Anda di halaman 1dari 29

DASAR PENGENAAN

PAJAK
Dasar Pengenaan Pajak

Harga Nilai Nilai Nilai


Penggantian
Jual Impor Ekspor Lain

Penyerahan
Penyerahan JKP, ekspor Impor Ekspor
BKP JKP & BKP tdk BKP BKP
berwujut

Ditetapkan dengan Per. Menkeu Nomor


75/PMK.03/2010 jo 38/PMK.011/2013
Jo 30/PMK.03/2014
Harga Jual Penggantian
Pasal 1 angka 18 Pasal 1 angka 19

Nilai berupa uang termasuk Nilai berupa uang termasuk


semua biaya yang diminta semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena oleh pengusaha karena
penyerahan BKP, tidak penyerahan JKP, ekspor JKP
termasuk PPN yang dipungut atau ekspor BKB Tidak Berwujut
menurut UU ini dan potongan tetapi tidak termasuk PPN yg
harga yang tercantum dalam dipungut menurut UU ini dan
Faktur Pajak potongan harga yang tercantum
dalam Faktur Pajak

Nilai Potongan
Semua
berupa
uang
+ biaya - harga
dalam FP
Harga Jual

PT Sumilir menyerahkan beberapa unit AC dengan


harga yang dirinci sbb:
-harga AC Rp100.000.000,00
-Biaya pengiriman Rp 5.000.000,00
-Biaya pemasangan Rp 10.000.000,00
-Jumlah yang dibayar Rp115.000.000,00

Dasar Pengenaan Pajak


adalah
Rp115.000.000,00
Nilai Impor
Pasal 1 angka 20

Nilai berupa uang, yang menjadi dasar


penghitungan bea masuk ditambah pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan pabean
untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut UU ini.

Cost,
Insurance Bea Nilai
& Freight
(CIF)
+ Masuk
= Impor
Nilai Impor

PT Variasi mengimpor sejumlah radio tape mobil dari


Jepang dengan harga impor (CIF) USD100,000.00.
Terutang Bea Masuk 50%. Nilai kurs USD1 =
Rp15.000,00.

Nilai Impor:
CIF = USD100,000.00 x Rp15.000,00 =Rp1.500.000.000,00
Bea Masuk = 50% x Rp1.500.000.000,00=Rp 750.000.000,00
Nilai Impor =Rp2.250.000.000,00
Nilai Ekspor
Pasal 1 angka 26

Nilai berupa uang termasuk semua biaya


yang diminta atau yang seharusnya diminta
oleh eksportir.
1
Nilai lain

Pemakaian sendiri/ pemberian Cuma- Harga Jual / Penggantian


Cuma BKP/JKP dikurangi laba kotor

HP/unit 20,000
H. jual/unit 25,000
Diskon Bonus

Jual 100 2,500,000 Jual 90 2,250,000

Diskon 10%   250,000 Bonus 10 200,000


DPP   2,250,000 DPP   2,450,000
PPN   225,000 PPN   245,000

     
2 Nilai lain

Persediaan BKP yang masih tersisa


Harga Pasar Wajar
pada saat pembubaran perusahaan

Aktiva yg menurut tujuan semula


tidak untuk dijual yg masih ada pada Harga Pasar Wajar
saat pembubaran sepanjang PPN yg
dibayar dpt dikreditkan

Bedakan dengan PPN Pasal 16 D


(DPP = Harga Jual)
3 Nilai lain/Besaran Tertentu

9,9% x HJE 1 April 22


Produk Hasil Tembakau 10,7% x HJE 1Jan 25
Nilai Lain

Jasa Biro Perjalanan/ 10 % x Jumlah Tagihan/ seharusnya


ditagih
Jasa Biro Pariwisata Besaran Tertentu (1,1%)

10 % x Jumlah Tagihan/ seharusnya


Jasa Pengiriman Paket ditagih
Besaran Tertentu (1,1%)

Penyerahan BKP dari pusat ke HPP atau H. Perolehan


cabang dan sebaliknya dan antar Nilai Lain (HPP)
cabang

Penyerahan BKP kepada harga yang disepakati antara


pedagang perantara pedagang perantara dengan
pembeli (Nilai Lain)
Penyerahan BKP melalui juru Harga Lelang
lelang Nilai Lain
4 Nilai lain/Besaran Tertentu

Barang hasil pertanian 10% x Hg jual 1 April 22 (1,1%)


10% x Hg Jual 1Jan 25 (1,2%)
tertentu Besaran Tertentu

Penyerahan kend bermotor bekas 10% x Hg jual 1 April 22 (1,1%)


PMK-65/PMK.03/2022 10% x Hg Jual 1 Jan 25 (1,2%)
Besaran Tertentu

11% x pemb subsidi


Penyerahan pupuk bersubsidi
11% x HET
PMK-66/PMK.03/2022 Nilai Lain

10% x komisi atau imbalan


Jasa agen asuransi agen

1% x nilai transaksi (Pdg fisik) 0,11%


2% x nilai transaksi (Non Pdg fisik)
Aset Kripto 0,22%
PMK-68/PMK.03/2022
Besaran Tertentu
5 Nilai lain

untuk penyerahan jasa pengurusan


transportasi (freight forwarding) yang
di dalam tagihan jasa pengurusan
transportasi tersebut terdapat biaya
transportasi (freight charges)

10 % x Biaya yang ditagih atau


seharusnya ditagih
6 Nilai lain/Besaran Tertentu

Kegiatan membangun
sendiri (Pasal 16 C UU
PPN)

20 % x Biaya yang dikeluarkan


tidak termasuk tanah
7 Nilai lain/Besaran Tertentu

Penyerahan emas perhiasan dan/jasa


yang terkait dengan emas perhiasan
oleh pengusaha emas perhiasan

20 % x harga jual emas


perhiasan/nilai penggantian
Pasal 2 UU PPN
HUBUNGAN ISTIMEWA 1984

(1) Dalam hal harga jual atau Penggantian dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian dihitung atas dasar harga
pasar wajar pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak itu dilakukan.
(2) Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

a) Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung


sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain,
atau hubungan antara Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh
lima persen) atau lebih pada dua pengusaha atau lebih, demikian pula
hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut terakhir; atau

b) Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih


Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik
langsung maupun tidak langsung; atau

c) Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam


garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat.
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
1. Pengusaha memiliki penyertaan modal 25% atau lebih baik langsung
maupun tidak langsung
PT
A langsung
Tidak 50% 25%
langsung

PT
B PT
D

50%

PT
C
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
2. Hubungan antara pengusaha dengan penyertaan modal 25% atau lebih pada 2
perusahaan atau lebih
PT
A

25%
25%

PT PT
B D

25%
25%

PT
E
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
3. Hubungan antara 2 pengusaha/lebih yang modalnya 25% atau lebih dipegang oleh
satu pengusaha
PT
A

50% 25%

PT
B PT
D

50%

PT
C
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan

PT
A

50% 25%

PT
PT
B
D

50% 25%
25%

PT PT
C E
HUBUNGAN ISTIMEWA
KARENA PENGUASAAN

Penguasaan Manajemen

PT A

PT C
PT B
Direktur= direksi PT A Direktur=
direksi PT A

PT D
Direktur= direksi PT B

Penguasaan Teknologi

PT A Teknologi PT B
HUBUNGAN ISTIMEWA
KARENA HUBUNGAN KELUARGA

PT A Ayah/Ibu Mertua PT X

Kakak/adik Andi Kakak/adik


PT B PT Y
kandung PT S Ipar

Anak Anak
PT C PT Z
kandung Tiri
TARIF PPN
DAN
PENGHITUNGAN PAJAK
Tarif PPN
Pasal 7 UU PPN

11%
Pajak Pertambahan Nilai 12% Pl 1
Jan 2025

PPN atas ekspor BKPW; BKPTW; 0%


JKP

Dengan PP tarif dapat diubah menjadi


serendah-rendahnya 5% dan setinggi-
tingginya 15%
TARIF PPN Perubahan Pasal 7 ayat (1) dan (3)
Penambahan ayat (4)

(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu:


a. sebesar 11% (sebelas persen) yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022;
b. sebesar 12% (dua belas persen) yang mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari 2025.

sebelumnya
(1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)

(3) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling
rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen).
(4) Perubahan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah setelah disampaikan oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia untuk dibahas dan disepakati dalam penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.

sebelumnya
(3)Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15%
(lima belas persen) yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(4)Tidak ada
PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 11 PP 1/2012

Dalam kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan BKP dan atau JKP, harus
disebutkan dengan jelas nilainya, Dasar Pengenaan Pajak, dan besarnya pajak yang
terutang.
Apabila dalam nilai kontrak atau perjanjian tertulis telah termasuk Pajak, maka wajib
disebutkan dengan jelas bahwa dalam nilai tersebut telah termasuk Pajak.
Apabila dalam kontrak tidak disebutkan dengan jelas, maka jumlah harga yang tercantum
dalam kontrak atau perjanjian tertulis tersebut dianggap sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

Dalam hal PPN telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas penyerahan BKP
dan atau penyerahan JKP, maka PPN yang terutang adalah 10/110 dari harga atau
pembayaran atas penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP.
Dalam hal penyerahan BKP juga terutang PPnBM dan telah menjadi bagian dari harga
atau pembayaran atas penyerahan BKP, maka cara penghitungan Pajaknya adalah
sebagai berikut :

a. PPN = harga atau pembayaran atas penyerahan BKP X 10/(110+t)


b. PPnBM = harga atau pembayaran atas penyerahan BKP X t/(110 + t)
t = besarnya tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
CONTOH
Apabila dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis
bahwa dalam nilai kontrak sebesar Rp 130.000.000,00 di atas
secara tegas dinyatakan sudah termasuk PPN (sebesar 10%)
dan PPnBM (sebesar 20%), maka penghitungan PPN dan PPn
BM adalah sbb:

PPN = 10/(110+20) x Rp 130.000.000,00 = Rp 10.000.000,00


PPnBM yang terutang =
20/(110 + 20) xRp130.000.000,00 = Rp 20.000.000,00

Apabila dalam kontrak atau perjanjian tertulis di atas tidak


dinyatakan dengan tegas bahwa PPN dan PPnBM termasuk
dalam nilai kontrak, maka besarnya Dasar Pengenaan Pajak
untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar Rp
130.000.000,00.
CONTOH
Apabila dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis
bahwa dalam nilai kontrak sebesar Rp 131.000.000,00 di atas
secara tegas dinyatakan sudah termasuk PPN (sebesar 11%)
dan PPnBM (sebesar 20%), maka penghitungan PPN dan PPn
BM adalah sbb:

PPN = 11/(111+20) x Rp 131.000.000,00 = Rp 11.000.000,00


PPnBM yang terutang =
20/(111 + 20) xRp131.000.000,00 = Rp 20.000.000,00

Apabila dalam kontrak atau perjanjian tertulis di atas tidak


dinyatakan dengan tegas bahwa PPN dan PPnBM termasuk
dalam nilai kontrak, maka besarnya Dasar Pengenaan Pajak
untuk menghitung Pajak Pertambahan Nilai adalah sebesar Rp
131.000.000,00.
PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 12 PP 1/2012

Penghapusan piutang tidak mengakibatkan dilakukan


penyesuaian Pajak yang telah dilaporkan oleh PKP penjual atau
Pengusaha Kena Pajak pemberi jasa, dan tidak mengakibatkan
dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan atau yang
telah dibebankan sebagai biaya oleh PKP pembeli atau PKP
penerima jasa.
Atas BKP yang musnah atau rusak sehingga tidak dapat
digunakan lagi baik karena bencana alam ataupun sebab lain di
luar kekuasaan PKP, tidak mengakibatkan dilakukan penyesuaian
pajak yang telah dikreditkan atau yang telah dibebankan sebagai
biaya untuk perolehan BKP yang musnah atau rusak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai