REGULASI-PELAYANAN

DAN BIROKRASI
REGULASI :
PERSPEKTIF EKONOMI KLASIK
• Ekonomi klasik melihat, Regulasi terjadi
ketika pemerintah atau badan pemerintah
dengan otoritasnya membuat aturan-
aturan (yang memaksa) yang kemudian
menjadi beban atau menimbulkan beban
bagi sektor ekonomi atau masyarakat
konsumen
• Dalam beberapa segi regulasi merupakan
salah satu bentuk kegagalan pemerintah
(karena keberadaan institusi yang
diciptakannya menjadi beban dan
menimbulkan in efisiensi)
REGULASI sebagaimana dimaksud di atas
terjadi manakala ada sekelompok orang
memiliki kepentingan atas policy
outcome atau keputusan regulasi
tersebut dan mendapatkan keuntungan
(gain) sebagaimana yang mereka
inginkan, sementara masyarakat secara
individu maupun bersama, diabaikan
(tidak tercakup) dalam regulasi tersebut
REGULASI dan BIROKRASI
REGULASI SBAGAI BARANG PUBLIK,
LAYAKNYA SEBAGAI BARANG, AKAN
MENGALAMI HARGA DAN OUTPUT
EQUILBRIUM YANG DITENTUKAN OLEH
KEKUATAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN
1. MASYARAKAT ATAU INDIVIDU
MEMBUTUHKAN REGULASI DENGAN
HARAPAN MEMPEROLEH MANFAATNYA :
PERLINDUNGAN, PROTEKSI DLL.
2. PENYEDIA (SUPPLIERNYA) ADALAH
ANGGOTA DPR atau BIROKRASI
3. DALAM PRAKTEKNYA, YANG TERJADI ADA
“KEPENTINGAN” DALAM PEMBUATAN
REGULASI, KEPENTINGAN KONSUMEN
UMUM “TERLEWATI” DIKALAHKAN
INTEREST KHUSUS (PEMBUAT
KEBIJAKAN ATAU KELOMPOKNYA)
 PERILAKU BIROKRASI
(DALAM PROSES KEBIJAKAN)

1.PEMILIH (PEMBELI KEBIJAKAN)

2.POLITISI (PENJUAL KEBIJAKAN)
3.BIROKRASI (PENYEDIA “PABRIK” DAN
PENYALUR KEBIJAKAN)
IT IS COMMON TO ASSUME THAT
MAJORITY VOTING RULE WILL
PRODUCE STABLE OUTCOMES THAT
CONFORM TO VOTERS’ PREFERENCES
OR AT LEAST TO THE PREFERENCES
OF THE VICTORIOUS MAJORITY
(NOT ALWAYS IN THE CASE)

ASUMSI UMUM PERILAKU

PEMILIH
PERILAKU PEMILIH
PARADOX MAYORITY VOTING : PEMILIH
TIDAK KONSISTEN, TETAPI SESUAI
DENGAN SIKLUS, PILIHAN TIDAK
BERPASANGAN DAN TERGANTUNG
SEBERAPA BANYAK INFORMASI
SEBELUMNYA, MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN PILIHAN)
RATIONAL IGNORANCE, KARENA
PERILAKU TIDAK HANYA DITENTUKAN
OLEH PREFERENSI PRIBADI TETAPI JUGA
PERILAKU ORANG LAIN
PERILAKU POLITISI
MEDIAN VOTER AND POLITICAL
COMPETITION (ESPECIALLY NO OR ONE
DIMENSIONAL IDEOLOGICAL POLITICS)
VOTERS TRADING/LOGROLLING/
horse trading
SHORTSIGHTNESS PROBLEM : VISI
JANGKA PENDEK, DIMANA PERTIMBANGAN
TINDAKAN SAAT INI TIDAK DAPAT
MERAMALKAN IMPLIKASI JANGKA PANJANG
(YANG TIDAK PASTI) SHORT RUN
BENEFIT, JIKA KEUNTUNGAN JANGKA
PENDEK LEBIH DIUTAMAKAN
Is the process by which politicians trade
support for one issue or piece of
legislation in exchange for another
politician’s support (VOTES)
Process : initiates the trade of votes for
one particular act or bill in order to
secure votes on behalf of another act or
bill (Two parties will pledge their mutual
support, so both bills can secure a
simple majority)

WHAT LOGROLLING?
Logrolling occurs :when a vote on behalf
of a tariff is traded by a congressman for a
vote from another congressman on behalf
of an ..... bill or act... to ensure that both
acts will gain a majority and pass through
the legislature. Logrolling not occur in
secret ballot votes.
Logrolling is pervasive (mewabah) in the
political process, it is important to
understand which external situations
determine when, why, and how logrolling
will occur, and whether it is beneficial,
efficient, or neither.
PERILAKU BIROKRASI : KONTROL
EKSTERNAL DAN INSENTIF
INTERNAL
BIROKRASI ADALAH PENYEDIA BARANG
DAN JASA (PUBLIK) DENGAN STAF
BIROKRASI SEBAGAI PELAKSANA
MASYARAKAT (VOTERS) SEBAGAI
PRINCIPAL
TERJEBAK “PRINCIPAL – AGENT”
PROBLEMS
PERILAKU BIROKRASI.......
PRINCIPALSULIT MENGONTROL AGEN,
AGEN TERLALU BANYAK “DISKRESI”
KHUSUSNYA MELAYANI KEPENTINGAN
DIRINYA
OUTPUT PEMERINTAH SULIT DIUKUR
KARENA TIDAK NYATA
BARANG YANG DISEDIAKAN ADALAH
BARANG MONOPOLY, SEHINGGA
MASYARAKAT TIDAK DAPAT MENCARI
ALTERNATIF
KOMPENSASI BONUS TIDAK TERKAIT
DENGAN EFISIENSI YANG DILAKUKANNYA
(BERBEDA DENGAN SWASTA), SEHINGGA
CENDERUNG BUDGET MAXIMAZATION
AKHIRNYA, KARENA KONTROL LUAR
SULIT, EFISIENSI INTERNAL MENJADI
LEMAH
MODEL-MODEL PERILAKU
BIROKRASI
 MAXIMIZE UTILITY BY MAXIMIZING THE TOTAL BUDGET
FOR THEIR BUREAU
 UTILITY LEVEL : HIGHER SALARY, MORE POWER,
PERQUISITE (PENGHASILAN TAMBAHAN = SABETAN)
 WHEN BUREAU’S SIZE LIMITED  SUPPLY BY THE
SPONSOR ON APPROVAL OF THE BUREAU’S BUDGET
AND BURUEU PROMISES WILL PENALIZED IN THE
FUTURE
BUREAU HAVE SIGNIFICANT BARGAINING
ADVANTAGES IN DEALING WITH
APPROPRIATIONS COMMITTEES (BAN-
GAR ATAU KOMISI DPR)
PERILAKU PEMBURU RENTE (RENT
SEEKING)  MEMPERBESAR BUDGET
(MENGURANGI ANGGARAN PROYEK,
PROYEK TIDAK MAKSIMAL, TIDAK ADA
SURPLUS SOSIAL
BIROKRASI PEMBURU RENTE (RENT
SEEKING)
REGULASI SEBAGAI BARANG
PUBLIK
REGULASI SBAGAI BARANG PUBLIK,
LAYAKNYA SEBAGAI BARANG, AKAN
MENGALAMI HARGA DAN OUTPU
EQUILBRIUM YANG DITENTUKAN OLEH
KEKUATAN PENAWARAN DAN PERMINTAAN
MASYARAKAT ATAU INDIVIDU MEMBUTUHKAN
REGULASI DENGAN HARAPAN MEMPEROLEH
MANFAATNYA : PERLINDUNGAN, PROTEKSI DLL.
PENYEDIA (SUPPLIERNYA) ADALAH ANGGOTA
DPR
DALAM PRAKTEKNYA, YANG TERJADI ADA
“KEPENTINGAN” DALAM PEMBUATAN REGULASI,
KEPENTINGAN KONSUMEN UMUM “TERLEWATI”
DIKALAHKAN INTEREST KHUSUS (PEMBUAT
KEBIJAKAN ATAU KELOMPOKNYA)
MENGAPA??
MINORITAS DAPAT MENGATUR
MAYORITAS
KEPUTUSAN POLITIK SEPERTI LAYAKNYA
“LELANG” (AUCTION) DIMANA PENAWAR
TERTINGGI AKAN MENJADI PEMENANG
PARTISIPASI DALAM POLITIK TIDAK
GRATIS, MESKIPUN HANYA SEKEDAR,
UNJUK RASA. TERMASUK MENGGALANG
KEKUATAN MEMERLUKAN WAKTU DAN
BIAYA
PEMENANG PENAWARAN AKHIRNYA
KELOMPOK KECIL YANG KUAT, KARENA
MURAH DAN MUDAH
MENGORGANISASIKANNYA
KOMPENSASI BONUS TIDAK TERKAIT
DENGAN EFISIENSI YANG DILAKUKANNYA
(BERBEDA DENGAN SWASTA), SEHINGGA
CENDERUNG BUDGET MAXIMAZATION
AKHIRNYA, KARENA KONTROL LUAR
SULIT, EFISIENSI INTERNAL MENJADI
LEMAH