Anda di halaman 1dari 51

Mesin Non Konventional

 Electrical discharge machining


 Wire EDM
 Chemical machining
 Electro chemical machining
 Ultrasonic Machining
 Laser beam machining
 Electron-beam machining and plasma-arc
cutting
 Water-jet machining
 Abrasive-jet machining
Mesin Non Konventional EDM
Proses EDM adalah proses pengerjaan material yang dikerjakan oleh
sejumlah loncatan bunga api listrik ( spark ) yang terjadi pada celah di
anatar katoda ( elektroda ) dengan anoda (benda kerja ). Loncatan
bunga api terjadi secara tidak kontinu tetapi secara periodik terhadap
waktu .
Produk Hasil Proses EDM
Produk Cetakan (Mould)
Keunggulan Mesin EDM
 Mampu mengerjakan bentuk-bentuk benda kerja yang
kompleks/rumit atau yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi.
 Tidak terjadi kontak langsung antara benda kerja dan elektroda,
sehingga memungkinkan pengerjaan benda kerja yang tipis.
 Gaya potong yang ditimbulkan relatip kecil sehinga pencekaman
benda kerja tidak significan dibanding dengan konventional.
 Dapat mengerjakan benda kerja yang sangat keras.
 Meskipun pengerjaannya berdasarkan panas akan tetapi panas
yang ditimbulkan tidak merambat ke seluruh benda kerja,
sehingga tidak mengubah struktur mikro dan sifat mekanis
benda kerja.
 Hampir semua pekerjaan yang dilakuakn pada mesin
konvensional dapat dikerjakan dengan proses ini.
Kekurangan /keterbatasan Mesin EDM
 Laju kausan elektroda yang relative rendah bila
dibandigkan dengan proses non konvensional yang
lain sehingga membutuhkan proses yang lebih lama.
 Hanya mampu diterapkan pada benda kerja yang
bersifat konduktor.
 Proses yang berlangsung berpengaruh terhadap
kekerasan benda kerja pada permukaanya.
PRINSIP KERJA DASAR MESIN EDM
Prinsip EDM
 Teknik pemotongan dimana elektric spark digunakan untuk
memotong benda kerja dengan menggunakan elektroda
 Elektroda terbuat dari material konduktif, biasanya karbon,
tembaga crom
 Elektroda untuk die sinking, dibuat sesuai dengan bentuk rongga
yang diinginkan
 Menggunakan fluida bersifat non conductor dielektrik
 Mekanisme servo mempertahankan suatu gap yang konstan
dengan jarak 0.0005-0.001 in ( 0.01-0.02 mm) antara elektroda
dan benda kerja
 Elektroda dan benda kerja berada dalam cairan dielektrik
(dielectric fluid) yang pada dasarnya bersifat sebagai media
isolator.
Untuk memungkinan terjadinya loncatan bunga api listrik
maka beda tegangan antara katoda dan anoda harus
melampaui “dielectric break down voltage”. Break down
voltage bergantung pada:

 Jarak dua posisi yang terdekat antara pahat


dengan benda kerja.
 Sifat isolator cairan dielektrik.
 Tingkat polusi yang terjadi pada celah dilektrik
tersebut.
Proses terjadinya lonctan bunga api listrik (spark)
dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Pengaruh medan listrik yang ada diantara elektroda
dengan benda kerja menyebabkan terjadinya pengerakan
ion positif dan elektron yang masing-masing menuju kutub
yang berlawanan. Akhirnya terbentuklah saluran ion yang
bersifat konduktif.
 Pada kondisis tersebut maka arus listrik bias mengalir
melalui saluran ion tersebut dan terjadilah loncatan bunga
api listrik (spark).
Mekanisme pengerjaan material benda kerja
dalam proses EDM dapat diuraikan sebagai
berikut:
 Loncatan bunga api (spark) yang terjadi menyebabkan
suatu pemusatan aliran listrik yang bergerak dengan
kecepatan tinggi dan menumbuk permukaan benda
kerja. Bagian dari benda kerja ini akan mengalami
kenaikan temperature sekitar 8000-12000°C dan akan
menyebabkan pelelehan lokal pada bagian tersebut.
Kondisi seperti ini terjadi juga pada permukaan elektroda
Pada saat yang bersamaan terjadi juga penguapan baik
pada permukaan benda kerja, elektroda maupun cairan
dielektrium. Kenaikan temperature menyebabkan
membesarnya volume maupun gelembung udara.
 Setelah terjadai loncatan bunga api listrik ( spark ),
maka aliran listrik akan terhenti sesaat (off time
periode), menyebabkan penurunan temperatur
secara mendadak yang mengakibatkan lelehan
material benda kerja maupun pahat elektroda akan
membeku dengan cepat dan gelembung udara
meledak sehingga menyebabkan bagian material
yang leleh tersebut akan terpencar keluar dari
permukaan meninggalkan bekas berupa kawah-
kawah halus pada permukaan material. Bagian
yang terpencar ini terbentuk partikel-partikel halus
(geram) yang terbawa pergi oleh cairan dielektrik.
Parameter EDM
 Arus Listrik
 On Time
 Off Time
 Frekwensi
Arus Listrik
Merupakan tenaga yang digunakan pada discharge machining.
Satuan dalam ampere (A). Untuk pemakaian pada mesin vertikal
EDM dan wire EDM, nilai maksimum besarnya arus ditentukan
oleh luas permukaan pemotongan. Makin besar luas permukaan
makin besar pula arus yang digunakan. Ampere yang tinggi
digunakan untuk pengerjaan kasar. Selain itu ampere yang tinggi
digunakan juga untuk pembuatan lubang (cavities) atau bagian
yang kecil-kecil (details) dengan luas permukaan yang lebar.
On Time
Seluruh bekerjanya pengapian (spark) pada mesin EDM terjadinya selama On-
Time. Pada saat On-Time, arus dibangkitkan dan terjadi “work” dimana
dengan durasi spark yang lebih lama yang berarti pulse On-Time menjadi lebih
lama pula dan hasil permukaan akhir produk akan terlihat kawah yang lebih
luas dan lebih dalam. Sebagai hasilnya permukaan lebih kasar, sebaliknya jika
durasi spark lebih pendek didapatkan hasil akhir yang lebih baik (halus).
Off Time
Pulse Off-Time biasa juga disebut dengan durasi istirahat, dimana secara
actual bekerjanya mesin EDM pada saat pengeluaran geram (metal
removal). Off-Time menyebabkan arus listrik tidak berjalan (arus listrik off),
temperature benda kerja menjadi lebih dingin dan memungkinkan terjadinya
“reionisasi dielektrik”, diamana jika off-time bertambah akan menurunkan
proses secara perlahan tapi ini dapat memperbaiki stabilitas mesin EDM
untuk kesuksesan aplikasi mesin EDM, tetapi jika off-time tidak cukup maka
akan mengakibatkan siklus permesinan yang tidak tentu.
Frekwensi
Pengukuran frekuensi ini digunakan untuk
mengukur banyaknya jumlah arus saat
pemilihan On-Time Off-Time. Selama proses
pengasaran (rough machining), on-time
biasanya ditambahkan untuk rata-rata laju
keausan elektroda yang tinggi. Mulai saat awal
eksekusi pemotongan pada benda kerja sering
digunakan frekuensi rendah untuk mendapatkan
pindahan geram yang tinggi. Untuk operasi
finishing biasanya dengan cara pemendekan
On-Time Of-Time atau disebut frekuensi tinggi.
KATAGORI UTAMA MESIN EDM
PENGOPERASIAN MESIN EDM
1.1 Ketinggian Operasi dari WORK HEAD
 Sumbu vertikal Z digerakkan oleh motor servo dengan 2
kecepatan. Pengoperasiannya dapat dilakukan dengan
menekan tombol +Z (gerak naik) atau –Z (gerak turun)
yang ada pada main board atau pada remote control.
 Gerak bantu vertikal dapat dilakukan dengan menekan
tombol +W (gerak bantu naik) atau –W (gerak bantu
turun) kemudian kencangkan handel pengunci sebelum
pengoperasian dilakukan.
1.2 Gerakan meja memanjang dan melintang

 Untuk gerak longitudinal meja, dapat dilakukan dengan


memasukkan pin yang ada pada handwheel longitudinal
selanjutnya diputar sesuai dengan posisi memanjang yang
diinginkan, setelah itu pin ditarik dan dikunci untuk mencegah
bergesernya posisi meja.

 Untuk gerak melintang meja, dapat dilakukan dengan


memasukkan pin yang ada pada handwheel melintang selanjutnya
diputar sesuai dengan posisi melintang yang diinginkan, setelah itu
pin ditarik dan dikunci untuk mencegah bergesernya posisi meja.

 Kedua handwheel ini dilengkapi dengan skala ukuran yang dapat


disetel pada angka nol. Untuk pengoperasiannya, tetapkan posisi
handel kemudian setel skala ukuran pada angka nol, selanjutnya
perpindahan meja dapat diukur dengan mudah.
1.3 Bak meja kerja
Bak meja kerja ini dilengkapi dengan 2 buah pintu yang dapat menahan
oli untuk merendam/menyiram benda kerja. Bak kerja ini juga dilengkapi dengan:
 Seal karet anti bocor
 Lubang limpahan
 Saluran keluar
 Kontrol ketinggian oli dielektrik
 Pintu saluran penguras
 Katup kontrol injeksi
 Katup kontrol injeksi intermiten
 Katup kontrol pengisapan
 Pengukur tekanan oli untuk mengetahui tekanan injeksi, direkomendasikan
untuk mengontrol tekanan oli lebih tinggi dari 0,5 kg/cm2, kalau tidak,
kemungkinan terjadi kerusakan pada pompa oli dan pada prosedur
discharging terjadi kondisi tidak normal

Catatan: Untuk mencegah terjadinya deformasi pada seal karet anti bocor, pengunci pintu harus
dikendorkan apabila mesin tidak digunakan.Tinggi rendaman oli dielektrik tidak kurang dari
5 – 10 cm diatas benda kerja, untuk mencegah terjadinya kontak antara percikan bunga api dengan
udara yang dapat mengakibatkan kebakaran.
1.4 pengaturan/setting pusat benda kerja
 Geser keluar benda kerja secara menyeluruh dibawah elektroda,
kemudian turunkan elektroda secara manual, selanjutnya putar
handwheel secara perlahan-lahan dengan membawa benda kerja
kearah elektroda sampai buzzer berbunyi dan setel skala ukuran
pada angka nol. Ulangi langkah diatas sampai 2-3 kali untuk
memastikan penyetelan skala nol.

 Posisi elektroda digeser keatas dan posisikan diatas benda kerja


sesuai yang diinginkan.
1.5 Kembali ke titik 0 (zero point)
 Buat jarak antara elektroda dengan benda kerja kurang dari 5
mm.
 Tekan tombol , dan elektroda bergerak secara otomatis.
 Secara perlahan, elektroda akan menyentuh benda kerja dan
akan terjadi sedikit percikan bunga api, kemudian sumbu Z
akan kembali kenilai “Zero” secara otomatis.

1.6 Pengarturan awal kedalaman


 Tekan tombol dan pilih kolom “Depth” .
 Masukkan besarnya kedalaman yang dibutuhkan.
2. MAIN POWER SWITCH & EMERGENCY STOP
Main Power Switch
 Untuk mengontrol daya listrik pada mesin secara keseluruhan.
 “O” untuk posisi off, “I” untuk posisi on.

 Apabila switch diputar keposisi on untuk pertama kali, maka buzzer

akan berbunyi 1 kali yang menandakan bahwa komputer sedang


malakukan selftest, untuk sementara tidak ada operasi mesin yang
dapat dilakukan sampai terdengar bunyi buzzer berikutnya.
 Untuk keamanan, pastikan bahwa switch berada pada posisi “O”

sebelum membuka Main Power Box.


Tombol Emergency Stop
 Tekan tombol ini bila terjadi percikan bunga api atau operasi motor

yang tidak layak. Semua proses dan gerakan motor akan berhenti
seketika, kecuali fire detector dan daya untuk komputer. Buzzer
peringatan akan berbunyi bila emergency stop ditekan dan akan
berlanjut sampai dimatikan secara manual. Putar tombol emergency
stop searah jarum jam sebelum memulai operasi.
3. SWITCH KONTROL DISCHARGE & DIELECTRICAL FLUID PUMP.
Switch Spark Discharge

Operasi Spark Discharge dimulai dan pembacaan pada


voltmeter antara 50 – 200.

Operasi Discharge berhenti dan voltmeter turun ke angka 0.

Switch Dielectric Fluid Pump

Pompa minyak start. .

Pampa minyak stop. .


4. PENGATURAN SENSITIVITAS SERVO.
 Sensivitas servo sebaiknya diatur ( selama proses )
dengan demikian sentering meter pada workhead
menunjukkan fluktuasi minimum.
 Penambahan sensitivitas dapat dilakukan dengan
memutar pengatur searah jarum jam yang akan
mempercepat gerakan, tetapi penepatan
lokasi/penyetingan lebih sulit. Sensitivitas yang rendah,
akan mengurangi waktu penyetingan, tetapi gerakannya
lebih lambat.
 Pemutaran posisi pengatur sensitivitas berlawanan arah
jarum jam sampai batas limit, akan menghentikan semua
gerakan poros utama.
5. GERAKAN SUMBU W, Z
Tombol Cepat & Gerakan Sumbu Z
Bila tombol ini on, maka sumbu Z dapat bergerak cepat dan bila
off maka gerakannya lambat.

Tombol untuk gerakan keatas dari sumbu Z (workhead).

Tombol untuk gerakan kebawah dari sumbu Z (workhead).

Tombol W & Gerakan Sumbu W.


Apabila on, maka sumbu W dapat bergerak vertikal.

Tombol untuk gerakan keatas sumbu W.

Tombol untuk gerakan keatas sumbu W.Tombol untuk gerakan


kebawah sumbu W.
6. MODE & DISPLAY
6.1 D. R. O. Display dan Penyetingan

DRO Display
X 0 – 999,999
Y 0 – 999,999
Z 0 – 999,999

Penyetingan Nilai DRO

 Tekan tombol untuk merubah nilai koordinat DRO


 Tekan tombol untuk menempatkan cursor pada sumbu yang
diinginkan
 Tekan tombol untuk mengosongkan nilai sesungguhnya.
 Masukkan nilai yang diinginkan
 Tekan tombol dan penyetingan OK.
6.2 Penyetingan Kondisi EDM
 Tekan tombol untuk merubah kondisi EDM.
 Tempatkan cursor dengan menekan pada
kolom yang benar untuk merubah nilainya.
 Ubah salah satu nilai dengan menekan atau dengan
angka.
 Tekan tombol dan keluar dari mode.
6.3 Penyetingan Kedalaman Operasi Permesinan Sumbu Z
 Tekan tombol .
 Tempatkan cursor dengan menekan pada
kolom yang benar untuk merubah nilainya.
 Ubah salah satu nilai dengan menekan atau dengan
angka.
 Tekan tombol dan keluar dari mode.
6.4 C Code
 Tekan tombol dan pilih unit yang diinginkan.
 Tekan tombol untuk kembali ke unit awal secara
otomatis.

6.5 Kembali Ke Parameter Permesinan Awal pada Mode .

 Tekan tombol .
 Pilih salah satu unit yang diinginkan dengan menekan
 atau dengan angka.
 Tekan tombol + untuk kembali ke nilai awal.
7. LAYAR PENGATURAN PARAMETER PEMESINAN
1 Depth T. on T. of L. A. H. A. Z.Dn Z. Up GAP POL
1S - 0,05 30 1 1,5 0 3 5 5 +
2 -0,200 30 1 1,5 0 4 5 5 +
3 -0,840 30 1 1,5 0 5 5 5 +
4 -0,900 10 1 1,5 0 4 5 5 +
5 -0,940 8 1 1,5 0,5 3 5 5 +
6 -0,970 4 11 1,5 0,5 3 5 5 +
7E -1,000 2 1 0 1 3 5 5 +
8 -0,000 2 1 0 0 0 1 1 +
9 +0,00 2 1 0 0 0 1 1 +
0 +0,00 2 1 0 0 0 1 1 +

Tekan tombol EDM untuk mengatur parameter pemesinan


H A High Voltage current
Setting arus listrik (amphere) volatge tinggi terdiri dari enam
tingkat 0 , 0,5, 1, 2, 3, 4, 5 A
 Untuk bahan dengan kekerasan tinggi, baja cemented carbide
dsb. Dapat dikerjakan dengan 2 pengaturan (High Voltage
current & Low Voltage Current)
 Untuk mengerjakan lubang yang dalam atau permukaan yang

lebar/besar, dapat dilakukan pengaturan Volatge Tinggi untuk


mengontrol ketinggian gap motor servo dengan tujuan partikel
pada gap cepat terbilas oleh fluida dielektrik, sehingga
efisiensi kerja dapat meningkat.
Catatan:
Arus listrik Volt tinggi dan Volt rendah harus dikombinasikan
untuk mencapai efisiensi kerja lebih besar bila mengerjakan
bahan kerras. Penambahan gap motor servo dilakukan untuk
mengerjakan lubang dalam dan luas permukaan besar .
L A Low Voltage Current
Kisaran pengaturan Low Current Volatge (amphere) adalah 0, 30,
60, 90A dan 120A dengan kenaikan 0, 1.5, 3, 4, 5, 9, 12, 15, 21, 30, 45,
60, 120A
 Arus yang kecil akan menghasilkan nilai kekasaran permukaan
yang baik/halus tetapi kecepatan proses pemesinan rendah.
Kebalikan dengan arus yang besar kecepatan proses
pemesinan tinggi tetapi permukaan yang dihasilkan kasar.
 Pada pengerjaan dengan permukaan besar/luas dengan arus
lebih besar elektroda akan cepat aus dan menyebabkan gap
tambah lebih besar
 Perbandingan Energi Percikan (Dischrarge Energy) yang tepat
dengan ON TIME akan diperoleh permukaan sesuai yang
diharapkan dan efisiensi kerja yang baik
Berikut tabel referensi perbantingan yang
tepat untuk arus dan luasan bidang kerja
Working Area (mm2 ) Arus listrik (amphere)
1 – 10 1,5
10 – 50 3
50 – 200 4,5
200 – 500 6
500 – 1000 9
1000 – 3000 12
3000 – 5000 15
5000 – 10000 21
10000 – 30000 30
30000 – 60000 45
lebih besar 60000 60 dan diatasnya
GAP Discharging Gap
Kisaran pengaturan
 Pengaturan Voltage discharge gap berpengaruh langsung terhadap
efisiensi proses. Putar tombol pengatur berlawanan dengan jarum jam
untuk mendapatkan voltage tinggi dan discharge gap akan menjadi lebih
besar.
 Apabila kondisi pembilasan (flushing) sempurna , pengaturan gap berkisar
30 – 40 untuk mendapatkan arus yang besar dan kecepatan pengerosian
besar
 Pada proses pemesinan dengan luasan besar dengan pengasaran dan
kondisi pembilasan kurang sempurna voltage yang digunakan berkisar 50
– 60 V
 Pada proses pemesinan lubang yang dalam, lubang miring dan
pemotongan (triming) dangkal atau kondisi pembilasan yang dihasilkan
tidak stabil, disarankan menambah discharge gap untuk mendapatkan
komdisi proses pemesina yang lebih stabil
On Time
Pengaturan On Time adalah 2 us, 4 us, 6 us, 8 us 10 us, 15 us,20 us,
30,us, 45 us, 60 us, 90 us, 120 us, 150 us, 200 us, 300 us400 us, 500 us,
600 us, 700 us, 800 us, 1200 us, 1500 us,1800 us, 2000, us
 Pengaturan On Time yang tepat akan sebanding dengan
arus listrik. Pengaturan On Time akan mepengaruhi
kekasaran permukaan benda kerja dan efisiensi proses.
Pengaturan On Time kecil/minimum menghasilakan
permukaan yang halus, kecepatan proses rendah dan
pengikisan (worn out) elektroda besar, sebaliknya pada
pengaturan On Time besar/maksimum
 Untuk proses pemesinan pada lubang dalam, hasil akhir
baik, dan pembilasan tidak sempurna, untuk proses
tersebut penagturan On Time minimum
On Time
Of Time
Dengan kenaikan dari 1(2sec), 2(4sec), 3(6sec), 4(10sec),
5(20sec), 6(30sec), 7(60sec), 8(90sec), 9(150sec),
10(300sec), 11(500sec), 12(900sec).

 Pengaturan umum harus memperhatikan pada kondisi


pembilasan, off time lebih pendek dapat meningkatkan
efisiensi kerja yang tinggi, bila pada bagian dasar tidak
terjadi penumpukan karbon.
 Pada kenyataannya selama proses berlangsung kondisi
discharging tidak tetap (misalnya: terjadinya penumpukan
karbon), untuk itu off time diperpanjang.
OF Time
Z Ascending Speed ( Z up )
Dengan tingkatan dari 01 ~ 09 pendakian cepat untuk elektroda yang lebih
kecil, 11 ~ 19 pendakian lebih lambat untuk elektroda yang lebih besar.
 Terdapat dua lintasan kecepatan pada sistem ini, yaitu: kecepatan yang lebih
tinggi yang akan melaksanakan gerakan keatas atau turun sampai jarak antara
benda kerja dengan elektroda kurang dari 0,2 mm, kemudian kecepatan yang lebih
rendah dijalankan untuk meningkatkan kapasitas pembilasan, khususnya untuk
pengerjaan dasar lubang, cara ini akan memperpendek waktu pengerjaan.

 Pengaturan yang sesuai sangat diperlukan, dengan mengikuti kondisi pekerjaan.


Diperlukan waktu pendakian untuk pembilasan yang lebih lama bila kedalaman
pekerjaan lebih dalam ( contohnya, workhead akan naik lebih tinggi dari jarak
kedalaman).

 Normalnya, workhead akan naik setinggi 0,3 ~ 0,8 mm untuk pembilasan terbaik.
Tetapi pada beberapa kondisi khusus, waktu discharging akan menjadi lebih
pendek dan tinggi pembilasan meningkat.
Z Discharging Time ( Z down )
Dengan tingkatan dari 00 ~ 11

 Untuk pengerjaan dikedalaman lubang atau pada kondisi


pengeluaran terak yang sulit, sistim pembilasan sendiri (auto
flushing) akan meningkatkan efisiensi dan membantu
mengeluarkan terak.
 Waktu discharging yang lebih lama dapat digunakan untuk
pengerjaan kasar atau pada kondisi pembilasan yang baik.
Tetapi untuk pengerjaan yang halus atau kondisi pembilasan
yang sulit, waktu discharging yang lebih rendah sangat
dibutuhkan.
 Atur pada angka “00”, maka waktu discharging tidak terbatas
sehingga tanpa waktu pendakian untuk sisa pembilasan.
8. PEMILIHAN UNIT KONDISI PERMESINAN
 Tekan
 Pilih unit kondisi permesinan dengan menekan atau tombol
angka
 Tekan untuk menghapus atau kembali ke unit awal.
9. PENYETINGAN PARAMETER PERMESINAN

9.1 Tekan Untuk masuk ke Mode EDM


 Tempatkan cursor dengan untuk mengatur atau
mengubah parameter
 Tekan untuk langkah terakhir atau langkah berikutnya.
Atur awal block parameter permesinan dengan & diakhiri
dengan , yang ditandai dengan huruf S & E pada block key
in.
 Tekan
a) Untuk kedalaman penyetingan angka diatas atau
dibawah titik nol.
b) Untuk penyetingan polarity, pemilihan kutup positif
atau negatif.
 Unt. mempreset kedalaman pada kolom depth dengan angka 0 ~ 9

9.2 Tekan untuk penyetingan koordinat ( Mode DRO )


 Pilih axis dengan tombol dan mengubah
koordinatnya dengan atau dengan angka 0 ~ 9 .
9.3 Untuk mengubah sistem Metric atau British
9.4 Untuk pembacaan koordinat Absolut atau Incremental
9.5 Untuk mereset waktu permesinan
9.6 Escape/Enter
10. FUNCTION KEYS

10.1 Halving Button


 Gerakkan cursor dengan (X Y, Y X)
 Tekan , Nilai koordinat akan dibagi dua secara otomatis.
 Tekan untuk keluar.

10.2 Tombol Kalibrasi Ketegaklurusan Elektrode.1


 Pada kondisi “off”, bila elektroda menyentuh benda kerja, mesin
akan mati secara otomatis untuk mencegah kerusakan pada benda
kerja.
 Pada kondisi “on”, bila digunakan untuk mengkalibrasi
ketegaklurusan elektroda.
10.3 Sumbu Koordinat Z kembali pada 0
 Bila kondisi “on”, discharge akan berubah ke posisi on secara
otomatis dan pada elektrode akan terjadi sedikit percikan (spark),
nilai sumbu koordinat Z akan berubah ke angka “0” secara otomatis
(Note: Yakinkan bahwa elektrode menyentuh benda kerja dan
percikan stabil).
 Bila kondisi ini di“off”kan, maka nilai sumbu koordinat Z akan tetap
ke angka “0” dan mulai start untuk discharge.

10.4 Oil Level Control


Bila “on”, level oli akan mencapai ketinggian dari
pelampung pada tangki oli (ketinggian pelampung akan
ditentukan berdasarkan ketebalan benda kerja), apabila
ketinggian oli turun terlalu rendah, matikan percikan
discharge untuk mencegah kebakaran.
10.5 Intermittent Spray Oil
 Bila kondisi “on”, maka oli akan disemprotkan secara
terputus-putus ke benda kerja.
 Bila kondisi “off”, oli akan disemprotkan secara
kontinyu.

10.6 Automatic Carbon Removal Disable Switch


 Dengan switch ini “on”, maka kontrol Automatic
Carbon Removal tidak akan berfungsi, dan tumpukan
karbon yang terbentuk harus dimonitor secara visual
untuk melindungi benda kerja.
 Bila switch ini “off”, maka karbon secara otomatis
akan dibersihkan selama proses, kalau tidak dapat
dibersihkan, maka percikan discharge akan mati untuk
mencegah kerusakan benda kerja.
10.7 Rest Function (Partial Powerdown)

Sistem monitor mesin dipengaruhi oleh Rest Function seperti dibawah ini:

OPERASI REST “ON” REST ”OFF”

Arc Main Power Cut off Main Power & Pump


Cut off
Fire Main Power Cut off Main Power Cut off

Kedalaman sumbu Z Sumbu Z naik Main Power & Pump


tercapai kebatas atas Cut off
kemudian Main
Power Cut off
Catatan : Bila Rest Function mematikan Main
Power, maka Rest Function harus dimatikan dulu
sebelum melanjutkan operasi secara normal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai