Anda di halaman 1dari 26

RINGKASAN KULIAH

FARMAKOLOGI KEPERAWATAN
Mulianti, S.Si, M.SC, Apt.
Pertemuan Ke-14
S1 Keperawatan - UKPM
DEFINISI DAN FUNGSI OBAT
 Obat adalah suatu bahan yang digunakan untuk
diagnosis, mengobati, meringankan, mencegah
penyakit pada manusia maupun hewan.
 Obat secara umum tersedia dalam berbagai bentuk
berfungsi sebagai :
1. agen Farmakodinamika
menekan atau merangsang baik unsur fisiologik sehingga
menyebabkan menghilangkan penyakit atau sembuh,
2. agen Kemoterapi
menghambat atau menghancurkan sel – sel yang tidak
normal seperti Kanker, Sel Parasit, Mikroba yang dapat
menyebabkan penyakit.
FAKTOR YG MEMPENGARUHI
PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 Faktor obat
1. Rasa obat pahit : amis, tidak enak → kapsul, emulsi, dragee.
2. Obat dirusak asam lambung (terutama jika diberikan parenteral oral
(p.o))→tablet salut enterik, parenteral, suppositoria, tablet sublingual, tablet
buccal.
 
 Faktor penderita
1. Bayi & anak → sirup, pulveres (p.o)
2. Pasien tidak sadar/pingsan, tidak kooperatif/gila →parenteral, rektal
(suppositoria, enema).
3. Tingkat ekonomi →harga tablet/kapsul berbeda dg sirup.
 
 Faktor penyakit
1. Pasien gawat/emergency : diberikan obat parenteral, aerosol, nebulizer.
2. Lokasi penyakit, misal : mata (TT, ZM), telinga (TT).
3. Penyakit kronis & frekuensi pemakaian yg sering, mis: peny. Jantung (SR, oros,
CR).
FUNGSI BENTUK SEDIAAN OBAT
a. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara,
kelembaban/cahaya misal : tablet salut.
b. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jika digunakan
per oral misal : tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal.
c. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yang tidak enak
dari obat, misal : kapsul, tablet salut, sirup.
d. Membuat serbuk yang tidak larut / tidak stabil dalam larutan
dibuat serbuk yang tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi).
e. Mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan
air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak
(emulsi minyak ikan).
f. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat
sehingga diperoleh efek maksimal di tempat yang diobati : Tetes
Mata, Tetes Telinga, tetes hidung, salep/cream untuk kulit.
FUNGSI BENTUK SEDIAAN OBAT
g. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :
 rektum : suppositoria, enema.
 vaginal : insert/suppositoria vaginal, douche
 mata : Tetes Mata, Salep Mata dll.

h. Mengatur pelepasan obat yang teliti, tepat, aman sehingga


diperoleh efek yang lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).
i. Agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah /
jaringan badan (injeksi i.v. ; i.m.)
j. Memperoleh aksi obat yang optimal dalam saluran
pernapasan (inhalasi / aerosol)
k. Membuat sediaan obat yang berupa larutan, dimana
obatnya larut dalam zat pembawa yang dinginkan.
RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT

A. Rumus Dasar
Rumus dasar mudah untuk diingat dan lebih sering dipakai untuk
menghitung dosis obat adalah :

A = D/H X V
  

Dimana :
 D = dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan dokter

 H = dosis di tangan = dosis obat pada label tempat obat (botol

atau vial)
 V = bentuk obat = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)

 A = Jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien


RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT

B. Rumus Rasio dan Proporsi


Cara Menghitung dosis obat dengan Metode Rasio dan Proporsi
adalah :

H:V=D:x
  

Dimana :
D : adalah dosis yang diinginkan atau dosis yang diperintahkan

dokter
H : adalah dosis ditangan : dosis obat pada label tempat obat (botol

atau vial)
V : adalah bentuk : bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)

x : adalah jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien


RUMUS MENGHITUNG DOSIS OBAT
C. Rumus Berat Badan
Metode berat Badan dalam penghitungan memberikan
hasil yang individual dalam dosis obat dan tediri dari 3
langkah :
 Konversi jika perlu ( 1 kg : 2,2 lb)
 Tentukan dosis obat per BB dengan mengalikan
Diketahui Diinginkan

Dosis obat X BB = Dosis Klien per hari


 Ikuti
rumus dasar atau metode rasio dan proporsi untuk
menghitung dosis obat
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
1. Benar Pasien
2. Benar Obat
3. Benar Dosis
4. Benar Waktu
5. Benar Rute
6. Benar Informasi
7. Benar Dokumentasi
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
1. Benar Pasien
Benar pasien adalah langkah penting dalam pemberian obat, salah
satu dalam memberikan obat adalah dengan cara memastikan
identitas pasien dengan memeriksa gelang identitas yang
bertuliskan nama dan nomor registrasi masuk (Potter & Perry,
2010).
Menurut Joint Comission International 2012, terlaksananya benar
pasien sebelum pemberian obat yang cukup tidak menjadi
keberhasilan standard prosedur tindakan terbebas dari resiko
kesalahan pemberian obat.
Adapun dampak yang dapat ditimbulkan akibat kesalahan
identifikasi dalam pengobatan seperti adverse events atau Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian
Potensi Cidera (KPC), dan Kejadian Tidak Cedera (KTC).
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
2. Benar Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan oleh
dokter ke staff farmasi yang sudah mendapatkan izin yang sudah
berpengalaman yang berwewenang untuk mengorder obat.
Obat mempunyai nama dagang dan nama generik, jadi apabila
ada obat dengan nama dagang yang asing ditemui, harus
diperiksa nama generiknya (Tambayong., 2012).
Sebelum pemberian obat perawat harus mengecek bahwa staff
kefarmasian sudah menuliskan cara pemberian obat dengan
benar. dimana perawat perlu mengecek ulang obat dan dosis
yang akan diberikan jika terdapat penulisan obat yang kabur atau
kurang jelas. Selain itu, baca label obat untuk memastikan bahwa
cara pemberian tercantum pada kemasan obat ( Potter & Perry,
2005).
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
3. Benar Dosis
Peran perawat dalam memberikan obat dengan dosis yang benar
sesuai peran apoteker dan tidak menambahkan atau mengurangi
dosis dari resep yang telah ditentukan. (Boyer, 2013).
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan agar perhitungan
obat benar untuk diberikan kepada pasien, maka ketepatan dosis atau
penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat
standar seperti alat untuk membelah tablet, spuit atau sendok khusus,
gelas ukur, obat cair harus dilengkapi alat tetes (Tambayong, 2012).
Benar dosis dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian obat,
dimana perawat perlu mengecek ulang obat dan dosis yang akan
diberikan jika terdapat penulisan obat atau dosis yang kabur atau
kurang jelas. Seorang perawat melakukan pemberian obat sesuai
dosis untuk menjamin keamanan pengobatan bagi pasien serta
mengurangi terjadinya medication error.
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
4. Benar Waktu
Pemberian obat pada waktu yang tepat juga memiliki peran terhadap
kesembuhan pasien sehingga obat yang diberikan sesuai dengan efek
terapetik yang diharapkan.
Mengecek kesesuaian waktu dan frekuensi pemberian dengan resep atau
pesanan dengan mempertimbangkan lama kerja obat dan efektivitas obat.
Jika obat diintruksikan harus diberikan pada interval waktu tertentu,
pemberian obat oleh farmasis tidak boleh lebih dari 30 menit, jika
pemberian lebih 30 menit dari waktu yang ditentukan maka
biovailabilitas (kemampuan kecepatan obat untuk menyerap ke dalam
sirkulasi sitemik) dari obat mungkin terpengaruh.
Kesalahan ini akan memberikan dampak negatif terhadap hasil terapi
pengobatan pasien, dimana adanya kemungkinan kelebihan dosis dan
interaksi obat yang berdampak negatif terhadap proses penyembuhan
pasien (Henke, 2007).
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
5. Benar Rute
Kesalahan penyuntikan obat dapat menyebabkan terjadinya reaksi
alergi ataupun efektifitas obat yang berkurang atau bahkan tidak
menimbulkan efek sama sekali.
Kejadian kesalahan pemberian obat dapat berakibat fatal apabila
terjadi gawat darurat yang membutuhkan penanganan segera.
Memberikan obat pada rute yang telah diresepkan atau
diintruksikan, tetapi jika diresep tersebut tidak terdapat rute
pemberian obat maka staf farmasi harus memberikan keterangan
rute tersebut pada etiket obat.
Faktor yang menentukan cara pemberian terbaik ditentukan oleh
tempat kerja obat yang diinginkan, sifat fisik dan kimiawi obat,
kecepatan respon yang diinginkan, dan keadaan umum pasien.
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
6. Benar Informasi
Pemberian informasi kepada pasien diharapkan mampu menambah
pengetahuan pasien maupun keluarga terhadap obat yang akan
diberikan dan dengan pemberian informasi oleh perawat dapat
mengurangi terjadinya kesalahan presepsi oleh pasien (Mahfudhah
& Mayasari, 2018).
Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama
yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum,
penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan
kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah
pemberian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat,
interaksi obat - obat dan obat - makanan, perubahan-perubahan
yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama
sakit dan sebagainya.
PRINSIP 7 (TUJUH) BENAR DALAM
PEMBERIAN OBAT
7. Benar Dokumentasi
Pendokumentasian dalam keperawatan mencakup informasi lengkap
tentang status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
yang diterima. Pemberian obat sesuai dengan standard prosedur yang
berlaku di rumah sakit dan selalu mencatat informasi yang sesuai.
Pasien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan, adalah
tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan,
alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
mengusahakan agar pasien mau menerima pengobatan. Jika suatu
pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin, tindak lanjut juga diperlukan
jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin.
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN
OBAT
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat
dijelaskan dalam prosedur pemberian obat obat yang benar
yang terdiri dari 4 langkah, Yaitu :
1. Persiapan,
2. Pemberian,
3. Pencatatan, dan
4. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam pemberian
obat
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN
OBAT
1. Persiapan

a. Cuci tangan sebelum menyiapkan obat dengan benar


 
 
 
Gambar.
Mencuci tangan
yang benar
versi WHO

b. Periksa riwayat pasien dan riwayat alergi obat


c. Periksa program pengobatan

d. Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali

e. Periksa tanggal kadaluarsa

 
 
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN
OBAT
1. Persiapan
f. Siapkan spuit yang akan digunakan
 

Gambar.
Berbagai ukuran spuit

g. Periksa ulang perhitungan dosis obat


h. Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain
i. Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam
unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan
kebenaran identifikasi pasien
j. Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari
cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
k. Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (misalnya
kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN OBAT
2. Pemberian
a. Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
b. Tawarkan es batu sewaktu memberikan obat yang rasanya
tidak enak. Jika mungkin berikan obat yang rasanya tidak enak
terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan obat dengan
rasa yang menyenangkan
c. Berikan hanya obat yang disiapkan
d. Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute
pemberian
e. Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
f. Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat
terakhir pada klien yang memerlukan bantuan ekstra.
g. Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada
satu tempat. Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan
intramuskuler pada satu tempat. Tidak boleh memberikan
lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan. Jangan menutup
kembali jarum suntik.
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN OBAT

2. Pemberian
h. Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
i. Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat
sampah
j. Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan
stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat (bila
perlu masukkan ke dalam lemari es). Tulis tanggal waktu
dibuka serta inisial Anda pada label
k. Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
l. Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat dan
tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN OBAT

3. Pencatatan dan Pelaporan


a. Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan
perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
b. Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis,
waktu rute, dan inisial Anda.
c. Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat
d. Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.
e. Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom
intake dan output. Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan
dalam diet.
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN OBAT

4. Yang tidak boleh dilakukan :


a. Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan
obat.
b. Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain.
c. Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label
yang sulit dibaca, atau yang labelnya sebagian terlepas atau
hilang
d. Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain
e. Jangan mengeluarkan obat ke atas telapak tangan
f. Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah
kadaluwarsa
g. Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat.
Pastikan terlebih dahulu jika ragu-ragu
PEDOMAN UMUM PEMBERIAN OBAT

4. Yang tidak boleh dilakukan :


h. Jangan memakai obat yang telah mengendap, atau berubah
warna, atau berawan.
i. Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
j. Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki
alergi terhadap obat itu.
k. Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara
untuk mengidentifikasi
l. Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut
berlainan dengan apa yang telah di terima sebelumnya.
m. Jangan menutup kembali jarum suntik.
TERIMA KASIH

26

Anda mungkin juga menyukai