Anda di halaman 1dari 41

ILMU BEDAH DASAR

PROSEDUR KHUSUS
ORTOPEDI
Prof. dr. Chairuddin Rasjad, Sp.B, SpOT, PhD

BAGIAN ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
Bahan Bacaan
• Rasjad,Chairuddin.Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi.Yasif Watampone.Jakarta.2009
Pada umumnya penanganan pada bidang bedah
ortopedi dapat dibagi dalam tiga cara, yaitu:
• Tanpa pengobatan
• Pengobatan non-operatif (konservatif)
• Pengobatan operatif
 
Tanpa Pengobatan
• Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk
fraktur) tidak memerlukan tindakan pengobatan dan hanya
diperlukan penjelasan serta nasihat-nasihat seperlunya dari
dokter. Tapi tidak jarang penderita belum merasa puas bila
hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter umum)
sehingga perlu dirujuk ke dokter ahli bedah tulang untuk
penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita dan
prognosisnya.
• Pada umumnya penderita datang karena ketakutan adanya
kanker, tuberkulosis atau kemungkinan kelumpuhan di
kemudian hari.
PENGOBATAN NON-OPERATIF (KONSERVATIF)

ISTIRAHAT
• Istirahat merupakan salah satu jenis metode
pengobatan, baik secara umum ataupun hanya
lokal dengan mengistirahatkan anggota
gerak/tulang belakang dengan cara-cara
tertentu. Istirahat juga dimaksudkan istirahat
dari aktivitas sehari-hari atau aktivitas
olahraga.
PEMBERIAN ALAT BANTU
• Alat bantu ortopedi dapat terbuat dari kayu, alumunium
atau gips, berupa bidai, gips korset, korset badan, ortosis
(brace), tongkat atau alat jalan lainnya.
• Pemberian alat bantu bertujuan untuk mengistirahatkan
bagian tubuh yang mengalami gangguan, untuk
mengurangi beban tubuh, membantu untuk berjalan,
untuk stabilisasi sendi atau untuk mencegah deformitas
yang ada bertambah berat.
• Alat bantu ortopedi yang diberikan bisa
bersifat sementara dengan menggunakan bidai,
gips pada badan (gips korset), bisa juga untuk
pemakaian jangka waktu lama/permanen
misalnya pemberian ortosis, protesa, tongkat
atau pemberian alat jalan lainnya untuk
menyangga bagian-bagian dari anggota
tubuh/anggota gerak yang mengalami
kelemahan atau kelumpuhan pada penderita
Gambar 5.1. Contoh gambar alat bantu jalan.
A B
Gambar 5.2. Gambar skematis ortosis anggota gerak bawah (A) dan
ortosis spinal (B).
PEMBERIAN OBAT-OBATAN

Pemberian obat-obatan di dalam bidang ortopedi meliputi:


• Obat-obat anti-bakteri
Obat-obat anti-bakteri diperlukan untuk mencegah atau mengobati infeksi
yang ada misalnya pada osteomielitis, piogenik akut atau tuberkulosis.
Pengobatan yang tepat harus diberikan secara dini dengan dosis, waktu dan
lama pemberian yang tepat.
• Obat-obat anti-inflamasi
Obat-obat anti-inflamasi biasanya diberikan pada penyakit artritis reumatoid
atau pada kelainan-kelainan lain seperti penyakit artritis gout. Obat ini
bertujuan untuk menghambat kerja prostaglandin dan biasanya obat anti-
inflamasi juga mempunyai efek analgetik. Obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
umumnya lebih disukai dan penggunaan kortikosteroid sebagai obat anti-
inflamasi sebaiknya merupakan alternatif terakhir apabila pengobatan dengan
obat anti-inflamasi lainnya tidak berhasil
• Analgetik dan sedatif
Analgesik sebaiknya diberikan secara bertahap dari dosis
yang kecil dan kadang-kadang juga diperlukan obat-obat
sedatif.
• Obat-obat khusus
Obat-obat seperti kolkisin untuk pengobatan artritis gout
atau golongan salisilat untuk penyakit demam rematik.
• Obat-obat sitostatika
Obat-obat sitostatika seperti siklofosfamid, vinkristin,
ametopterin diberikan pada tumor-tumor ganas.
• Vitamin
Misalnya pemberian vitamin D pada penyakit rakitis.
• Injeksi Lokal
Injeksi lokal biasanya menggunakan obat yang mengandung
kortikosteroid yaitu hidrokortison dengan atau tanpa cairan
anestesia yang dapat diinjeksikan secara:
Intra-artikuler, misalnya pada artritis atau osteoartritis
Ekstra-artikuler, misalnya tennis elbow, tendinitis atau plantar
fasitis, penyakit pada bahu atau beberapa kelainan nyeri
punggung bawah (low back pain)
 
MANIPULASI

TUJUAN PENGOBATAN
Tindakan manipulasi bertujuan untuk:
• Mengoreksi deformitas : mengoreksi fraktur, kontraktur atau
pemendekan jaringan lunak misalnya pada talipes ekuinovarus
kongenital.
• Menambah gerakan sendi : kekakuan sendi, gerakan sendi
tidak maksimal/normal atau pada pasien pasca operasi dimana
fisioterapi tidak dilakukan/terlambat dilakukan. Manipulasi
terutama dilakukan pada sendi lutut, sendi siku dan sendi
bahu.
• Mengurangi nyeri kronik pada sekitar sendi atau pada sendi :
mengurangi nyeri kronik misalnya pada bahu beku (frozen
shoulder) yang tidak berhasil dengan pengobatan fisioterapi
atau bahu beku yang terjadi beberapa bulan sebelumnya.
PEMASANGAN GIPS (PLASTER OF PARIS)

• Gips merupakan suatu bahan kimia yang pada saat


ini tersedia dalam lembaran dengan komposisi kimia
(CaSO4)2 H2O + 3 H2O = 2 (CaSO42H2O) dan
bersifat anhidrasi yang dapat mengikat air sehingga
membuat kalsium sulfat hidrat menjadi solid/keras.
Pada saat ini sudah tersedia gips yang sangat ringan.
• salah satu pengobatan konservatif pilihan (terutama
pada fraktur) dan dapat dipergunakan di daerah
terpencil
Gambar 5.3. Gambar skematis gips yang dapat
dipakai untuk menumpu atau berjalan.
PEMASANGAN TRAKSI

• Traksi merupakan salah satu pengobatan


konservatif yang mudah dilakukan oleh setiap
dokter dan bermanfaat dalam mereduksi suatu
fraktur atau kelainan-kelainan lain seperti
spasme otot. Traksi yang dipasang memakai
pemberat dengan berat badan penderita
sebagai counter traksi.
Berdasarkan mekanisme traksi dikenal dua
macam traksi, yaitu:
• Traksi menetap (fixation traction)
dipergunakan untuk melakukan fiksasi
sekaligus traksi dengan mempergunakan traksi
dari Thomas Splint
• Traksi berimbang (sliding traction) merupakan
suatu traksi secara bertahap untuk memperoleh
reduksi tertutup dan sekaligus imobilisasi pada
daerah yang dimaksud
Gambar 5.4. Gambar skematis Gambar 5.5. Gambar skematis
traksi dari Buck. traksi dari Dunlop pada fraktur
suprakondiler humeri.

Gambar 5.6. Gambar skematis Gambar 5.7. Gambar skematis


traksi dari Bryant (Gallow). traksi dari Hamilton Russel.
Dikenal dua jenis pemasangan traksi, yaitu:
• Traksi kulit : menggunakan plaster lebar yang
direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan perban
elastis. Berat maksimum yang dapat diberikan
adalah 5 kg yang merupakan batas toleransi kulit.
• Traksi pada tulang : Traksi pada tulang biasanya
menggunakan kawat Kirschner (K-wire) atau
batang dari Steinmann pada lokasi-lokasi tertentu
Gambar 5.9. Traksi dengan Thomas
Gambar 5.8. Traksi dengan splint dan skeletal traksi dengan
Bohler Braun pada tibia. perlekatan pada lutut.

A B

Gambar 5.10. Gambar skematis Gambar 5.11. Traksi tulang tengkorak.


traksi tulang olekranon pada A. Gardner Well Skull Calipers. B.
fraktur humerus. Crutchfield cranial tong.
OPERASI PADA SINOVIA DAN KAPSUL SENDI

• Operasi pada sinovia bertujuan untuk


mengoreksi hipertrofi lapisan sinovia,
misalnya pada artritis reumatoid atau
tuberkulosis atau hipertrofi lapisan sinovia
oleh karena sinovitis, misalnya sinovitis
vilonoduler.
• Artrotomi : Kapsul sendi dibuka untuk
mengeluarkan cairan, eksudat atau benda-
benda asing dalam sendi. Artrotomi juga
dipergunakan untuk mengurangi ketegangan
pada sendi akibat fibrosis misalnya pada
talipes ekuinovarus kongenital.
• Kapsulektomi : pengangkatan sebagian dari
kapsul sendi
• Kapsulotomi : pembukaan/pemotongan kapsul
sendi yang bertujuan untuk mengeluarkan
cairan atau eksudat di dalam sendi. Selain itu
dapat juga dilakukan penjahitan/plikasi dari
kapsul sendi apabila sendi mengalami
kekenduran.
OPERASI PADA OTOT, TENDO DAN LIGAMEN

Operasi pada otot : Operasi pada otot dilakukan bila ada


robekan otot sebagian atau seluruhnya.
Operasi pada tendo
• Tenotomi
• Tenodesis
• Pemanjangan tendo
• Transposisi tendo
• Tenorafi
• Tendon graft
• Pembebasan tendo (tendon release, tenolisis)
Gambar 5.12. Gambar skematis dari Gambar 5.13. Gambar skematis dari
tenotomi. tenodesis.
A B

Gambar 5.14. Gambar skematis Gambar 5.15. Gambar


sebelum (A) dan sesudah (B) skematis transposisi tendo
pemanjangan tendo Achilles pada muskulus tibialis posterior.
talipes ekuinovarus.
A B
Gambar 5.16. Pada robekan tendo yang kecil dilakukan
penyambungan tendo yang disebut tenorafi (A) dan bila
robekannya besar maka diperlukan pencangkokan (grafting)
tendo (B).
OPERASI PADA TULANG DAN SENDI

Operasi pada tulang


• Amputasi
• Eksostektomi
• Osteotomi
• Osteosintesis
• Bone grafting (tandur alih tulang)
• Sekuesterektomi
• Equalisation of leg length
Indikasi pelaksanaan amputasi

• Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada


luka remuk (crush injury), sepsis yang berat (misalnya
gangren), adanya tumor-tumor ganas.
• Kematian jaringan baik akibat diabetes melitus, penyakit
vaskuler, setelah suatu trauma, kombusio atau nekrosis
akibat dingin.
• Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan
gangguan atau benda asing saja), sensibilitas anggota gerak
hilang sama sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat
atau osteomielitis yang disertai dengan kerusakan hebat.
20 20 cm

18 cm
A
B

14 cm

12 cm

C D E
Gambar 5.17. Lokasi amputasi secara umum. A & B. Pada
anggota gerak atas. C & D. Pada anggota gerak bawah. E.
Gambar skematis amputasi melalui sendi lutut.
Gambar 5.18. Gambar Gambar 5.19. Gambar skematis osteotomi
skematis eksostektomi. tinggi tibia untuk mengoreksi genu varus
akibat suatu osteoartritis.
Gambar 5.20. Gambar dari plate dan screw untuk
fiksasi tulang.
C
A B
Gambar 5.21. Gambar skematis fiksasi tulang dengan menggunakan
screw dan plate (A), intramedullary nail (B) dan kawat Kirschner (C).
A B
Gambar 5.22. Gambar skematis dari bone graft. Pada gambar A
bone graft dengan mengisi lubang yang ada dan pada gambar B
menggunakan potongan korteks tulang yang direkatkan dengan
sekrup (screw).
Operasi pada sendi

• Artrodesis
• Artroplasti
• Artroskopi
Gambar 5.23. Gambar skematis artrodesis pada ibu jari kaki
untuk mengoreksi kelainan hammer toe.
A B
Gambar 5.24. Gambar skematis artrodesis pada lutut dan
gambaran radiologis artrodesis pada pergelangan tangan dengan
menggunakan fiksasi interna.
A B C

Gambar 5.23. Gambar skematis artroplasti eksisi (A), half


joint replacement arthroplasty (B), dan total joint replacement
arthroplasty (C). artrodesis pada ibu jari kaki untuk
mengoreksi kelainan hammer toe.
OPERASI PADA SARAF

• Penjahitan saraf
•  Operasi bedah-mikro dan replantasi anggota
gerak
• Dekompresi
• Pencangkokan saraf
• Neurolisis
A B
Gambar 5.26. Bila saraf terputus dilakukan operasi berupa
penjahitan saraf (A) dan bila mengalami pemendekan sehingga tidak
dapat diaproksimasi antara ujung dengan ujung, maka dilakukan
grafting saraf (B)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai