Anda di halaman 1dari 22

SYOK

Hippocrates Emergency Team, TBM Janar Duta, TBM Cito,


TBMM Panacea

1. DEFINISI
Syok atau renjatan dapat diartikan sebagai keadaan terdapatnya pengurangan
yang sangat besar dan tersebar luas pada kemampuan pengangkutan oksigen serta
unsur-unsur gizi lainnya secara efektif ke berbagai jaringan sehingga timbul cidera
seluler yang mula-mula reversible dan kemudian bila keadaan syok berlangsung lama
menjadi irreversible.1 Selain itu syok merupakan suatu kelainan progresif yang
menyebabkan kematian bila masalah-masalh yang mendasarinya tidak dikoreksi. Yang
menjadi masalah yang mendasari bias seperti kehilangan banyak
darah/exsanguinations, trauma atau luka bakar yang luas, infark miokard, emboli paru,
dan sepsis. Tanpa memandang sebabnya, syok ditandai oleh hipoperfusi sistemik
jaringan; yang bisa disebabkan oleh curah jantung yang berkurang atau oleh
berkurangnya volume darah efektif yang beredar. Akibatnya adalah menjadi gangguan
perfusi jaringan dan hipoksia.3
Syok adalah salah satu keadaan darurat medik yang perlu mendapat pertolongan
medis segera. Namun pertolongan prehospital yang benar dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup korban karena dapat mencegah perburukan kondisi.4

1.1. Patogenesis Syok3


Beberapa karakteristik pathogenesis syok sama tanpa memperhatikan
penyebab yang mendasari. Jalur akhir dari syok adalah kematian sel. Begitu
sejumlah besar sel dari organ vital telah mencapai stadium ini, syok menjadi
irreversible, dan kematian terjadi meskipun telah dilakukan koreksi terhadap
penyebab/masalah yang mendasarinya. Mekanisme pathogenesis yang
menyebabkan kematian sel tidak sepenuhnya dipahami.
Syok umumnya cenderung berkembang melalui tiga tahap umum, kecuali
bila kelainan yang ada sangat massif dan mematikan dengan cepat (misalnya,
hilangnya darah/exsanguinations dari suatu aneurisme aorta yang ruptur). Tahap
tahap ini telah diketahi dengan lebih jelas pada syok hipovolemik namun juga
dapat dipakai secara umum pada syok bentuk lain :
a. Tahap awal non-progresif,

Saat mekanisme kompensasi reflex diaktifkan dan perfusi organ organ vital
dipertahankan. Pada tahap ini berbagai mekanisme neurohumoral bekerja
membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan darah. Mekanisme
ini meliputi reflex baroreseptor , pelepasan katekolamin dan hormone
antidiuretik, pengaktifan jalur rennin-angiostensin-aldosteron, dan
rangsangan simpatis umum.

b. Tahap progresif,
Ditandai dengan hipoperfusi jaringan dan mulainya sirkulasi yang
memberuk dan gangguan metabolism, termasuk asidosis. Tahap ini terjadi
karna penyebab yang mendasari timbulnya syok tidak dikoreksi. Sejalan
dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ organ vital terpengaruh dan
mulai mengalami kegagalan organ.

c. Tahap irreversible,
Jejas sel dan jaringan sangat berat sehingga walaupun defek hemodinamik
diperbaiki , tidak memungkinkan pasien selamat. Jejas sel yang meluas
tergambarkan dari kebocoran enzim lisosomal, yang memperburuk
keadaan syok. Fungsi kontraktil otot jantung memburuk , antara lain oleh
karena meningkatnya pembentukan nitrat oksida. Pada tahap ini dimana
kegagalan organ yang terjadi walaupun diberikan pengobatan yang terbaik,
biasanya proses akan terus berlanjut hingga berakhir pada kematian.

2. KLASIFIKASI SYOK
2.1. Berdasarkan penyebabnya

a. S
y
o
a. Syok Hipovolemik atau oligemic1
Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari
muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian
ventrikel tidak adekuat, seperti penurunan preload berat, direfleksikan
pada penurunan volume, dan tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri.
Perubahan ini yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup
(stroke volume) dan curah jantung yang tidak adekuat

b. Syok Kardiogenik1
Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik. Tekanan
arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang di bawah 1,8
L/menit/m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat. Pasien
sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urin kurang dari 20 ml/jam,
ekstremitas dingin dan sianotik.
Penyebab paling sering adalah infark miokard ventrikel kiri, miokarditis
akut dan depresi kontraktilitas miokard.

c. Syok Obstruktif Ekstra Kardiak1


Syok ini merupakan ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama
diastole, sehingga secara nyata menurunkan volume sekuncup (Stroke
Volume) dan berakhirnya curah jantung. Penyebab lain bisa karena emboli
paru masif.

d. Syok Distributif1
Bentuk syok septic, syok neurogenik, syok anafilaktik yang menyebabkan
penurunan tajam pada resistensi vaskuler perifer.

Penjelasan di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini:4


Jenis Syok Penyebab Contoh

Syok Hipovolemik Kehilangan darah dan/atau Kehilangan darah


cairan tubuh dalam jumlah (perdarahan)
besar tubuh mengalami
Kehilangan plasma darah
kekurangan volume darah
untuk mengangkut oksigen (luka bakar)

Kehilangan cairan tubuh


(muntah, diare, dehidrasi)

Trauma multipel

Syok Kardiogenik Kegagalan jantung memompa Gagal jantung


darah
Serangan jantung

Kematian otot jantung (infark


miokard)

Hilangnya elastisitas otot


jantung

Aritmia/disritmia jantung

Syok Obstruktif Obstruksi yang menghambat Perdarahan pericardium


darah untuk masuk atau (cardiac tamponade)
keluar dari jantung
Aneurisma aorta

Emboli paru

Tension pneumothorax

Syok Gangguan pada pembuluh Infeksi (septic shock)


Distributif/Anafilaktik darah, biasanya berupa
Reaksi alergi (anafilaksis)
vasodilatasi/pelebaran
berlebih sehingga perfusi Gangguan saraf yang
jaringan buruk meskipun mengganggu fungsi
jantung dapat memompa pembuluh darah (neurogenik)
dengan baik. Pelebaran Cedera spinal
pembuluh darah perifer
berlebih juga dapat
menyebabkan syok karena
bagian sentral dapat
kekurangan darah.
2.2. Syok perdarahan berdasarkan jumlah darah yang hilang4
Klasifikasi Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Syok
Kehilangan Hingga 750 7501500 15002000 >2000
Perdarahan
darah (ml)
Kehilangan Hingga 15% 1530% 3040% >40%
darah (%)
Denyut
volume nadi <100 >100 >120 >140
darah)
Tekanan Normal Normal Menurun Menurun
darah
Tekanan nadi Normal atau Menurun Menurun Menurun
Frekuensi naik
1420 2030 3040 >40
pernapasan
Produksi urine >30 2030 515 Tdk berarti
(cc/jam)
Status Mental Sedikit cemas Agak cemas Cemas, Bingung,
Penggantian Kristaloid Kristaloid bingung
Kristaloid dan lethargis
Kristaloid dan
carian (3:1 darah darah
rule)

3. DERAJAT SYOK
Berat dan ringannya syok:1
3.1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital
seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat
hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan
jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu,
produksi urin normal atau anya sedikit menurun, asidosis metabolic
tidak ada atau ringan.

3.2. Syok Sedang


Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati,
usus, ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi
hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa
terjadi dan asidosis metabolic. Akan tetapi kesadaran relative masih
baik.

3.3. Syok Berat


Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme
kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ
vital. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah
lain. Terjadi oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda-
tanda hipoksia jantung.

4. MANIFESTASI KLINIS
4.1. Manifestasi klinis syok secara umum4
a. Nadi cepat namun lemah/dangkal, ketika sudah parah, nadi menjadi sangat
lambat dan lemah
b. Kulit pucat, dingin, dan lembab
c. Wajah pucat atau terlihat sianosis/kebiruan pada bibir, lidah, dan cuping
telinga
d. Merasa haus, dingin, mual, dan ingin muntah
e. Merasa lemah dan lesu
f. Kehilangan kesadaran, kebingungan, atau merasa pusing
g. Mata terlihat sayu dan pupil melebar
h. WPK (Waktu Pengisian Kapiler) >2 detik

4.2. Manifestasi klinis syok secara khusus


a. Syok Hipovolemik1,2
Manifestasi klinik dari syok adalah hipotensi, pucat, berkeringat dingin,
sianosis, kencing berkurang, oligouria, ganggua kesadaran, sesak nafas.
b. Syok Septik/ Syok Bakteremik1
Fase hiperdinamik (syok panas) Fase hipodinamik
Hiperventilasi Tekanan vena sentral menurun
Tekanan vena sentral meninggi Hipotensi
Indeks jantung naik Curah jantung berkurang
Alkalosis Vasokonstriksi periferDaerah akral
Oligouria dingin
Hipotensi Asam laktat meninggi
Daerah akral hangat Keluaran urin berkurang
Tekanan perifer rendah
Laktikasidosis
c. Syok Neurogenik1
Tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bradikardi, sesudah pasien
menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Pengumpulan darah di
dalam arteriol, kapiler, dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat
berwarna kemerahan.
d. Syok Kardiogenik1
Pasien tidak sadar atau hilangnya kesadaran secara tiba- tiba.
Sianosis akibat dari aliran perifer berhenti
Akral Dingin

5. LANGKAH- LANGKAH PERTAMA MENANGANI SYOK


5.1. Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok untuk
awam terlatih2,4
a. Bawa korban ke tempat teduh dan aman4
b. Minta orang-orang yang tidak berkepentingan untuk tidak mengerumuni
korban4
c. Posisi Tubuh
Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka. Secara
umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang, penderita
jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai, kecuali
untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk
memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
membebaskan jalan napas.
Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah muka, atau
penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi tubuh
(berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga
mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah
atau darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan
bahwa saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya
asfiksia.
Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan telentang datar
atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi kepala lebih
rendah dari bagian tubuh lainnya.
Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya penderita
dibaringkan dengan posisi telentang datar.
Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan penderita
telentang dengan kaki ditinggikan 30 cm sehingga aliran darah balik
ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi meningkat. Tetapi
bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita menjadi
kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
d. Pertahankan Respirasi
Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan, bila ada sekresi atau
muntah.
Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan
nafas (Gudel/oropharingeal airway).
Berikan oksigen 6 liter/menit
Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
Jika denyut nadi tidak ada lakukan BLS4
Jika nadi ada namun tidak bernapas lakukan rescue breathing4
Jika napas dan nadi ada pertahankan jalan napas dan lanjut ke
penanganan selanjutnya4
e. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan Central
Venous Pressure (CVP). untuk tim medis ahli
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lain bila ada4
Tinggikan tungkai korban 15-30 cm agar lebih tinggi dari kepala (jika
tidak dicurigai adanya cedera spinal) agar aliran darah dari tungkai
dapat mengalir ke organ vital (jantung dan otak) dengan lancar4
Pastikan bahwa kepala korban lebih rendah dari jantung, otak adalah
salah satu organ paling vital yang cepat mengalami kematian sel bila
tidak tersuplai oksigen4
Longgarkan pakaian korban yang terlalu ketat untuk memperlancar
sirkulasi4
Pertahankan suhu tubuh korban dan cegah kehilangan panas dengan
menyelimuti dan memberi tutup kepala4
Pertahankan kadar oksigenasi korban dengan memberikan oksigen
jika memungkinkan4
Pantau dan reassessment kondisi korban4

5.2. Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok untuk


paramedis: 3
a. Letakkan pasien pada posisi telentang kaki lebih tinggi agar aliran darah otak
maksimal. Gunakan selimut untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh.
b. Periksa adanya gangguan respirasi. Dagu ditarik kebelakang supaya posisi
kepala menengadah dan jalan nafas bebas, beri O2, kalau perlu diberi nafas
bantuan.
c. Pasang segera infus cairan kristaloid dengan kanul yang besar (18, 16)
d. Lakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk kepala dan punggung. Bila
tekanan darah dan kesadaran relatif normal pada posis telentang, coba periksa
dengan posisi duduk atau berdiri.
e. Keluarkan darah dari kanul intravena untuk pemeriksaan laboratorium : darah
lengkap, penentuan golongan darah, analisis gas darah elektrolit. Sampel darah
sebaiknya diambil sebelum terapi cairan dilakukan.
f. Pada syok hipovolemik, kanulasi dilakukan pada v. safena magna atau v.
basilika dengan kateter nomor 16 perkutaneus atau vena seksi. Dengan
memakai kateter yang panjang untuk kanulasi v. basilika dapat sekaligus untuk
mengukur Tekanan Vena Sentral (TVS).
g. Pada kecurigaan syok kardiogenik, kanulasi vena perkutan pada salah satu
vena ekstrimitas atas atau vena besar leher dilakukan dengan kateter nomor 18-
20.
h. Peubahan nilai PaCO2, PaO2, HCO3, dan PH pada analisis gas darah dapat
dipakai sebagai indikator beratnya gangguan fungsi kardiorespirasi, derajat
asidosis metabolik, dan hipoperfusi jaringan.
i. Beri oksigen sebanyak 5-10 L/menit dengan kanul nasal atau sungkup muka
dan sesuaikan kebutuhan oksigen PaO2. Pertahankan PaO2 tetap di atas 70
mmHg.
j. Beri natrium bikarbonat 1 atau 2 ampul bersama cairan infus elektrolit untuk
mempertahankan nilai pH tetap di atas 7,1, walaupun koreksi asidosis
metabolik yang terbaik pada syok adalah memulihkan sirkulasi dan perfusi
jaringan.
k. Terapi medikamentosa segera
Adrenalin dapat diberikan jika terdapat kolaps kardivaskuler berat
(tensi/nadi hampir tidak teraba) dengan dosis 0,5-1 mg larutan 1 : 1000
intra muskuler atau 0,1-0,2 mg larutan 1 : 1000 dalam pengenceran dengan
9 ml NaCl 0,9 % intravena. Adrenalin jangan dicampur dengan natrium
bikarbonat karena adrenalin dapat menyebabkan inaktivasi larutan basa.
Infus cepat dengan Ringers laktat (50 ml/menit) terutama pada syok
hipovolemik. Dapat dikombinasi dengan cairan koloid (dextran L).
Vasopresor diberikan pada syok kardiogenik yang tidak menunjukkan
perbaikan dengan terapi cairan. Dopamin dapat diberikan dengan dosis 2,5
Ug/kg/menit (larutkan dopamin 200 mg dalam 500 ml cairan dekstrosa 5%.
Setiap ml larutan mengandung 400 Ug dopamin). Dosis dopamin secara
bertahap dapat ditingkatkan hingga 10-20 Ug/kg/menit. Pemberian
vasopresor pada hipovolemia sedang sampai berat tidak bermanfaat.
l. Pantau irama jantung dan buat rekaman EKG (terutama syok kardiogenik).
Syok adalah salah satu predisposisi aritmia karena sering disertai gangguan
keseimbangan elektrolit, asam dan basa.
m. Pantau diuresis dan pemeriksaan analisis urin.
n. Pemeriksaan foto toraks umumnya bergantung pada penyebab dan tingkat
kegawatan syok. Semua pasien syok harus dirujuk ke rumah sakit, terutama
untuk perawatan intensif

6. PENATALAKSANAAN SYOK BERDASARKAN


JENISNYA
6.1. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik2,5
a. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat
lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik
vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan
tekanan darah.
b. Penilaian A-B-C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu:
Airway (membuka jalan napas). Jalan napas harus dijaga tetap
bebas, tidak ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang
tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur agar lidah tidak jatuh
ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan
ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut (Jaw
Trust)
Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan
bila tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke
mulut atau mulut ke hidung. Pada syok anafilaktik yang
disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi
jalan napas total atau parsial. Penderita yang mengalami
sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong dengan obat-
obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.
Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera
ditolong dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea,
krikotirotomi, atau trakeotomi.

Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri


besar (a. karotis, atau a. femoralis), segera lakukan kompresi
jantung luar.
c. Segera berikan adrenalin 0.30.5 mg larutan 1: 1000 untuk penderita
dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, intramuskular.
Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai keadaan membaik.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus kontinyu adrenalin
24 ug/menit.
d. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin
kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 56
mg/kgBB intravena dosis awal yang diteruskan 0.40.9
mg/kgBB/menit dalam cairan infus.
e. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg
atau deksametason 510 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk
mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang
membandel.
f. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur
intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke
ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok
anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan
curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan
antara larutan kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan
didasarkan atas keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya
peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya,
bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 34 kali
dari perkiraan kekurangan volume plasma.
g. Dalam keadaan gawat, pada penderita syok anafilaktik jangan
dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan.
Bila terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di tempat
kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan fasilitas
yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter.
Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki
lebih tinggi dari jantung.
h. Kalau syok sudah teratasi, lakukan evaluasi selama kurang lebih 4
jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih
dari 23 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk
evaluasi.
Algoritma Penanganan Syok Anafilaktik
6.2. Penatalaksanaan Syok Hipovolemik2,5
a. Mempertahankan Suhu Tubuh
Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada
penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan
panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan
sangat berbahaya.

b. Pemberian Cairan
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya
aspirasi cairan ke dalam paru.
Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi
atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut serta kepala
(otak).
Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul
dan tidak ada indikasi kontra. Pemberian minum harus
dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid
merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan
untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume
interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma
berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.

Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus


seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis
cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma
pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik.
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
isotonik. Penggantian volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid
memerlukan volume 34 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila
menggunakan larutan koloid memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah
perdarahan yang hilang. Telah diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat
yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah
lengkap. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian
cairan yang berlebihan.

Algoritma Penanganan Syok Hipovolemik


6.3. Penatalaksanaan Syok Kardiogenik1,5
Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan
berlebihan yang akan membebani jantung. Harus diperhatikan oksigenasi darah
dan tindakan untuk menghilangkan nyeri.

Algoritma Penanganan Syok Hipovolemik


6.4. Penatalaksanaan Syok Septik 5
Algoritma Penanganan Syok Septik
6.5. Penatalaksanaan Syok Neurogenik1,2,5
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong jalannya darah.
Penatalaksanaannya:
a. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari
kaki (posisi Trendelenburg).
b. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya
dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi
dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan
ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi
yang berulang.
Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan
resusitasi cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.
Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-
obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang merupakan indikasi, sedangkan
kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien):
a. Dopamin: Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10
mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi
takikardi.
b. Norepinefrin: Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan
tekanan darah. Epinefrin. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat
dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini
harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenic.
c. Dobutamin: Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan
oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan
tekanan darah melalui vasodilatasi perifer.
Algoritma Penanganan Syok Neurogenik
7. HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN4
a. JANGAN meninggikan kepala. Jaga posisi kepala lebih rendah dari tungkai
dan jantung
b. JANGAN memindahkan korban jika dicurigai adanya cedera spinal
c. JANGAN memberikan cairan atau makanan melalui mulut apabila korban
belum benar-benar sadar, untuk menghindari tersedak atau masuknya cairan ke
paru-paru
DAFTAR PUSTAKA

1. Harrison.Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:EGC.2013.


2. Rifki,Az. Simposium Emergency in Field Activities.Padang:RSI Siti Rahmah.2013.
3. Buku Diklat PTBMMKI 2015.
4. Buku Panduan Pendidikan dan Latihan Dasar TBMM Panacea FK UGM. 1st ed.
Yogyakarta: TBMM Panacea FK UGM; 2016.
5. Buku Materi Diklat Medis, KAT dan Pengabdian masyarakat Hippocrates Emergency Team
Angkatan XXV

Anda mungkin juga menyukai