PENGENAAN
PAJAK DAN
TARIF
Edy F Syahadat
HARGA JUAL
PENGGANTIAN
NILAI IMPOR
NILAI EKSPOR
YANG DIPAKAI
SEBAGAI DASAR
UNTUK
MENGHITUNG
PAJAK YANG
TERUTANG
NILAI LAIN YG
DITETAPKAN
OLEH MEN KEU
2
Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP),
tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut Undang-Undang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak
(JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya
dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud.
Nilai Impor
Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
sebesar Rp15.000.000,00. PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
= 10% x Rp15.000.000,00
= Rp 1.500.000,00
Pengusaha Kena Pajak D mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp5.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
tersebut selain dikenai PPN juga dikenai PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
Dasar Pengenaan Pajak = Rp 5.000.000,00
PPN = 10% x Rp5.000.000,00
= Rp500.000,00
PPn BM = 20% x Rp5.000.000,00
= Rp1.000.000,00
Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
Contoh :
Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan
Nilai Ekspor Rp10.000.000,00. Pajak Pertambahan Nilai yang terutang =
0% x Rp10.000.000,00 = Rp0,00.
10
Nilai lain
HP/unit
20,000
H. jual/unit
25,000
Diskon
Jual
100
Bonus
2,500,000
Jual
90
2,250,000
10
200,000
Diskon 10%
250,000
Bonus
DPP
2,250,000
DPP
2,450,000
PPN
225,000
PPN
245,000
Arief
Nilai lain
Film cerita
Nilai lain
Perkiraan hasil rata-rata
per judul film
Taksiran harga rata-rata per judul film yang digunakan sebagai DPP PPN atas
Film Ceritera Impor, untuk impor pertama kali
NEGARA ASAL
DPP
--------------------------------------------------------------------------a. Film Amerika/Eropa
Rp. 87.000.000,00
b. Film Mandarin
Rp. 54.375.000,00
c. Film Asia Non Mandarin
Rp. 40.600.000,00
Bagi film yang diimpor untuk yang kedua kalinya dan seterusnya (repeat),
DPP = Rp. 3.000.000,00 per copy film
Arief
Nilai lain
Nilai lain
10 % x Jumlah Tagihan/
seharusnya ditagih
10 % x Jumlah Tagihan/
seharusnya ditagih
Harga Lelang
Nilai lain
Kegiatan
membangun sendiri
(Pasal 16 C UU PPN)
Arief
Contoh
PT Transporter, sebuah perusahaan persewaan mobil
pada tanggal 2 Desember 2013 mulai membangun garasi
seluas 400 M2. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada bulan
Desember sbb :
1. Pembelian material Rp 100 Juta termasuk PPN Rp 10
Juta
2. Upah pekerja Rp 20 juta
DPP PPN Ps. 16 C = Rp 120 juta X 20 %
= Rp 24 juta
PPN Ps. 16 C
= DPP X 10%
= Rp 24 Juta X 10%
= Rp 2,4 Juta
Arief
Rp30.000.000,00
SE-55/PJ.3/1985
SE-22/PJ.51/2002
HUBUNGAN ISTIMEWA
Pasal 2 UU PPN
1984
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
1. Pengusaha memiliki penyertaan modal 25% atau lebih baik
langsung
PT
maupun tidak langsung
A
langsung
Tidak
langsu
ng
50%
PT
B
25%
PT
D
50%
PT
C
Arief
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
2. Hubungan antara pengusaha dengan penyertaan modal 25%
atau lebih pada 2 perusahaan atau lebih
PT
A
25%
25%
PT
B
PT
D
25%
25%
PT
E
Arief
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
3. Hubungan antara 2 pengusaha/lebih yang modalnya 25% atau
lebih dipegang oleh satu pengusaha
PT
A
50%
PT
B
25%
PT
D
50%
PT
C
Arief
HUBUNGAN ISTIMEWA
Karena kepemilikan
PT
A
50%
25%
PT
B
50%
PT
C
PT
D
25%
25%
PT
E
HUBUNGAN ISTIMEWA
KARENA PENGUASAAN
Penguasaan Manajemen
PT A
PT B
PT C
Direktur=
direksi PT A
Direktur=
direksi PT A
PT D
Direktur=
direksi PT B
Penguasaan Teknologi
PT A
Teknologi
PT B
HUBUNGAN ISTIMEWA
KARENA HUBUNGAN KELUARGA
PT A Ayah/Ibu
PT B
Kakak/adik
kandung
PT C
Mertua PT X
Andi
PT S
Anak
kandung
Kakak/adik
PT Y
Ipar
Anak
Tiri
PT Z
Arief
TARIF PPN
DAN
PENGHITUNGAN PAJAK
Arief
Tarif PPN
Pasal 7 UU PPN
Pajak Pertambahan
Nilai
10%
0%
PENGHITUNGAN PAJAK
PP 143/2000
Dalam kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan BKP dan atau JKP,
harus disebutkan dengan jelas nilainya, Dasar Pengenaan Pajak, dan besarnya
pajak yang terutang.
Apabila dalam nilai kontrak atau perjanjian tertulis telah termasuk Pajak, maka
wajib disebutkan dengan jelas bahwa dalam nilai tersebut telah termasuk
Pajak.
Apabila dalam kontrak tidak disebutkan dengan jelas, maka jumlah harga yang
tercantum dalam kontrak atau perjanjian tertulis tersebut dianggap sebagai
Dasar Pengenaan Pajak.
Dalam hal PPN telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas
penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP, maka PPN yang terutang adalah
10/110 dari harga atau pembayaran atas penyerahan BKP dan atau
penyerahan JKP.
Dalam hal penyerahan BKP juga terutang PPnBM dan telah menjadi bagian
dari harga atau pembayaran atas penyerahan BKP, maka cara penghitungan
Pajaknya adalah sebagai berikut :
a. PPN
= harga atau pembayaran atas penyerahan BKP X 10/
(110+t)
b. PPnBM =
harga atau pembayaran atas penyerahan BKP X t/
(110 + t)
Arief
CONTOH
Apabila dalam pembuatan kontrak atau perjanjian
tertulis bahwa dalam nilai kontrak sebesar Rp
130.000.000,00 di atas secara tegas dinyatakan sudah
termasuk PPN (sebesar 10%) dan PPnBM (sebesar 20%),
maka penghitungan PPN dan PPn BM adalah sbb:
PPN =
10/(110+20) x Rp 130.000.000,00
10.000.000,00
= Rp
= Rp 20.000.000,00
PENGHITUNGAN PAJAK
PP 143/2000
Penghapusan piutang tidak mengakibatkan dilakukan
penyesuaian Pajak yang telah dilaporkan oleh PKP
penjual atau Pengusaha Kena Pajak pemberi jasa, dan
tidak mengakibatkan dilakukan penyesuaian pajak yang
telah dikreditkan atau yang telah dibebankan sebagai
biaya oleh PKP pembeli atau PKP penerima jasa.
Atas BKP yang musnah atau rusak sehingga tidak dapat
digunakan lagi baik karena bencana alam ataupun sebab
lain di luar kekuasaan PKP, tidak mengakibatkan
dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan atau
yang telah dibebankan sebagai biaya untuk perolehan
BKP yang musnah atau rusak tersebut.
Arief