Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK PEMBUATAN

AKTA
NAMA: ANNISA ARYA DITA
NPM: 201010055
TEKNIK PEMBUATAN AKTA

• Ada tiga pengertian teknik, yang meliputi

PENGERTIAN TEKNIK PEMBUATAN AKTA ISTILAH: TEKNIK PEMBUATAN AKTA, YANG DALAM BAHASA INGGRIS, DISEBUT DEED OF
MAKING TECHNIQUES, SEDANGKAN DALAM BAHASA BELANDA DISEBUT DENGAN AKTE VAN MAKING TECHNIEKEN .

Ada tiga pengertian teknik, yang meliputi

(1) pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenan dengan hasil industri,

(2) cara (kepandaian, dsb) membuat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni, dan

(3) metode atau sistem untuk mengerjakan sesuatu. Pembuatan merupakan proses, perbuatan atau cara membuat. Membuat diartikan:

1. menciptakan;

2. melakukan;

3. mengerjakan; atau

4. menggunakan sesuatu.
AKTA ADALAH:

• “Surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dsb) resmi yang dibuat menurut peraturan yang
berlaku, disaksikan dan disahkan oleh notaris atau pejabat pemerintah yang berwenang”. Ada tiga unsur yang tercantum dalam
pengertian ini, yaitu:
1. surat tanda bukti;
2. isinya pernyataan resmi;
3. dibuat menurut peraturan yang berlaku;
4. disaksikan dan disahkan oleh notaris atau pejabat pemerintah yang berwenang.
Surat tanda bukti merupakan tulisan yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa atau perbuatan hukum. Isi akta berupa
pernyataan resmi artinya bahwa apa yang tertulis dalam akta itu merupakan pernyataan yang sah dari pejabat atau para pihak.
Dibuat menurut peraturan yang berlaku artinya bahwa akta yang dibuat di muka pejabat atau dibuat oleh para pihak selalu
didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PENGERTIAN TEKNIK PEMBUATAN AKTA
MERUPAKAN:
• Teknik pembuatan akta adalah cara menyusun tatanan suatu akta dengan tujuan untuk :
a. menghindarkan akta dari kecacatan, baik mengenai subyek pembuat akta maupun
mengenai pengelolaan obyek pembuatan akta.
b. untuk mewujudkan transaksi yang direncanakan, serta
c. untuk memperoleh jaminan akan ketersediaan sebuah alat bukti tulisan pada waktu
diperlukan.
PRINSIP-PRINSIP PEMBUATAN AKTA.

1. prinsip kebebasan berkontrak.


ada kebebasan pembuat akta untuk menentukan obyek, isi dan persyaratan kontrak.
2. prinsip itikad baik.
a. tidak boleh ada kecurangan dalam negosiasi.
b. tidak boleh ada paksaan psikis dalam negosiasi.
c. tidak boleh ada ketidakwajaran.
3. prinsip keadilan.
harus ada keseimbangan beban tanggungjawab antara para pihak.
4. prinsip ekonomis.
berusaha meminimalkan beaya pembuatan akta.
5. prinsip executabel
membawakan keabsahan dan dapat dilaksanakan.
SUMBER-SUMBER HUKUM TEKNIK PEMBUATAN
AKTA
• Buku IV KUH Perdata tentang Pembuktian dan Daluarsa Dalam Buku IV KUH Perdata ada 32 pasal yang
mengatur tentang teknik pembuatan akta perjanjian, yaitu dari Pasal 1865 KUH Perdata sampai dengan Pasal
1894 KUH Perdata. Pasal-pasal itu merupakan pasal-pasal yang berkaitan dengan pembuktian dengan tulisan.
Pasal 10 ayat (2) dan Pasal 11 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Hak
Tanggungan atas Tanah Serta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1986 mengatur tentang pembuatan akta pemberian hak tanggungan. Sedangkan Pasal 11 sampai
dengan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1986 mengatur tentang hal-hal yang wajib dicantumkan dalam
akta pemberian hak tanggungan. Pasal 5 sampai dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia Pasal 5 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia mengatur tentang
pembebanan jaminan fidusia. Pembebanan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris. Sedangkan dalam Pasal 6
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
ASAS-ASAS HUKUM TEKNIK PEMBUATAN AKTA

Asas kebebasan berkontrak


Asas Kebebasan Berkontrak, Adalah Suatu Asas Yang Memberikan Kebebasan Kepada Para Pihak Untuk:
• (1) Membuat Atau Tidak Membuat Perjanjian;
• (2) Mengadakan Perjanjian Dengan Siapa Pun;
• (3) Menentukan Isi Perjanjian, Pelaksanaan, Dan Persyaratannya; Dan
• (4) Menentukan Bentuknya Perjanjian, Yaitu Tertulis Atau lisan.
asas konsensualisme
Asas Konsensualisme Merupakan Asas Yang Menyatakan Bahwa Perjanjian Pada Umumnya Tidak Diadakan Secara Formal,
Tetapi Cukup Dengan Adanya Kesepakatan Kedua Belah Pihak. Kesepakatan Merupakan Persesuaian Antara Kehendak Dan
Pernyataan Yang Dibuat Oleh Kedua Belah Pihak (pasal 1320 ayat (1) kuh perdata
ASAS-ASAS HUKUM TEKNIK PEMBUATAN AKTA

asas pacta sunt servanda (asas kepastian hukum)


servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum merupakan asas di mana hakim atau pihak ketiga
harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum dapat disimpulkan dalam Pasal
ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:“ Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang". asas itikad baik. Asas itikad baik dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Pasal
1338 ayat (3) KUH Perdata berbunyi:” Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Asas itikad
merupakan asas di mana para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
ASAS-ASAS HUKUM TEKNIK PEMBUATAN AKTA

Asas itikad baik


dibagi menjadi dua macam:
itikad baik nisbi dan Itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku
yang nyata dari subjek. Pada itikad baik yang mutlak, penilaiannya terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat
ukuran yang objektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.
asas kepribadian. Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan
dan atau membuat kontrak atau akta hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat di dalam
Pasal 1315 dan Pasal KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata berbunyi:”Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang
mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai