Anda di halaman 1dari 52

KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3) DI LABORATORIUM

Reki Usman Susilo Reskiyanto, A.Md .AK


PNTP : A – 0017/06/2019
MATERI PERKULIAHAN
Jenis,Tata ruang, Fasilitas
01 Laboratorium Medis

Jenis & Penerapan K3 di


02 Laboratorium Medis

Konsep &
03
Penggulangang Patien
safety K3 di
Laboratorium Medis
Definisi K-3
• Kesehatan(health):pencegahan penyakit,sakit
atau ketidak-nyamanan yang parah sehubungan
dengan pekerjaan yang dapat mengganggu kondisi
fisik dan mental pekerja ataupun anggota masyarakat

• Keselamatan(safety):pencegahan terjadinya kecelakaan untuk


menghindari cedera bagi orang (manusia) atau kerusakan terhadap
fasilitas kerja(mesin peralatan,dll)atau tempat lingkungan kerja.

• Kecelakaan(accident) akibat kerja:terjadi bila suatu kejadian


yang tidak direncanakan muncul,baik yang berakibat cedera(ringan
maupun berat) atau kerusakan maupun tidak.
Jenis, Tata ruang, Fasilitas Laboratorium Medis

Praktek Laboratorium Yang benar


1. Cara mencegah penyebaran bahan infeksi
2. Cara mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata
bahan infeksi
3. Cara untuk mencegah tertusuk bahan infeksI
4. Cara untuk menggunakan pipet dan alat bantu pipet
5. Cara menggunakan Sentrifus atau pemusing
6. Cara menggunakan alat homogenisasi, alat pengguncang dan
alat sonikasi
7. Cara menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
8. Cara membuka ampul yang berisi bahan infeksi yang diliojilisasi
(tutup rapat dan steril)
9. Cara menggunakan alat penghancur jaringan
10. Menyimpan Ampul yang berisi bahan infeksi
11. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh.
Pengelolaan Specimen
1. Penerima spesimen di laboratorium
- punya loket khusus
- tertutup rapat
- wadah di desinfeksi
- Tidak mudah pecah dan bocor
- Di beri label
- Wadah ditaruh pada bak alat khusus
- Baki di desinfeksi tiap hari
- Wadah diatas baki posisi berdiri
2. Petugas penerima spesimen
- Memekai jas laborat
- Semua spesimen dianggap infeksi
- Meja di desinfektan tiap hari
- Jangan pakai ludah untuk menempelkan label
- Jangan makan dan minum saat kerja
- Cuci tangan, didesinfektam sehabis kerja
- Tamu/pasien tidah boleh menyentuh apaun pada meja
spesimen
Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium Medis
1. Ruang
- Mudah dibersihkan
- Pertemuan dua dinding melengkung
- Meja tidak tembus air
- Perabot dari bahn yang kuat
- ada jarak antar alat dan prabot
- Penerangan cukup
- Permukaan rata
- Tersedia air kran
- Pintu berlabel keluar
   BIOHAZARD
- Denah ruang lab. lengkap
- Tempat sampah dan kantong plastik
- Ruang: ganti pakaian, makan,kamar mandi
- Tanaman & hewan tidak boleh
2. Koridor, Gang, Lantai,dan Tangga
- Lantai bersih kering tidak licin
- Koridor & gang bebas halangan
- Tangga + pegangan tangan
- Anak tangga rata & tidak licin
- Penerangan cukup

3. . Sistem Fentilasi
- Ventilasi Cukup
- Jendela + kaca anti nyamuk
- Udara mengalir searah
4. Air, Gas dan Listrik
- Listrik / Generator
- Ada instalasi gas
- Ada PAM / Pompa / Artesis dengan kwalitas memadai
Jenis Laboratorium Kesehatan
• Jenis laboratorium kesehatan berdasarkan pelayanan terdiri dari :
a.     Laboratorium klinik.
b.     Laboratorium kesehatan masyarakat
Jenis Laboratorium Kesehatan
 Izin Laboratorium
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 364/Menkes/SK/III/2003
tentang Laboratorium Kesehatan
 Jenis laboratorium kesehatan berdasarkan
pelayanan
• Laboratorium klinik.
• Laboratorium kesehatan masyarakat
 Laboratorium Klinik
Sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan atau factor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang mikrobiologi, fisika,
kimia dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan terutama untuk menunjang upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.
• Laboratorium kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Swasta, dapat berupa laboratorium yang mandiri atau terintegrasi di
dalam sarana pelayanan kesehatan lainnya.

• Laboratorium kesehatan harus memenuhi persyaratan meliputi lokasi,


bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan dan kemampuan
pemeriksaan laboratorium.
Persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, ketenagaan dan
kemampuan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Laboratorium kesehatan harus memiliki sarana pengelolaan limbah
Persyaratan
Mengajukan permohonan dengan mengisi formulir :

• Form. Izin Tetap Laboratorium ( Form.E )


• Form. Surat Pernyataan Kesanggupan sebagai Penanggung Jawab Teknis
( form  E1 )
• Form. Surat Pernyataan Kesanggupan sebagai ATLM( Form. E2 )
• Form. Surat Pernyataan Kesediaan Mengikuti Progam Pemantapan Mutu
  ( Form. E3 )
• Form. Data Kelengkapan Bangunan Laboratorium ( Form. E4 )
• Form. Data Kelengkapan Peralatan Laboratorium( Form. E5 )
• Form. Rencana Kegiatan Pelayanan Laboratorium ( Form. E6 )
Melampirkan :
• Rencana bangunan dan kelengkapannya
• Denah lokasi dengan situasi sekitarnya
• Denah bangunan yang diusulkan dan ketentuan lain yang
ditetapkan
Masa Berlakunya
1. Izin Sementara :
Berlaku selama 6 ( enam ) bulan dan dapat diperpanjang  1
(satu) kali. Perpanjangan Izin Sementara dapat diberikan untuk
memberikan kesempatan kepada pemohon memenuhi
persyaratan : minimal bangunan dan peralatan laboratorium
untuk memperoleh Izin Tetap.
2. Izin tetap :
Berlaku selamanya, kecuali ada perubahan terhadap
• Nama laboratorium
• Pemilikan
• Penanggungjawab teknis
• Lokasi
Jenis & Penerapan K3 di Laboratorium

Ancaman Berbahaya di Laboratorium

Fisik

Faal/
Kimiawi
ergonomi

Ancaman

Psiko
Biologi
sosial
Kimia

• Penggolongan bahan kimia menurut tingkat bahaya terdiri


dari 4 kategori yaitu:
1.Gangguan kesehatan (health-H)
2.Kebakaran (Flammability hazard-F)
3.Ledakan (Reactivity/Stability hazard-R)
4.Bahan kimia dengan sifat khususnya (Special notice key-S/N).
Bahan kimia ini dapat bersifat

1. Karsinogen
Bahan kimia yang karsinogen adalah bahan kimia yang
sudah di evaluasi oleh NTP (National Toxicology Program),
IARC (International Agency for Research on Cancer) dan
ditetapkan oleh OSHA (Occupational Safety and Health
Administration)
2. Korosif
Bahan kimia yang mengakibatkan kerusakan ireversible
pada jaringan karena reaksi kimiawi yang terjadi pada
daerah yang terpapar.
Contoh: asam dan basa
3. Toksik

• Bahan toksik jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit


dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian
pada manusia, tanaman atau binatang
Contoh: Chlorride pentachloroethane, perchloroethylene,
tetrachloromethane, trichloroethane, trichloroethylen.

4. Iritan
• Bahan kimia ini tidak korosif tetapi dapat mengakibatkan
• pembengkakan jaringan karena reaksi kimia yang terjadi di daerah
yang terpapar.
• Contoh: Akrolin, Amoniak, Dioksan
5. Sensitizer

• Bahan kimia ini mengakibatkan reaksi alergi pada jaringan yang


sering terpapar
• Contoh: Keton
6. Merusak Organ Tubuh Tertentu
No Bahan Kimia Efek Terhadap Organ Tubuh Gejala

1. Karbon tetrakhlorida Kerusakan hati Kuning


Nitrosamines Pembesaran hati
2. Halogenated Kerusakan ginjal Pembengkakan
Uranium Proteinuria
3. Air raksa Kerusakan saraf Kesadaran terganggu
Karbon disulfida Perubahan system saraf
4. Karbon monoksida Merusak factor produksi sel Menurunnya fungsi Hb
Sianida Kekurangan O2 pada jaringan otot
Sianosis
Kesadaran turun

5. Silika Merusak paru-paru Iritatif dan merusak otot paru, batuk,


Serbuk asbes kejang dada, napas pendek

6. Timah hitam Merusak system reproduksi Lahir cacat


Keton
7. Keton Membahayakan kulit Mempengaruhi lapisan dermal dari kulit,
Komposisi khlorin iritasi, kelainan kulit
8. Solven organic/asam Membahayakan mata Penglihatan terganggu
Mengganggu system saraf Konjungtivitis, kerusakan kornea mata
7. Bahan kimia yang mempunyai efek akut dan kronik terhadap kesehatan

No Bahan Kimia Pengaruh terhadap kesehatan


Akut Kronis
1. Air raksa Muntah, diare, sakit kepala, mual, sakit Gangguan sistem saraf pusat, gusi
mata bengkak dan gigi tanggal

2. Akrolin Keluar air mata, iritasi saluran nafas Edema paru

3. Amoniak Iritasi mata

4. Anilin (aminobenzen, fenilamin) Sianosis karena Mathemoglobinemia,


narkosa ringan, paralisis saluran nafas

5. Asetaldehid (Aldehid asetat, Ethanol) Iritasi mata dan saluran nafas, narkose Bronkitis, kerusakan hati
(menurunkan kesadaran)

6. Asetat anhidrat (asetil oksida, Iritasi kuat pada mata dan saluran nafas,
ethanonil anhidrat) efek korosif
7. Aseton (dimetil keton 2 propanon) Iritasi pada mata, hidung dan
tenggorokan, narkose

8. Asetonitril (metal sianida) Iritasi saluran pernafasan, keracunan


sianida

9. Benzen Narkose Leukemia, kerusakan hati, anemia


aplastik
10. Benzidin Sakit perut, mual, iritasi kulit Karsinogenesis
11. Dietil eter Muntah, iritasi mata, narkose Kecanduan
12. Dioksan Narkose Kerusakan hati dan ginjal,
karsinogenesis
13. Fenol Sakit perut, muntah, diare, iritasi kulit, Gangguan sistem saraf pusat, koma
sakit mata, efek korosif

14. Formaldehid (formalin) Iritasi saluran nafas, kulit dan membran Edema paru
mukosa
15. Glutaral Iritasi saluran nafas dan membran Kerusakan hati dan ginjal, gangguan
mukosa saluran cerna
16. Karbon Tetraklorida Sakit kepala, mual, ikterik ringan, hilang
(tetraklorometan) nafsu makan, narkose
17. Kloroform (triklorometan) Sakit kepala, mual, ikterik ringan, hilang
nafsu makan, narkose

18. Metanol (metilalkohol) Narkose, iritasi mukosa Kerusakan retina dan saraf optik

19. a-naftilamin Diduga karsinogenik

20. b-naftilamin Karsinogenesis

21. Nitrobenzen (Nitrobenzol) Sianosis karena Methemoglobinemia, Anemia, tekanan darah menurun,
narkose ringan Methemoglobinemia dengan
sianosis, iritasi kandung kemih,
kerusakan hati

22. Piridin Kerusakan hati dan ginjal Kerusakan saraf


23. Selenium Kulit terbakar, sakit mata, batuk Gangguan sistem saraf pusat,
teragonosis
24. Sianogen bromida Sakit perut, mual, diare, gangguan Edema paru
penglihatan
25. Sitokalasin Mutagenesis
26. Tetra hidrofuran (dietil oksida Narkose, kerusakan hati dan ginjal, Mutagenesis
tetrametil oksida) iritasi mata dan saluran nafas

27. Thallium Sakit perut, muntah, mual, diare Gangguan saraf, gangguan
penglihatan, kelemahan otot, ataksia

28. o-Tolidin Karsinogenesis

29. Toluen (metil benzen, fenil benzen, Narkose Gangguan saraf tidak spesifik,
toluol) mungkin kecanduan

30. Trikloroetilen (etinil triklorida) Narkose Kerusakan hati, gangguan saraf non
spesifik

31. M-Xylene (1-2 dimetilbenzen) Narkose, sakit kepala, lelah, kurang Gangguan saraf tidak spesifik
waspada, mual

32. o-Xylene Narkose, sakit kepala, lelah, kurang Gangguan saraf tidak spesifik
waspada, mual

33. p-Xylene Gangguan saraf tidak spesifik


Bahan Kimia Mudah Terbakar
Bahan kimia jenis ini mudah bereaksi dengan oksigen sehingga menimbulkan kebakaran. Reaksi
kebakaran yang sangat cepat dapat menimbulkan ledakan. Bahan kimia mudah terbakar dapat berbentuk:
1. Padat
Bahan padat ini tidak mudah meledak, dapat menimbulkan kebakaran karena gesekan, absorpsi uap,
perubahan kimia yang spontan dan menyimpan panas selama proses.
Contoh: Natrium, Uranium, TNT, Strontium
2. Cair
Zat cair ini mudah menguap dan uapnya mudah terbakar pada suhu dibawah 25,5°C. Golongan ini banyak
dijumpai di laboratorium dan dikenal sebagai pelarut organik.
Contoh: eter, alkohol, aseton, benzena, heksan
3. Gas
Yang terrmasuk golongan ini sering menimbulkan ledakan
Contoh: Gas alam untuk bahan bakar, metan nitrogen hidrogen, asetilen, etilen oksida.
Pada umumnya bahan kimia padat lebih sukar terbakar dibandingkan dengan bahan kimia cair, tetapi
bahan kimia padat berupa serbuk halus lebih mudah tyerbakar daripada bahan kimia cair atau gas.
Contoh yang termasuk golongan ini adalah belerang, fospor, hibrida logam, logam alkali.
Bahan Kimia Mudah Meledak

Bahan kimia ini mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai
pengimbangan kehilangan panas sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat cepat dan dapat menimbulkan ledakan.
Contoh:
- Azida: Apabila azida bereaksi dengan tembaga, misalnya pipa pembuangan atau
keran air dari tembaga, maka tembaga azida akan menimbulkan ledakan hebat jika
terkena benturan ringan
- Asam Perklorat: Jika dibiarkan mengering pada permukaan meja yang terbuat dari
kayu, batu bata atau kain, akan meledak dan menimbulkan kebakaran jika terkena
benturan.
- Asam Pikrat dan garamnya: Akan terbakar oleh panas atau benturan
Bahan Kimia Dengan Sifat Khusus

Bahan kimia jenis ini mempunyai sifat khusus, yaitu:


1. Oksidator (Oxidation Agents)
Bahan kimia ini yang mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat
menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.
Contoh: Peroksida

2. Reaktif terhadap air (Water Sensitive Substance)


Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan air dan menghasilkan
panas serta gas yang mudah terbakar
Contoh: H2SO4
3.Reaktif terhadap asam (Acid Sensitive Substance)
Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan asam dan menghasilkan
panas serta gas yang mudah terbakar atau gas yang beracun dan
korosif.
Contoh: HNO3 pekat
4. Bahan Radioaktif (Radioactive Substance)
Bahan kimia ini memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel
radioaktif yang merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas lebih besar dari 2.10-3
microcurie/gram
Contoh: carbol yodium, sinar α, sinar β, sinar γ, sinar x
5. Bahan kimia yang tidak boleh tercampur (Incompatible Chemicals)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi
berbahaya jika tercampur satu sama lain.
Label Tingkat Bahaya
Berdasarkan jenis dan sifat bahan kimia, maka untuk mencegah bahaya yang timbul, bahan
kimia harus diberi tanda atau label sesuai kategori berikut:

1. Bahan kimia yang mengakibatkan gangguan kesehatan.


Tingkat bahaya terhadap kesehatan dari bahan kimia dapat dilihat dari
angka yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna biru.
Rinciannya adalah:
4: Dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah
mendapat pengobatan
3: Dapat menyebabkan luka serius meskipun telah mendapat pengobatan
2: Dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera
1: Dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati
0: Tidak menimbulkan bahaya
2. Bahan kimia yang mudah terbakar

Kategori ini ditandai dengan tanda merah dan dibagi dalam


lima derajat yang dinyatakan dengan angka:
4: Gas sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah
meledak
3: Dapat terbakar pada temperatur biasa
2: Terbakar jika dipanaskan
1: Terbakar jika dipanaskan cukup lama
0: Tidak akan terbakar
3. Bahan kimia mudah meledak

Tingkat stabilitas dan kemungkinan meledaknya bahan kimia tersebut dapat


dilihat dari angka yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna kuning.
Rinciannya adalah:
4: Segera meledak
3: Dapat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada pencetus
yang kuat
2: Umumnya tidak stabil tapi tidak akan meledak
1: Umumnya stabil, bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada
tekanan, bereaksi dengan air
0: Umumnya stabil, tidak bereaksi dengan air
4. Bahan kimia dengan sifat khusus

Sifat tersebut dapat dilihat dari huruf yang tertulis pada bagian label
kemasan berwarna putih. Sifat yang tertera adalah:
W : reaktif terhadap air
ACID : Asam
COR : Korosif
OX: Oksidator
ALK : Basa/Alkali
RAD : Radioaktif
Label Tingkat Bahaya:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bahan kimia
di laboratorium:
1. “Material Safety Data Sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang terdapat di
laboratorium harus tersedia di tempat kerja dan diketahui seluruh petugas
laboratorium
2. Bahan kimia tidak dihisap melalui pipet dengan mulut tetapi menggunakan karet
isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan berbahaya
dan terhirupnya aerosol
3. Gunakanlah peralatan pelindung seperti pelindung mata dan muka, sarung tangan
karet, celemek (apron), jas laboratorium yang tepat pada saat menangani bahan
kimia, terutama bahan pelarut organik (Toluen, kloroform, eter, benzen,
CCL4/Carbon tetra chlorida)
4. Gunakanlah pelindung mata yang tepat jika bekerja dengan bahan atau alat yang
dapat menimbulkan bahaya pecahan, percikan atau radiasi gelombang perusak
mata. Pelindung mata harus menutup rapat daerah sekitar mata dan tahan terhadap
percikan bahan kimia
5. Hindari pemakaian lensa kontak pada waktu menangani bahan kimia,
karena dapat melekat antara mata dan lensa
6. Gunakan alat pelindung pernafasan dengan benar pada saat
menangani gas toksik
- alat pelindung pernafasan uap digunakan apabila menangani
uap toksik berkekuatan rendah
- alat pelindung pernafasan terhadap gas digunakan apabila
menangani gas toksik berkekuatan tidak lebih dari 2 % volume
atau 20.000 ppm di udara lingkungan kerja
- Alat pelindung pernafasan dengan tabung udara yang
menyalurkan udara murni untuk waktu terbatas digunakan dalam
situasi mendadak
7. Penumpukan bahan kimia di gudang harus sesuai dengan
PERMENNAKER No: 187 Tahun 1999 (batas penyimpanan dan cara
penyimpanan)
KONSEP & PENAGULANGAN PATIEN SAFETY K3 DI
LABORATORIUM MEDIS
Keselamatan dan Kesehatan kerja

• Adalah suatu upaya untuk menjamin keselamatan, keamanan


dan kenyamanan saat bekerja baik jasmani maupun rohani
• Aman: dapat menghindari segala resiko yang mungkin
muncul
• Nyaman: pekerja dapat merasakan ketenangan saat bekerja
sehingga tidak mudah bosan dan lelah
• K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
dengan cara penerapan pengendalian dari segala hal yang
memiliki potensi membahayakan para pekerja.
• Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi
menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut,
pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan
kerja/instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan
pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di
sekelilingnya.
Dengan menerapkan teknologi pengendalian K3, diharapkan:
• Tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan
tingkat kesehatan yang tinggi
• Menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang
tinggi
• Kecelakaan tidak terjadi karena kebetulan saja melainkan
dikarenakan oleh faktor-faktor yang menjadi penyebab
• Faktor penyebab mendorong terjadinya suatu kecelakaan atau
dengan kata lain suatu kecelakaan terjadi karena alasan2 yang
jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya (predictable)
• Sebagian besar kecelakaan muncul akibat faktor2 yang dapat
diidentifikasi. Itulah sebabnya investigasi dan identifikasi
alasan-alasan terjadinya kecelakaan menjadi signifkan untuk
menghindari terulangnya kecelakaan yang sama.
Manajemen K3 di Laboratorium
• Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya, dengan mempergunakan bantuan orang lain
(G.Terry). Untuk mencapai tujuan tersebut, dia membagi
kegiatan atau fungsi manajemen menjadi :
- A. Planning (perencanaan)
- B. Organizing (organisasi)
- C. Actuating (pelaksanaan)
- D. Controlling (pengawasan)
A. Planning (Perencanaan)
• Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan
kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.
• Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang
pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan di
bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda yang
dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan
risiko bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin
besar. Oleh karena itu usaha-usaha pengamanan kerja
dilaboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi
keselamatan kerja laboratorium.
• Dalam perencanaan, kegiatan yang ditentukan meliputi :
a. apa yang dikerjakan
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
d. siapa yang mengerjakan
e. kapan harus dikerjakan
f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
B. Organizing (Organisasi)
• Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat
laboratorium daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau
nasional.
• Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara
langsung atau tidak langsung sangat diperlukan.
• Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang terkait dalam
organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah
(wilayah), di samping memberlakukan Undang-Undang
Keselamatan Kerja.
• Di tingkat daerah (wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk
Komisi Keamanan Kerja Laboratorium yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
1. menyusun garis besar pedoman keamanan kerja laboratorium
2. memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan
keamanan kerja laboratorium
3. memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja laboratorium
4. memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan
penerbitan izin laboratorium
5. mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu
laboratorium
C. Actuating (Pelaksanaan)
• Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong
semangat kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan,
mengkoordinasikan berbagai aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang
kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas bawahan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap
individu yang bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan
memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam laboratorium
• memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut.
• mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai
spesimen reagensia dan alat-alat.
• Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan,
keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk
mengambil keputusan penyelesaiannya.
D. Controlling (Pengawasan)
• Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan
agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana
yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok,
yaitu :
a. adanya rencana
b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang
kepada bawahan.
• Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah
sosialisasi tentang perlunya disiplin, mematuhi segala
peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium.
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha
pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia
bila peraturan diabaikan.
• Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan laboratorium
yang tugasnya antara lain :

1. memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek


laboratorium yang baik, benar dan aman
2. memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara
menghindari risiko bahaya dalam laboratorium
3. melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
atau kecelakaan.
4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan
kerja laboratorium
5. melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan
mencegah meluasnya bahaya tersebut
Tugas

• Buat makalah yang berhubungan materi kuliah k3 :


Cara Praktek Laboratoriun Yang Benar (GLP) Sesuai
Kemenkes
Perkembangan Laboratorium Klinik di Masa Depan
Ancaman Psiko Sosial di Laboratorium
Konsep Manajemen Laboratorium Kesehatan Masyarakat
Thank you

Anda mungkin juga menyukai