaan yang melibatkan anak-anak sebanyak 65 kasus. Dari jumlah kasus
tersebut, hanya sebahagian kecil yang bisa dilakukan pendekata restorative justice di wilayah
hukum polres Pelalawan.
LATAR BELAKANG MASALAH
Tabel 1.2
Pelaksanaan Restorative Justice pada Kasus Kecelakaan Melibatkan Anak-Anak di Polres Pelalawan
Pelaksanaan Restorative Justice
Tahun Terlaksana Tidak Terlaksana
Restorative Justice Restorative Justice
2019 19 24
2020 27 30
2021 31 34
Jumlah 77 88
Berdasarkan Tabel 1.2 pelaksanaan restorative justice pada kasus kecelakaan melibatkan anak-anak di Polres
Pelalawan tidak berjalan sebagaimana mestinya dari tahun 2019 sd 2021 telah terjadi kasus lakalntas yang
melibatkan anak-anak sebanyak 168, sedangkan yang berhasil dilakukan dengan pendekatan restorative justice
hanya 77 kasus saja.
Penegakan Hukum Terhadap yang penting untuk di perhatikan adalah memperbaiki kerusakan atau kerugian yang
disebabkan terjadinya kejahatan dan pelanggaran tersebut. Perbaikan tatanan sosial masyarakat yang terganggu
karena adanya bentuk suatu peristiwa kejahatan atau pelanggaran tersebut. Oleh karena itu penulis ingin
mencoba mengkaji penerapan Restorative Justice merupakan suatu sistem yang paling sering digunakan terhadap
pelaku tindak pidana dalam kecelakaan lalu lintas terhadap korban, sehingga proses Penegakan Hukum Terhadap
antar pelaku dan korban dapat diselesaikan dengan cepat tanpa harus melewati proses pengadilan. Sementara di
satu sisi masyarakat menginginkan hukum ditegakkan meskipun pelaku pelanggaran maupun pelaku kejahatan
tersebut adalah anak. Di sisi yang lain anak memiliki masa depan yang panjang sehingga aktivitas hukum harus
memperhatikan tumbuh kembang anak. Kondisi-kondisi dari keadaan yang demikian tentunya harus
ditindaklanjuti secara bijaksana meskipun undang-undang memberikan perlakuan istimewa terhadap anak
termasuk penerapan diversi.
RUMUSAN, TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Bagaimana
penegakan Kegunaan Teoritis:
hukum terhadap Untuk mengetahui Peneletian ini dapat
kecelakaan lalu penegakan hukum dijadikan sebagai
lintas melalui terhadap kecelakaan penanganan tindak pidana
lalu lintas melalui Penegakan Hukum
pendekatan
Terhadap kecelakaan lalu
restorative pendekatan lintas pada pelaku
justice pada restorative justice dibawah umur dengan
pelaku di bawah pada pelaku di bawah pendekatan restorativ
umur di Polres umur di Polres justice. Praktis:
Kegunaan
Rumusan Pelalawan? Pelalawan Bagi Fakultas Hukum:
Masalah Tujuan Kegunaan Hasil penelitian ini
Bagaimanakah Penelitian diharapkan dapat
kendala dalam
menambah wawasan ilmu
penegakan Untuk mengetahui pengetahuan
hukum Hambatan dan kendala Bagi Mahasiswa:
terhadap dalam penegakan Tambahan literatur dan
kecelakaan lalu hukum terhadap penelitian lanjutan
lintas pada Bagi Peneliti: Penelitian
kecelakaan lalu lintas ini dapat menjadi sarana
pelaku di pada pelaku di bawah untuk mengukur
bawah umur umur dengan prinsip kemampuan peneliti dan
dengan prinsip Restorative Justice di sebagai wujud tanggung
Restorative Polres Pelalawan jawab moral
Justice di Bagi masyarakat lain:
Polres memberikan pengetahuan
bagi masyarakat mengenai
Pelalawan?
alternatif penegakan
hukum
LANDASAN TEORI
Yuniar Ariefianto, Penerapan Restoratif Justice Dalam Penegakan Hukum
Terhadap Kasus Kecelakaan Lalu Lintas, Fakultas Hukum Universitas
1 Brawijaya, 2018.
Fitri Nuraini, Penerapan Mediasi Penal Oleh Lembaga Kepolisian Dalam
Penanganan Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas Sebagai Upaya
2 Mewujudkan Restorative Justice (Studi Di Kepolisian Resort Kota Surakarta),
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, 2015
Abdurrahman, Penegakan Hukum Terhadap Kasus Kecelakaan Lalu Lintas
Oleh Anak di Bawah Umur Melalui Restorative Justice (Studi Kasus di Polres
3 Malang), 2014, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang.
Abdurrahman, Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Oleh Anak di
Bawah Umur Melalui Restorative Justice (Studi Kasus di Polres Malang),
Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang, 2014.

Perbedaan Penelitian terdahulu dengan penelitian yang penulis lakukan


terletak pada obyek dan fokus penelitian, Untuk mengetahui penegakan
hukum terhadap kecelakaan lalu lintas melalui pendekatan restorative
justice pada pelaku di bawah umur hambatan serta kendala dalam
penegakan hukum terhadap kecelakaan lalu lintas pada pelaku di bawah
umur dengan prinsip Restorative Justice di Polres Pelalawan
LANDASAN TEORI

TEORI PENEGAKAN HUKUM TEORI RESTORATIVE JUSTICE

 Penegakan hukum adalah proses  Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau peneliti dapat mendefinisikan bahwa
berfungsinya norma-norma hukum secara restorative justice adalah pada prisipnya
nyata sebagai pedoman prilaku manusia merupakan suatu pendekatan yang dipakai
yang melakukan kontak sosial. untuk menyelesaikan masalah di luar
 Lawrence M. Friedman mengemukakan pengadilan dengan mediasi atau musyawarah
bahwa efektif dan berhasil tidaknya dalam mencapai suatu keadilan yang
penegakan hukum tergantung tiga unsur diharapkan oleh para pihak yaitu antara lain
sistem hukum, pelaku tindak pidana serta korban tindak
1. struktur hukum (struktur of law) pidana untuk mencari solusi terbaik yang
menyangkut aparat penegak hukum disepakati oleh para pihak.
2. substansi hukum (substance of the law)  Menurut Sarre: Keadilan restorative bekaitan
perangkat perundang-undangan dengan bagaimana membangun kembali
3. budaya hukum (legal culture) merupakan hubungan setelah terjadi suatu tindak
hukum yang hidup (living law) yang dianut pidana, bukannya membangun tembok
dalam suatu masyarakat pemisah antara para pelaku tindak pidana
dengan masyarakat mereka, yang merupakan
hallmark (tanda/karakteristik) dari sistem-
sistem peradilan pidana modern.
METODE PENELITIAN
Teknik
• Sampel dalam penelitian Analisis
Sumber ini adalah : Data
• Jenis Penelitian ini Data • Kasat Reskrim Polres
termasuk jenis Pelalawan: 1 (satu)
penelitian Yuridis • Data Primer adalah data orang
Empiris. Yang yang diperoleh dari pihak • Kasat Lantas Polres • Analisa data adalah proses
dimaksud pertama dilapangan dengan Pelalawan: 1 (satu) orang mencari dan menyusun
”Penelitian Hukum melakukan wawancara. • Penyidik Pembantu Polres secara sistematis data
Empiris/ sosiologi • Data Sekunder merupakan Pelalawan : 2 (dua) yang diperoleh dari hasil
yaitu Penelitian data dalam penelitian yang orang wawancara, catatan
yang mengkaji diambil dari studi • Pelaku dibawah umur lapangan, dan
hukum dalam kepustakaan yang terdiri dalam kasus kecelakaan dokumentasi dengan cara
realitas / dari: bahan hukum primer, lalu lintas: 8 Orang mengorganisasikan data ke
kenyataan di dalam bahan hukum sekunder, dan • Orang Tua Korban dalam dalam kategori kemudian
masyarakat”. bahan non hukum. kasus kecelakaan lalu dideskripsikan setelah itu
lintas: 8 Orang dianalisis pokok
Jenis permasalahan tersebut
Penelitian Sampel dan dengan deduktif, yaitu
bertolak dari hal-hal yang
Populasi bersifat umum ke khusus.
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I: PENDAHULUAN BAB III: HASIL PENELITIAN DAN
A. Latar Belakang PEMBAHASAN
B. Rumusan Masalah A. Penegakan Hukum Terhadap
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Kecelakaan Lalu Lintas Melalui
D. Tinjauan Pustaka Pendekatan Restorative
E. Teori Justice
F. Metode Penelitian B. Kendala Dan Hambatan
G. Sistematika Penulisan Penerapan Restorative Justice
BAB II: TINJAUAN TEORITIS/GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV: PENUTUP
H. Kecelakaan Lalu Lintas C. Kesimpulan
1. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas D. Saran/Rekomendasi
2. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas DAFTAR PUSTAKA
3. Landasan Yuridis Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
4. Ruang Lingkup Penegakan Hukum Kecelakaan Lalu Lintas
B. Tinjauan Umum Restorative Justice
5. Pengertian Restorative Justice
6. Pendekatan dan Prinsip Keadilan Restorative
7. Sejarah Restorative Justice dan Perkembangannya di
Beberapa Negara
4. Tujuan Restorative Justice
C. Ketentuan yang Mengatur Anak Sebagai Pelaku Kejahatan
8. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
9. Berdasarkan Peraturan Per-Undang-undangan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Kecelakaan Lalu Lintas Melalui Pendekatan Restorative Justice Terhadap
Pelaku Dibawah Umur di Polres Pelalawan

Penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu dari fungsi lalu lintas
yang mempunyai peranan agar perundang-undangan lalu lintas ditaati oleh setiap pemakai jalan.
Pada dasarnya kegiatan penegakan hukum lalu lintas dapat dikelompokan menjadi dua bagian
yaitu: Pertama, penegakan hukum lalu lintas bidang preventif yang meliputi kegiatan-kegiatan
pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas dan patroli lalu lintas, dimana
dalam pelaksanaannya kegiatan-kegiatan tersebut merupakan suatu sistem keamanan lalu lintas
yang antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya tidak dapat dipisah- pisahkan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
KUHAP, menyebutkan penyidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia atau Pegawai negeri
sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

Disamping itu KUHAP juga memberikan kewenangan penyidik sebagai berikut:


 Penangkapan.
 Penahanan
 Melakukan pemeriksaan ditempat kejadian Perkara 4. Melakukan
penggeledahan
 Melakukan pemeriksaan tersangka dan introgasi
 Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
 Melakukan penyitaan
 Melimpahkan perkara.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kecelakaan lalu lintas diatur berdasarkan ketentuan undang-undang


nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 229
menyebutkan bahwa:
“Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan kerugian dan/atau kerugian harta benda,
apabila pelanggaran tersebut menimbulkan konsekuensi pidana yang
terletak pada pelanggaran itu, maka pelanggaran itu merupakan
tindakan pidana.”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1
Pelaksanaan Restorative Justice pada Kasus Kecelakaan
Melibatkan Anak-Anak di Polres Pelalawan

Pelaksanaan Restorative Justice


Tahun Berhasil Tidak Berhasil
Restorative Justice Restorative Justice
2019 19 24
2020 27 30
2021 31 34
Jumlah 77 88
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menurut UU SPPA, Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak


dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Diversi
juga dapat diartikan pemberian kewenangan kepada aparat penegak
hukum untuk mengambil tindakantindakan kebijaksanaan dalam
menangani permasalahan pelanggar anak dengan tidak mengambil jalan
formal antara lain menghentikan atau tidak meneruskan/melepaskan
dari proses peradilan pidana atau memgembalikan/menyerahkan kepada
masyarakat dalam bentuk-bentuk kegiatan pelayanan sosial lainnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Kendala Dan Hambatan Penerapan Penegakan Hukum kecelakaan lalu lintas melalui
Pendekatan Restorative Justice Terhadap Pelaku Dibawah Umur di Polres Pelalawan

Penegakan hukum akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Demikian pula halnya
dengan upaya penegakan hukum yang terkait dengan penyelesaian perkara kecelakaan
lalu lintas ringan dengan cara restoratif yang berupaya untuk lebih mewujudkan rasa
keadilan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono


Soekanto, antara lain:
1. Faktor hukum
2. Faktor penegak hukum
3. Faktor sarana dan pranasana
4. Faktor masyarakat
5. Faktor kebudayaan atau budaya hukum
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Penegakan hukum terhadap kecelakaan lalu lintas melalui pendekatan restorative justice
pada pelaku di bawah umur dengan kelalaiannya mengakibatkan korban luka ringan di
wilayah hukum Polres Pelalawan dilaksanakan berdasarkan Surat Kapolri No Pol:
B/3022/XII/2009/SDEOPS Tanggal 14 Desember 2009 tentang penanganan perkara melalui
Alternative Dispute Resolution (ADR), Penerapan restorative justice ini dilaksanakan dengan
berdasarkan diskresi dan intervensi dari kepolisian dalam penyelesaian perkara lalu lintas
yang dilakukan oleh anak dibawah umur dengan korban luka ringan berdasarkan ketentuan
Undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian Republik Indonesia.
2. Kendala dan hambatan penerapan restorative justice terhadap pelaku dibawah umur di
Polres Pelalawan yang melanggar Undang-Undang Lalu Lintas adalah karena faktor
perundang-undangan sering salah tafsir, dalam Faktor penegak hukum yaitu kurangnya
pengetahuan dan keterampilan penyidik dalam penyelesaian perkara pidana lalu lintas, Faktor
sarana dan prasarana, Faktor masyarakat yang tidak tau informasi tentang Restorative Justice,
Faktor Kebudayaan karakter personal pelaku dan korban serta keluarganya yang tidak
mendukung penyelesaian perkara di luar peradilan atau perdamaian, tidak memberikan
pilihan atau peluang untuk pihak pelaku anak dibawah umur untuk melakukan silaturahmi
dan menyampaikan bela sungkawa ke pihak korban, ataupun melakukan musyawarah serta
memintakan pendampingan dari Balai Pemasyarakatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Perlu untuk mengakomodir hukum yang hidup di masyarakat (living law) dalam
merumuskan Undang-Undang Lalu Lintas, khususnya mengenai penyelesaian
perkara kecelakaan lalu lintas pada pelaku dibawah umur dengan pendekatan
restorative justice seyogyanya diatur mengenai penyelesaian perkara di luar
pengadilan, mengingat praktik penyelesaian perkara di luar pengadilan lebih
dominan terjadi dibandingkan penyelesaian melalui proses peradilan pidana.
2. Agar penyelesaian perkara secara damai restorative justice di luar pengadilan dapat
lebih mewujudkan keadilan, perlu adanya pemahaman yang diberikan kepada
masyarakat, khususnya korban dan pelaku mengenai hak-hak dan kewajiban yang
harus dilaksanakan terkait dengan penyelesaian perkara dengan cara kekeluargaan.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai