Anda di halaman 1dari 17

Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu dan bahan hukum yang digunakan yaitu

Lintas Yang Berorientasi Pada bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
Hasil penelitian menunjukan
Restorative Justice bahwa dalam penyelesaian perkara
Oleh: Aprison Haga pelanggaran lalu lintas yang terjadi
wilayah hukum Polres Sabu Raijua, maka
aprisonhaga@gmail.com
jalan yang terbaik adalah dengan
ABSTRAK menerapkan penyelesaian restorative
justice (keadilan restoratif) yaitu
Aprison Haga, Penyelesain mempertemukan antara pelaku dan korban,
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas Yang dan pihak keluarga untuk menyelesaikan
Berorientasi pada Restorative Justice, perselisihan dengan disaksikan oleh pihak
Ditinjau Dari Surat Edaran Kapolri Polsek Sabu Barat. Dan Penyidik
Nomor 8 Tahun 2018, (Studi Kasus Di pertimbangkan perlunya pendekatan
Wilayah Hukum Polres Sabu Raijua), di restorative justice dalam kasus kecelakaan
bimbing oleh Nikolas Manu dan Deddy lalu lintas yang saling menghormati antara
R. CH. Manafe. Undana, Fakultas korban dan pelaku agar tidak terjadi
Hukum Bagian Pidana. perselisihan yang terjadi di kemudian hari.
Penerapan restorative justice atau Dalam kasus ini penulis
keadilan restoratif pada kasus kecelakaan menyarankan kepada penyidik Polsek
lalu lintas dalam perkara pidana di Resor Sabu Barat dapat meningkatkan
Sabu Barat sudah dilaksanakan tetapi pengetahuan dan pemahaman terhadapa
menemui berbagai hambatan. Kasus yang ketentuan peraturan perundang-undangan
telah mediasi menggunakan pendekatan yang berlaku tentang penerapan keadilan
restorative justice periode 1 Januari 2018 restoratif dalam kasus kecelakaan lalu
sampai dengan 31 Desember 2018 tercatat lintas (tabrakan) dan penanggulangan
sebanyak 18 kasus yang telah di mediasi. perkara kasus kecelakaan lalu lintas di
Hambatan penerapan restorative justice wilayah hukum Polres Sabu Raijua, juga
yang di tinjau dari Surat Edaran Kapolri dapat dilakukan di lingkungan masyarakat
No. 8 tahun 2018 tentang penerapan baik di desa-desa atau kelurahan dan
restorative justice dalam perkara pidana sekolah-sekolah tingkat SMA.
Resor Sabu Raijua. Kata Kunci: Penyelesain, Kasus
Penelitian ini bertujuan untuk kecelakaan lalu lintas, Rsetorative Justice
mengetahui menganalisis penyelesaian
kasus kecelakaan lalu lintas dengan
pendekatan restorative justice dan apa
faktor penghambat penerapan restorative
justice dalam kasus kecelakaan lalu lintas
yang terjadi di wilayah hukum Polres Sabu
Raijua. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
Empiris artinya bahwa dalam menganalisis
permasalahn dilakukan dengan cara
memadukan bahan-bahan hukum (yang
merupakan data sekunder) dengan data
primer yang diperoleh di lapangan. Sunber
ABSTRACT restorative justice approach in traffic
Aprison Haga, Resolving Traffic accident cases that respects each other
Accident Cases Oriented to Restorative between victims and perpetrators so that
Justice, Judging from the Chief of Police's disputes do not occur in the future.
Circular Letter Number 8 of 2018, (Case Keywords: Settlement, traffic accident
Study in the Legal Area of the Sabu Raijua cases, restorative justice
Police), supervised by Nikolas Manu and
Deddy R. CH. Manafe. Undana, Faculty
of Law Criminal Section.
The application of restorative
justice in traffic accident cases in criminal
cases at the West Sabu Resort has been
implemented but encountered various
obstacles. Cases that had been mediated
using a restorative justice approach for
the period January 1 2018 to December 31
2018 recorded 18 cases that had been
mediated. Obstacles to the application of
restorative justice in terms of the Chief of
Police Circular Letter No. 8 of 2018
concerning the application of restorative
justice in criminal cases at the Sabu
Raijua Resort.
This study aims to analyze the
settlement of traffic accident cases with a
restorative justice approach and what are
the inhibiting factors for the application of
restorative justice in traffic accident cases
that occurred in the jurisdiction of the
Sabu Raijua Police. The research method
used in this study is an empirical method,
meaning that in analyzing the problem, it
is done by combining legal materials
(which are secondary data) with primary
data obtained in the field. Sources and
legal materials used are primary,
secondary and tertiary legal materials.
The results of the study show that
in resolving traffic violation cases that
occur under the jurisdiction of the Sabu
Raijua Police, the best way is to apply
restorative justice, namely bringing
together perpetrators and victims, and
families to resolve disputes witnessed by
the Polsek West Sabbath. And
investigators consider the need for a
Pendahuluan penal merupakan dimensi baru dikaji dari

Keadilan restoratif merupakan aspek teoritis dan praktik dikadji dari

suatu bentuk model pendekatan baru dimensi praktik maka mediasi penal akan

dalam penyelesaian perkara pidana, berkorelasi dengan pencapain dunia

pendekatan restorative justice (keadilan peradilan. Seiring berjalannya waktu

restoratif) ini sebenarnya telah digunakan dimana semakain hari terjadi peningkatan

di beberapa negara dengan fokus jumlah volume perkara dengan segala

pendekatan kepada pelaku, korban dan bentuk maupun variasinya yang masuk ke

masyarakat dalam proses penyelesaian pengadilan, sehingga konsekuensinya

kasus hukum yang terjadi diantara mereka. dalam memeriksa dan memutuskan

Keadilan restoratif merupakan filosofi perkara sesuai asas “peradilan sederhana,

hukum baru yang merupakan gabungan cepatdan biaya ringan” tanpa harus

dari teori pemidanaan yang ada, perdamain mengorbankan pencapain tujuan peradilan

antara korban dan pelaku atau pihak yang yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan

bersengketa serta perdamaian yang keadilan. Apakah semua perkara pidana

dimaksud bertujuan agar keadaan yang harus diajukan dan selesaikan dimuka

menimbulkan perselisihan atau pengadilan, ataukah ada perkara-perkara

persengketaan itu bisa dinetralisir sehingga tertentu yang memungkinkan diselesaiakan

antara korban dan pelaku kembali menjadi melalui pola mediasi penal. Pada polarisasi

seperti semula sebelum terjadi dan mekanisme mediasi penal, sepanjang

persengketaan inilah yang dinamakan hal tersebut sunguh-sunguh dikehendaki

perdamaian. bersama oleh para pihak (pelaku dan

Eksistensi penyelesaian perkara di korban), serta untuk mencapai kepentingan

luar pengadilan melalui restorative yang lebih luas, yaitu terpeliharanya

justice(Keadilan Restoratif) atau mediasi harmonisasi sosial.


Dalam dasar hukum atau payung anak di pengadilan negeri wajib

hukum bagi polri pada penyelesaian diupayakan diversi;

perkara pidana diluar pengadilan yang 3) Pasal 15 ayat (2) Undang-undang

mencermikan penerapan prinsip keadilan Nomor 42 Tahun 1999 tentang

restoratif (restorative justice) dan dapat Jaminan Fidusia bahwa jaminan

dijadikan acuan dalam penerapan prinsip sertifikat Jaminan Fidusia

keadilan restoratif (restorative justice) mempunyai kekuatan

terhadap perkara pidana adalah sebagai eksekutorial yang sama dengan

berikut:1 putusan pengadilan yang telah

1) Pasal 76 ayat (1) KUHP bahwa memperoleh kekuatan hukum

kecuali dalam hal putusan hakim tetap;

masih mungkin diulangi, orang 4) Pasal 51 ayat (7) Undang-undang

tidak boleh dituntut dua kali Nomor 21 Tahun 2001 tentang

karena perbuatan yang oleh Otonomi Khusus bagi Provinsi

hakim Indonesia terhadap dirinya Papua bahwa untuk

telah diadili dengan putusan yang membebaskan pelaku, diperlukan

menjadi tetap; pernyataan persetujuan untuk

2) Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang dilaksanakan dari Ketua

Nomor 11 Tahun 2012 tetang Pengadilan Negeri yang

Sistem Peradilan Pidana Anak mewilayahinya yang diperoleh

pada tingkat penyidikan, melalui Kepala Kejakasaan

penuntutan, dan pemeriksaan Negeri yang bersangkutan

1
dengan tempat terjadinya
Kepastian Hukum, penjelasan Pasal 76 KUHP,
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun
2012 Sistem Peradiala Pidana Anak, Pasal 15 ayat peristiwa pidana;
(2) Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, Pasal 51 ayat (7) Undang-undang Nomor
21 Tahun 2001 tentang otonomi Khusus Provinsi
Papua.
Keunggulan utama suatu tahun 1981 tentang Hukum Acara

penyelesaian perkara pidana diluar Pidana bahwa tindakan

pengadilan dengan berorientasi Restorative lainsebagaimana dimaksud dalam

Justice (keadilan restoratif) adalah Pasal 16 ayat (1) adalah tindakan

keputusan yang dibangu oleh para pihak penyelidikan dan penyidikan yang

sendiri (win win solution) lebih dilaksanakan jika memenuhi syarat

mencerminkan rasa keadilan. Bahwa sebagai berikut:

pelaksanaan kewenangan penyelidikan dan a. Tidak bertentangan dengan

penyidikan tindak pidana oleh penyidik suatu aturan hukum;

polri yang menerapkan prinsip keadilan b. Selaras dengan kewajiban

restoratif (Restorative Justice) dalam hukum yang mengharuskan

metode penyelidikan dapat didasarkan tindakan tersebut dilakukan;

pada ketentuan sebagai berikut: c. Harus patut, masuk akal, dan

1) Pasal 7 ayat (1) huruf j Undang- termasuk dalam lingkungan

undang Nomor 8 Tahun 1981 jabatannya;

tentang Hukum Acara Pidana, d. Pertimbangan yang layak

bahwa penyidik karena kewajiban berdasarkan keadaan yang

mempunyai wewenag mengadakan memaksa;

tindakan lain menurut hukum yang e. Menghormati hak asasi

bertanggung jawab; manusia.

2) Pasal 16 ayat (1) huruf L dan Pasal 3) Pasal 18 Undang-Undang Nomor 2

18 Undang-undang Nomor 2 tahun Tahun 2002 tentang Kepolisian

2002 tentang Kepolisian Republik Republik Indonesia, bahwa untuk

Indonesia dan Pasal 5 ayat (1) kepentingan umum pejabat

angka 4 Undang-Undang Nomor 8 Kepolisian Republik Indonesia


dalam melaksankan tugas dan Isi
A. Penerapan Restorative Justice
wewenagnya dapat bertindak
(Keadilan Restoratif) dalam Kasus
menurut penilaiannya sendiri, Pasal Kecelakaan Lalu Lintas Yang Di

18 ayat (2) Undang-Undang Wilayah Hukum Polres Sabu Raijua

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kondisi hukum positif di bidang

Kepolisian Republik Indonesia pidana di Indonesia seperti ini tentu tidak

sebagaimana yang diatur dalam dapat dibiarkan atau menunggu sampai

Pasal 18 ayat (1) hanya dapat adanya perubahan hukum yang

dilakukan dalam keadaan sangat memungkinkan diterapkan konsep

perlu dengan memprhatikan restorative justice. Artinya secara praktis

peraturan perundang-undangan tidak dapat mengandakan pada keberadaan

serta kode Etik profesi Kepolisian hukum positif terlebih dahulu yang

Republik Indonesia; memberi dasar legitimasi penerapan

4) Pasal 22 ayat (2) huruf b dan c konsep restorative justice dalam praktik

Undang-undang Nomor 20 Tahun penanggulangan kejahatan di Indonesia,

2014 tentang Administrasi terlebih ketika perubahan hukum acara

pemerintahan dinyatakan bahwa pidana atau hukum pidana pada umumnya

setiap penggunaan diskresi pejabat bukan menjadi prioritas legislasi.

pemerintahan, bertujuan untuk Restorative Justiceadalah keadilan

mengisi kekosongan hukum dan yang memulihkan hubungan sosial antara

memberikan kepastian hukum.2 pihak pelaku dan pihak korban kecelakaan

lalu lintas, restoratif artinya peulihkan


2
Pelaksanaan Kewenangan Penyidikan, Pasal 7 yaitu dengan cara ganti kerugian korban),
ayat (1) huruf J Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 16 ayat sehinggah dilakukan diversi atau
(1) huruf L dan Pasal 18 ayat 1, 2, Undag-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tengtang Kepolisian
Republik Indonesia, Pasal 22 ayat (2) huruf b dan pengalihan dari proses pidana ke proses
c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan.
perdamaian. Titik fokus penyelesaiannya kebutuhan para korban dan pelaku, serta

tidak diarahkan untuk menghukum pelaku masyarakat yang terlibat, bukan

kejehatan karena telah melanggar hukum memuaskan prinsip-prinsip hukum abstrak

Negara, melainkan pada upaya-upaya atau menghukum pelaku. Korban

untuk memulihkan hubungan-hubungan mengambil peran aktif dalam proses,

sosial dan keadilan masyarakat yang rusak sementara pelaku didorong untuk

akibat kejehatan. Metode keadilan mengambil tanggung jawab atas tindakan

restoratif menekankan keterlibatan aktif mereka, "untuk memperbaiki kerugian

pihak-pihak yang terdampak (langsung yang telah mereka lakukan dengan

maupun tidak) dari kejehatan yang terjadi meminta maaf, mengembalikan kerugian

untuk menemukan jalan penyelesaian,tidak yang dialami korban atau pelayanan

bergantung pada penegak hukum Negara masyarakat. Restorative melibatkan baik

dengan mekanisme formal yang berlaku, korban maupun pelaku dan berfokus pada

melainkan ditandai dengan proses yang kebutuhan mereka secara pribadi. Selain

bersifat informal dan kesukarelaan.3 itu, ia menyediakan bantuan bagi pelaku

Dalam salah satu ensiklopedia untuk menghindari pelanggaran di masa

online, dikatakan bahwa restorative justice datang. Hal ini didasarkan pada sebuah

(atau sering juga disebut "reparative teori keadilan yang menganggap kejahatan

justice") atau secara istilah dalam bahasa dan pelanggaran merupakan pelanggaran

Indonesia dapat diterjemahkan dengan terhadap individu atau masyarakat, bukan

"peradilan atau keadilan restoratif atau negara. Keadilan restoratif yang

reparatif" merupakan suatu pendekatan menumbuhkan dialog antara korban dan

untuk peradilan yang berfokus pada pelaku menunjukkan tingkat tertinggi

3
Afthonul Afif, Pemaafan, Rekonsiliasi & kepuasan korban dan akuntabihtas pelaku.
Restorative Justice; Diskursus Perihal
Pelanggaran Dimasa Lalu Dan Upaya-Upaya
Melampauinya, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2015,
hlm. 328-329.
Restorative justice atau keadilan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana.

restoratif adalah penyelesaian perkara Sehingga, peradilan pidana bukan semata-

tindak pidana dengan melibatakan pelaku, mata bertujuan menghukum atau meminta

korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak pertanggungjawaban pelaku, namun

lain yang terkait untuk bersama-sama kebutuhan atau kepentingan korban

mencari penyelesaian yang adil dengan mendapatkan perhatian yang seimbang

menekankan pemulihan kembali pada dalam proses peradilan yang dapat

keadaan semula dan bukan pembalasan. dikukuhkan melalui putusan pengadilan

Dalam hukum pidana Indonesia biasanya Sebagian besar kecelakaan lalu

penyelesaian perkara menekankan pada lintas diakibatkan oleh kesalahan dan

penerapan reributive justice. Pendekatan kelalaian manusia (human error). Ketidak-

retributive justice ini perlu direformasi taatan pengemudi/pengendara pada

yaitu alternatife penyelesaian masalah peraturan lalu lintas adalah sebagai

pidana dengan penekanan pada pemulihan penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu

masalah/konflik dan pengambilan lintas tersebut, disamping buruknya

keseimbangan masyarakat yakni dengan karakter pribadi pengemudi/pengendara

rsetirstive justice.4 seperti ingin menang sendiri, tak peduli

Berdasarkan definisi tersebut dapat atas orang lain sehinggah orang lain

diambil pengertian bahwa restorative menjadi susah karenanya, selain itu

justice merupakan desain peradilan pidana penyebab lain adalah mau untung

yang memerhatikan kepentingan atau sebanyak-banyaknya walaupun harus

kebutuhan korban, keluarga, dan mencelakakan orang lain.5

masyarakat yang terpengaruh atas dasar Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian


4
Ali Sodikin, Restorative Justice dalam
Tindak Pidana Pembunuhan: Persfektif Hokum
5
Pidana Indonesia dan Hukum Pidana Islam, dalam Marjan Miharja, Diversi Dan Restoratif Justice
As-Syari`ah, 49,Edisi 1 Juni 2015,H.29. dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas, h.5.
Empiris. Penelitian menggunakan jenis- banyak tuntutan korban dan keluarga

jenis data yang terdiri dari dua jenis data. korban dalam proses mediasi dilihat dari

Yang pertama data primer yang di dapat kerugian yang cukup banyak. Namun

langsung dari responden. Data yang berbeda untuk Provinsi Nusa Tenggara

diperoleh secara langsung dari penelitian Timur khususnya kabupaten Sabu Raijua

lapangan (field research) berupa hasil karena adanya Surat Edaran Kapolri

wawancara yang dilakukan dengan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penerapan

narasumber berdasarkan pengetahua, Keadilan Restoratifdalam penyelesaian

pengalaman dan penjelasan dari pihak perkara pidana. Dalam sistem

korban, keluarga korban, pihak pelaku, dan restorativejustice yaitu membangun

keluarga pelaku serta pihak yang berada di partisipasi bersama antara pelaku, korban,

Polsek Sabu Barat. Dan yang kedua data dan kelompok masyarakat untuk

sekunder diperoleh melalui mencatat data- menyelesaikan suatu peristiwa atau tindak

data yang ada dilokasi penelitian, buku- pidana. Menempatkan pelaku, korban, dan

buku, surat kabar, browsing melalui masyarakat sebagai stakeholders yang

internet, serta literatur ilmiah lain yang bekerja sama dan langsung berusaha

berhubungan dengan permasalah skripsi menemukan penyelesaian yang dipandang

ini. adil bagi semua pihak (win win solution).6

Dari hasil penelitian yang Dalam penyelesain kasus

dilakukan penulis terlihat bahwa dalam kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sabu

penyelesaiyan kasus kecelakaan lalu lintas Raijua dengan adanya Surat Edaran

yang berorientasi pada restorative Kapolri Nomor 8 Tahun 2018 tentang

justicedengan acuan Surat Edaran Kapolri penerapan keadilan restoratif dapat

Nomor 8 Tahun 2018, proses mediasi tidak


6
Bagir Manan, Restorative Justice (suatu
berjalan dengan mudah karena begitu perkenalan) dalam buku Refleksi dinamika hukum
rangkaian pemikiran dalam decade trakhir,
(Jakarta: Perum Percetakan Negara RI, 2008), h. 4.
melakukan penerapan restorative justice 3. Korban bersama keluarga

dalam kasus kecelakaan lalu lintas yang mengetahui kekurangan keluarga

terjadi di Wilayah hukum Polres Sabu pelaku yaitu keluarga yang kurang

Raijua sebagai berikut: mampu atau tingkat ekonomi

1. Penyidik mengalihkan perkara keluarga dibawa rata-rata.

kasus kecelakaan lalu lintas dan 4. Korban bersama keluarga

memberikan kesempatan kepada memaafkan pelaku tanpa ada

pelaku bersama keluarga pelaku paksaan, disatu sis pelaku

dan korban bersama keluarga merupakan cucu korban yang

korban berdamai artinya karena dimana keluarga korban serta

pelaku merupakan anak sehinggah korban masih memiliki hubungan

penyidik berikan kesempatan keluarga yang cukup dekat.

kepada para pihak, baik pelaku 5. Kuatnya dukungan dari keluarga

bersama keluarga dan korban korabn juga penyidik mendukung

bersama keluarganya. korban untuk berdamai dengan

2. Penyidik akan membantu keluarga pelaku bersama keluarganya.

korban memproses Asuransi Jasa 6. Pelaku dan bersama keluarga

Raharja dapat membantu korban bersedia untuk berdamai dan dalam

dan keluarga untuk biaya mediasi tersebut, diantaranya

pengobatan korban juga untuk keluarga korban dan keluarga

biaya kerusakan kendaraan korban, pelaku berhasil didamaikan.

walaupun itu adalah kewajiban Selain itu penerapan keadilan

Negara untuk membantu korban restoratif hanya dapat dilakukan terhadap

kecelakaan lalu lintas. tindak pidana sebelum penyidik mengirim

Surat Pemberitahuan Dimulainya


Penyidikan (SPDP) ke Jaksa Penuntut bentuk maupun variasinya yang masuk ke

Umum. Dengan demikian penyelesaian pengadilan, sehinggah konsekuensinya

perkara kecelakaan lalu lintas antara dalam memeriksa dan memutuskan

pelaku dan korban tindak pidana perkara sesuai asas peradilan “sederhana,

kecelakaan lalu lintas (tabrakan) melalui cepat dan biaya ringan” tanpa harus

keadilan restoratif yang dilakukan oleh mengorbankan pencapaian tujuan

penyidik Polsek Sabu Barat, diharapkan peradilan yaitu kepastian hukum,

dapat mengembalikan keseimbangan kemanfaatan dan keadilan. Pada polarisasi

kepentingan dengan mengutamakan dan mekanisme mediasi penal, sepanjang

korban yang dirugikan akibat perbuatan hal tersebut sungguh-sungguh dikehendaki

pelaku tindak pidana baik secara sengaja bersama para pihak (keluarga pelaku dan

atau pun tidak sengaja. keluarga korban maupun korban) serta

B. Restorative Justice (Keadilan untuk mencapai kepentingan yang lebih


Restoratif) Kasus Kecelakaan Lalu
luas, yaitu terpeliharanya harmonisasi
lintas Yang Terjadi Di Wilayah
sosial. Dalam setiap aktivitas masyarakat
Hukum Polres Sabu Raijua
bepergian baik untuk anak-anak dan orang
Eksistentsi penyelesaian perkara
dewasa aktivitas setiap hari membutuhkan
diluar pengadilan melalui restorative
kendaraan bermotor biasanya sepeda
justice (keadilan restoratif) atau mediasi
motor. Misalnya setiap pagi berangkat
penal merupakan dimensi yang dikaji dari
bekerja untuk orang dewasa atau
aspek teoritis dan praktisi dikaji dari
mengantarkan anak ke sekolah dan anak-
dimensi praktik maka mediasi penal akan
anak pergi ke sekolah atau ke tempat-
berkorelasi dengan pencapain dunia
tempat tertentu. Oleh karena itu di
peradilan. Seiring berjalannya waktu
Kabupaten Sabu Raijua minim terjadi
dimana semakin hari terjadi penigkatan

jumlah volume perkara dengan segala


kasus kecelakaan lalu lintas (tabrakan) yang memfokuskan perhatian kepada

khususnya sepeda motor. pelaku, korban maupun keluarga korban.

Dalam mengatasi kasus kecelakaan Dimana keadilan restoratif mengandung

lalu lintas (tabrakan) khususnya kendaraan nilai teori pemidanaan yang terdapat dalam

roda dua atau sepeda motor di Kabupaten teori pemidanaan retributif, deterrence,

Sabu Raijua tidak semudah membalikan rehabilitation, resocialization yang

telapak tangan, tapi dengan adanya Surat memfokuskan pada pemulihan pelaku

Edaran Kapolri nomor 8 Tahun 2018 keadilan restoratif yang memperhatikan

tentang penerapan keadilan restoratif kepentingan korban dan keluarga korban.7

(restorative justice) dalam penyelesain Surat Edaran Kapolri dan Perkap

perkara pidana. Oleh karena itu keadilan itulah yang saat ini dijadikan landasan

restoratif sangatlah mempermudah dalam hukum dan pedoman bagi penyelidik dan

mengatasi penyelesaian perkara pidana penyidik Polri yang melaksanakan

dalam hal ini kasus kecelakaan lalu lintas penyelidikan/penyidikan, termasuk sebagai

(tabrakan) kendaraan roda dua di wilayah jaminan perlindungan hukum serta

hukum polres Sabu Raijua. pengawasan pengendalian, dalam

Pada proses penyelesaian kasus penerapan prinsip keadilan restoratif

kecelakaan lalu lintas ini di wilayah (restorative justice) dalam konsep

hukum polres Sabu Raijua yang di tangani penyelidikan dan penyidikan tindak pidana

oleh penyidik Polsek Sabu Barat demi mewujudkan kepentingan umum dan

diterapkannya Surat Edaran Kapolri rasa keadilan masyarakat, sehingga dapat

Nomor 8 Tahun 2018 tentang penerapan mewujudkan keseragaman pemahaman

keadilan restoratif dalam penyelesaian

perkara pidana, keadilan restoratif yang 7


Henny Saida Flora, Keadilan Restoratif Sebagai
Alternatif Dalam Penyelesaian Tindak Pidana
berorientasi pada penyelesaian perkara Dan Pengaruhnya Dalam Sistem Peradilan Di
Indoneasia, Jurnal Ubelaj, volume 3, No. 2,
(2018) : 147.
dan penerapan keadilan restoratif Kecamatan Sabu Barat, berawal dari

(restorative justice) di lingkungan Polri. sepeda motor jenis Honda Supra-X dengan

Saat penelitian ini dilakukan nomor polisi, DH 4876 EA yang

pelaksanaan Surat Edaran Kapolri Nomor dikendarai oleh korban, Anavia Dolorosa

8 tahun 2018 tentang Penerapan Wadu Doko (50 tahun) bergerak kearah

Restorative Justice dalam Perkara Pidana Seba dan sampai ke TKP dari arah

di Kepolisian Resort Sabu Barat sudah berlawanan, sepeda motor jenis Yamah

dilaksanakan. Berdasarkan data yang Jupiter-MX yang dikendarai oleh pelaku,

penulis peroleh di Polsek Sabu Barat Djian Adibu Hau Wele (16 tahun) depan

bahwa perkara yang telah dimediasi TNKB yang melambungdan terjadi

menggunakan pendekatan (restorative tabrakan atau kecelakaan lalu lintas dan

justice) keadilan restoratif periode dari 1 korban langsung bawah ke Puskesmas

Januari 2018 sampai dengan 31 Desember untuk pertolongan pertama karena korban

2018 tercatat sebanyak 28 perkara yang mengalami patah hidung dan pendarahan

telah dimediasi. Adapun rincian perkara dihidung, kaki patah setelah diperiksa, lalu

yang telah dilaksanakan menggunakan di rujuk ke Kupang untuk dilakukan

pendekatan restorative justice.8 operasi dengan kerugian mencapai 20 juta

Sebagai salah satu contoh dari biaya pengobatan korban, 15 juta biaya

perkara tersebut pada tanggal 04 Oktober kerusakan. Dalam tahap proses mediasi

2018. Adapun uraian singkat kejadian pelaku bersama keluarga pelaku tidak mau

perkara pada hari Kamis tanggal 04 berdamai karena tingginya biaya kerugian

Oktober 2018 sekitar pukul 06:40 Wita yang di alami korban. Setelah penyidik

telah terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan menjelaskan kepada pihak keluarga korban

trans Seba-Liae di Desa Nadawawi, dan keluarga pelaku untuk berdamai,

keluarga pelaku menerima sanksi ganti


8
Data Polsek Sabu Barat
kerugian kerusakan kendaraan dan biaya (Tiga Puluh Jutah Rupiah) untuk biaya

pengobatan korban juga dengan adanya pengobatan.

Surat Edaran Kapolri No.8/VII/2018 Sebagaimana yang telah

tentang Penerapan Keadilan Restoratif dikemukkan untuk menerapkan Surat

(Restorative Justice), ditahap ini korban Edaran Kapolri No.8/VII/2018, penyidik

dan keluarga korban menerima dimediasai polsek Sabu Baratkembali mengingatkan

disatu sisi karena pelaku merupakananak untuk penuhi syarat formildalam

maka sepakat berdamai akan tetapi pihak penerapan keadilan restoratif sebagai

keluarga pelaku harus mengganti kerugian berikut:

korban baik kerusakan kendaraan maupun 1. Surat permohonan perdamain

biaya pengobatan korban dan dimana antara kedua belah pihak berarti di

pihak keluarga pelaku Djian Adibu Hau sini jelas pelapor dan terlapor;

Wele hanya mampu mengganti kerugian 2. Surat pernyataan dan penyelesain

sebesar Rp. 3000.000.- (Tiga Jutah perselisihan para pihak yang

Rupiah) untuk biaya pengobatan dan berperkara, pelapor dan/atau

Rp.4000.000.- (Empat Jutah Rupiah) keluarga pelapor, terlapot dan/atau

kerusakan kendaraan. Keluarga korban dan keluarga terlapor dan melibatkan

korban menerima ganti kerugian itu karena toko masyarakat diketahui oleh

keluarga korban mengetahui keadaan atasan penyidik;

ekonomi keluarga yang mampu dan 3. Berita acara pemeriksaan tambahn

keluarga korban dan korban mendapat pihak yang berperkara telah

bantuan asuransi Jasa Raharja yang dilakukan penyelesaian perkara

dibantu prosesnya oleh penyidik bersama melalui keadilan restoratif

keluarga korban sebesar Rp.30.000.000.- (restorative justice). Jadi setelah

adanya perdamaian tadi, penyidik


melakukan pemeriksaan tambahan menimbulkan korban manusia,

kepada kedua belah pihak, yaitu artinya disini semua perkara yang

pelapor dan terlapor memastikan ada bukan berarti bisa dilakukan

bahwa surat pernyataan perdamain secara restorative justice, ada

tadi tidak ada unsur paksaan dari pembahasanya, yaitu apabila

pihak manapun. menimbulkan korban manusia,

4. Rekomendasi gelar perkara khusus seperti pembunuhan tidak

yang menyetujui penyelesaian dilakukan penyelesaian secara

keadilan restoratif (restorative restorative justice.

justice) artinya setelah diperiksa

harus dilakukan gelar perkara

khusus yang menyatakan bahwa

hasil dari perdamaian itu harus

jelas-jelas direkomendasi untuk

gelar perkara apakah itu dapat

dilakukan penyelesaian secara

restorative justice.

5. Pelaku tidak keberatan atas

tanggungjawab, ganti rugi, atau

dilakukan dengan sukarela member

perdamain.

6. Semua tindak pidana dapat

dilakukan secara keadilan restoratif

(restorative justice) terhadap

kejehatan umum yang tidak


Daftar Pustaka Dinamika Hukum Rangkaian Pemikiran
dalam Decade Trakhir.Jakarta: Perum
A. Sumber Buku
Percetakan Negara RI, 2008.

Afif, Afthounl.2015. Pemaafan,


Muladi.2013. Restorative Justice dalam
rekonsiliasi &Restorative Justice:
Sistem Peradilan Pidana dan
Diskursus Perihal pelanggaran di Masa
Implementasinya dalam Penyelesaian
Lalu dan Upaya-Upaya Melampauinya,
Tindak Pidana yang dilakukan oleh Anak-
Pustaka Pelajar, Yogkyakarta, hlm. 328-
Anak (Jakarta: BPHN), hlm 9-11dan hlm
329.
14.
Anleu, Sharyn L Roach.2010.Law and
Mulyadi, Lilik.2015.Media Penal Dalam
Social Change, Second Edition, Los
Sistem Peradilan Pidana Indonesia,
Angeles, SAGE, hlm. 165.
Alumni, Bamdung, hlm. 63-64.
Arief, Barda Nawawi.2007. Aspek
Mulyadi, Lilik.2008.Sistem Peradilan
Kebijakan Mediasi Penal dalam
Pidana Anak (Bandung:Alumni,2014)
Penyelesaian Sengketa di Luar
hlm.159
Pengadilan, Seminar Nasional
Pertanggungkawaban Hukum Korporasi Miharja, Marja, Diversi Dan Restoratif
dalam konteks Good Corporate Justice dalam Penanganan Kecelakaan
Governance, Program Doktor Iimu Hukum Lalu Lintas, h.5.
Universitas Diponegoro, Inter Continental Saida FloraHenny, Keadilan Restoratif
Hotel, Jakarta, 27, Maret, hlm. 1-2. Sebagai Alternatif Dalam Penyelesaian
Arikunto, Suharsimi.2012.Prosedur Tindak Pidana Dan Pengaruhnya Dalam
Penelitian Suatau Pendekatan Praktek, Sistem Peradilan Di Indoneasia, Jurnal
Jakarta, Rineka Cipta, hlm. 126 Ubelaj, volume 3, No. 2, (2018) : 147.
Sodikin Ali, Restorative Justice dalam
Data Polsek Sabu Barat, kamis 2 Juni-
Tindak Pidana Pembunuhan: Persfektif
Agustus 2022
Hokum Pidana Indonesia dan Hukum

Garner, Bryan A.2004. ed, Black`s Law Pidana Islam, dalam As-Syari`ah, 49,Edisi

Dictionary, Eight Edition, west, a 1 Juni 2015,H.29.

Thomson Business, Unitet state Of


Surbakti, Natangsa. Op Cit, hal. 53
America, hlm. 1340.
Purba, Jonlar.Op Cit, hlm. 55-56.
Manan, Bagir, Restorative Justice (suatu
perkenalan) dalam buku Refleksi
Prodjodikoro, Wirjono.2003.Asas-asas
Hukum Pidana, Refika Aditama, Jakarta,
hlm. 155.
B. Undang-Undang

Kepastian Hukum, penjelasan Pasal 76


KUHP, Pasal 7 ayat (1) Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2012 Sistem Peradiala
Pidana Anak, Pasal 15 ayat (2) Undang
Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, Pasal 51 ayat (7) Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi
Khusus Provinsi Papua.
Pelaksanaan Kewenangan Penyidikan,
Pasal 7 ayat (1) huruf J Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum
Acara Pidana, Pasal 16 ayat (1) huruf
Ldan Pasal 18 ayat 1, 2, Undag-undang
Nomor 2 Tahun 2002 tengtang Kepolisian
Republik Indonesia, Pasal 22 ayat (2)
huruf b dan c Undang-undang Nomor 30
Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan.
Surat Edaran Kapolri Nomor:
SE/8/VII/2018 tanggal 27 Juli 2018
Tentang Penerapan Keadilan Restoratife
(Restorative Justice) Dalam Penyelesaian
Perkara Pidana

Anda mungkin juga menyukai