Anda di halaman 1dari 18

Proses Terjadinya

Shock
1. Dwi Rasti NIM 2022200007
2 Alifia Destia Dewi NIM 2022200008
3. Nada Syafiah NIM2022200013
4. Faradilla Bimaya Marshanda NIM 2022200015
5. Lailatul Mardiyah NIM 2022200025
01 02 03
Defini Shock Penyebab Shock Tanda dan Gejala
Shock

04 05 06
Patofisiologi Shock Manifestasi Klinis Penanganan Segera
Shock Pasien Shock
01
DEFINISI SHOCK
Definisi Shock adalah kondisi medis yang serius dan
potensial mengancam nyawa yang terjadi ketika aliran
darah ke seluruh tubuh terganggu secara signifikan.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
termasuk perdarahan berat, infeksi berat, kerusakan
jantung atau fungsi organ vital lainnya, atau reaksi alergi
yang parah. Pada kondisi shock, organ-organ tubuh tidak
menerima pasokan darah dan oksigen yang cukup, yang
dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan kegagalan
organ. Gejala shock dapat meliputi tekanan darah rendah,
denyut nadi lemah atau cepat, pernapasan cepat dan
dangkal, kulit pucat, dingin, atau berkeringat,
kebingungan atau kehilangan kesadaran, serta nyeri dada
atau kesulitan bernapas. Jika tidak ditangani dengan
cepat, shock dapat menjadi kondisi yang mengancam
jiwa.
02 PENYEBAB
SHOCK
Shock dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan kondisi yang
berbeda. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari shock:

1. Hipovolemik Shock (Shock Akibat 3. Kardiogenik Shock (Shock Akibat Gangguan


Kehilangan Cairan): Jantung):
• Hemoragi (perdarahan berat) • Serangan jantung (infark miokard)Gagal
• Dehidrasi jantung kongestif
• Luka bakar yang luas • Gangguan irama jantung yang parah (aritmia)
• Gangguan gastrointestinal (muntah, diare, 4. Obstruktif Shock (Shock Akibat Obstruksi
obstruksi usus) Aliran Darah):
2. Distributif Shock (Shock Distributif • Emboli paru (sumbatan arteri paru)
Vaskular): • Tamponade jantung (penumpukan cairan di
• Sepsis (infeksi berat) rongga jantung)
• Anafilaksis (reaksi alergi yang parah) • Tension pneumothorax (penumpukan udara di
• Syok neurogenik (kerusakan saraf) dalam rongga pleura)
• Syok anestesi (reaksi terhadap anestesi) • Obstruksi vena dalam (misalnya, tromboflebitis
dalam vena besar)
03
TANDA GEJALA
SHOCK
1. Sistem Kardivaskuler
Gangguan sirkulasi perifer-pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya
pengisian vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan
tekanan darah. Nadi cepat dan halus
Tekanan darah rendah. Tekanan systole kurang dari 80 mmHg atau
MAP ( tekanan arterial rata rata) kurang dari 60 mmHg, atau
menurun 30% lebih. Karena tekanan darah merupakan produk
resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung.
Vena perifer kolaps.
CVP rendah.
2. Sistem Resiprasi
Pernapasan cepat dan dangkal.
 KLASIFIKASI
SHOCK
Berdasarkan bermacam-macam sebab dan
kesamaan mekanisme terjadinya, shock
dapat dikelompokkan menjadi empat
macam yaitu :
• Shock Hipovolemik
• Shock Kardiogenik
• Schok Distributif
04
PATOFISIOLOGI
SHOCK
A. SHOCK KARDIOGENIK
Shock kardiogenik adalah keadaan yang terjadi ketika fungsi pompa jantung terganggu,
menyebabkan suplai darah dan oksigen yang tidak memadai ke jaringan tubuh.
Patofisiologi shock kardiogenik melibatkan gangguan pada sistem peredaran darah dan
jantung yang dapat mengurangi curah jantung dan tekanan darah.
Patofisiologi shock kardiogenik:
● Gangguan fungsi jantung: Shock kardiogenik biasanya terjadi karena adanya
kerusakan atau kelemahan pada otot jantung (miokardium), seperti serangan jantung
(infark miokard), gagal jantung, atau kelainan katup jantung. Kerusakan ini
mengurangi kemampuan jantung untuk memompa darah secara efektif.
● Penurunan curah jantung: Kerusakan otot jantung mengurangi kemampuannya untuk
memompa darah dengan kekuatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Akibatnya, curah jantung menurun. Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa
oleh jantung dalam
B. HIPOVOLEMIK
Shock hipovolemik adalah suatu kondisi yang terjadi ketika tubuh kehilangan sejumlah besar cairan
atau volume darah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pendarahan eksternal atau
internal, dehidrasi berat, atau trauma berat. Patofisiologi atau mekanisme terjadinya shock
hipovolemik melibatkan beberapa tahapan yang saling terkait. Berikut adalah penjelasan mengenai
patofisiologi shock hipovolemik:
● Pengurangan Volume Darah: Shock hipovolemik terjadi ketika tubuh kehilangan sejumlah besar
volume darah. Hal ini dapat terjadi akibat pendarahan eksternal seperti luka terbuka atau
pendarahan internal seperti perdarahan gastrointestinal atau ruptur organ.
● Penurunan Tekanan Darah: Kehilangan volume darah mengakibatkan penurunan tekanan darah
secara signifikan. Tekanan darah yang rendah mengganggu perfusi atau aliran darah yang cukup
ke organ-organ vital.
● Aktivasi Sistem Sympatikus: Penurunan tekanan darah akan menstimulasi sistem saraf simpatis
untuk merespons kondisi ini. Akibatnya, hormon epinefrin dan norepinefrin dilepaskan, yang
menghasilkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer untuk mempertahankan tekanan darah dan
memprioritaskan aliran darah ke organ-organ vital seperti jantung dan otak.
C. SHOCK DISTRIBUTIF
Shock distributif adalah jenis shock yang terjadi ketika ada distribusi tidak efektif dari volume darah di
dalam tubuh, yang mengakibatkan suplai darah yang tidak memadai ke organ-organ vital. Patofisiologi
shock distributif melibatkan beberapa mekanisme yang dapat mengganggu fungsi kardiovaskular dan
mengarah pada hipoperfusi jaringan.
Berikut adalah beberapa mekanisme yang terlibat dalam patofisiologi shock distributif:
• Vasodilatasi sistemik: Salah satu ciri khas shock distributif adalah vasodilatasi yang luas di arteri
dan kapiler. Vasodilatasi ini dapat disebabkan oleh pelepasan mediators seperti histamin, bradikinin,
prostaglandin, dan sitokin pro-inflamasi. Vasodilatasi menyebabkan penurunan tahanan vaskular
sistemik dan redistribusi darah yang tidak memadai.
• Penurunan tahanan vaskular sistemik: Vasodilatasi menyebabkan penurunan tahanan vaskular
sistemik (SVR) atau resistensi perifer total. SVR yang rendah mengurangi tekanan darah dan
mempengaruhi aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal.
• Gangguan mekanisme pengaturan saraf otonom: Shock distributif dapat mengganggu fungsi sistem
saraf otonom yang mengatur vasokonstriksi dan vasodilatasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
kegagalan dalam mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
05 MANIFESTASI
KLINIS
• Kelelahan dan kelemahan fisik yang parah
• Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau memfokuskan perhatian
• Perasaan bingung atau kehilangan arah
• Perasaan kaku atau mati rasa
• Emosi yang labil, seperti kecemasan, marah, atau keputusasaan yang mendalam
• Kesulitan tidur atau mimpi buruk
• Gangguan makan, seperti nafsu makan yang hilang atau makan berlebihan
• Perubahan dalam pola perilaku sosial, seperti menarik diri atau menjadi sangat bergantung
pada orang lain
• Gangguan fisik, seperti nyeri atau sakit kepala yang persisten
• Reaksi fisik, seperti detak jantung yang cepat, pernapasan yang fluktuatif, atau berkeringat
berlebihan
 
06
PENANGANAN
SEGERA PASIEN
SHOCK
Tahap- tahap penanganan segera pasien shock :
● Melakukan survey primer ABCDE yang terdiri dari Airway (menilai jalan nafas),
Breathing( menilai pernafasan cukup atau adanya obstruksi jalan nafas), circulation
(menilai sirkulasi peredaran darah), disability (menilai kesadran dengan cepat),
exposure (menilai adanya cedera leher atau tulang belakang).
● Fase resusitasi, kelanjutan upaya intervensi dan pemantauan yang di mulai dari survei
primer. (memasang pulse oxymetri)
● Pemantauan Lanjutan dari pemantauan tekanan vena sentral, pemantauan kateter
pulmonal, pemantauan kateter intra-arteria, pemantauan non-invasif, penempatan
kateter urin dan nasogastrik
● Fase perawatan definitif
● Persiapan untuk pemindahan pasien, pemindahan pada kamar operasi atau unit
perawatan intensif khusus
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai