Anda di halaman 1dari 3

Yth Tutor.

Mohon izin menanggapi diskusi 2


Yang menjadi dasar pengenaan pajak untuk menghitung PPN terutang atas peristiwa hukum
yang menurut UU PPN 1987 terutang pajak adalah berupa:
a. Harga Jual
Berdasarkan pasal 1 angka 18 UU PPN 1984, Harga jual didefinisikan sebagai nilai
berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU
ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. Unsur utama harga jual
adalah nilai berupa uang. Harga jual merupakan dasar pengenaan pajak untuk objek
pajak berupa penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha (Pasal 4 Ayat (1) Huruf a UU PPN 1984). Meskipun PPN adalah pajak
atas konsumsi yang pemikul beban pajaknya adalah konsumen, namun yang menjadi
dasar bagi pengenaan pajak dilihat dari subjek pajaknya. Untuk penyerahan Barang
Kena Pajak di dalam daerah pabean, yang menjadi subjek pajak adalah penjual sehingga
menjadi dasar pengenaan pajaknya adalah harga jual.
Contoh:
PT. Jamet Merdeka Selalu menyerahkan 15 unit CCTV kepada PT. Alay Teladan dan
langsung dilakukan pemasangan di kantor PT. Alay Teladan. Rincian biayanya adalah
sebagai berikut:
- Harga CCTV Rp150.000.000
- Biaya Pengiriman Rp 3.000.000
- Biaya Pemasangan Rp 4.000.000
Harga Jual Rp157.000.000
Yang menjadi DPP untuk penyerahan 15 unit CCTV oleh PT. Jamet Merdeka Selalu
adalah harga jual sebesar Rp157.000.000.
b. Penggantian
Berdasarkan pasal 1 angka 19 UU PPN 1984, penggantian adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena
penyerahan jasa kena pajak, ekspor jasa kena pajak, atau ekspor barang kena pajak
tidak berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan
harga yang dicantumkan dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan jasa kena pajak dan/atau
oleh penerima manfaat barang kena pajak tidak berwujud karena pemanfaatan Barang
kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. Sama
halnya dengan harga jual, dalam penggantian juga tidak termasuk di dalamnya PPN yang
dipungut.
Contoh:
PT. Hora Hore, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa persewaan mobil
melakukan perjanjian dengan dinas X untuk menyewakan tiga kendaraanya selama satu
tahun dengan nilai sebesar Rp180.000.000. Jumlah ini dibayar secara termin selama 12
kali dalam jangka waktu satu tahun. Yang menjadi DPP jasa persewaan adalah
penggantian, yaitu nilai berupa uang yang seharusnya diminta PT. Hora Hore sebesar
Rp180.000.000.
c. Nilai Impor
Nilai impor adalah DPP untuk objek pajak yang diatur dalam pasal 4 Ayat (1) Huruf b UU
PPN 1984, yaitu impor barang kena pajak. Secara resmi nilai impor didefinisikan sebagai
nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor barang kena pajak, tidak termasuk PPN dan PPnBM
yang dipungut menurut UU PPN (Pasal 1 angka 20 UU PPN 1984). Pembayaran PPN
terutang atas impor dilakukan melalui bea dan cukai bersamaan dengan pelunasan bea
masuk sehingga salah satu unsur penting dalam nilai impor adalah “nilai berupa uang
yang menjadi dasar perhitungan bea masuk”. Apabila nilai berupa uang yang menjadi
penghitungan bea masuk kita sebut sebagai harga patokan impor ditambah bea masuk
tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut.
Contoh:
PT. Mau Maju Aja mengimpor sejumlah lempengan seng dengan harga patokan impor
dengan syarat (CIF) USD150.000. Terutang bea masuk 15%. DPP untuk PPN terutang
atas impor di atas adalah nilai impor yang dihitung sebagai berikut:
Dasar Penghitungan Bea Masuk (CIF)= 150.000 x 14.500 = Rp2.175.000.000
Bea Masuk = Rp2.175.000.000 x 15% = Rp 326.250.000
Nilai Impor = Rp2.501.250.000
PPN terutang dengan tarif 11% adalah 11% x Rp2.501.250.000 = Rp275.137.500
d. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah DPP untuk PPN terutang berdasarkan pasal 4 ayat (1) Huruf f UU
PPN 1984, yaitu ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak. Secara yuridis,
nilai ekspor didefiniskan sebagai nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir. Untuk kepentingan penghitungan PPN terutang
atas ekspor barang kena pajak yang transaksinya menggunakan mata uang asing
berlaku ketentuan yang sama dengan penghitungan PPN atas impor barang kena pajak
sebagaimana dijelaskan di atas, yaitu menggunakan kurs yang ditetapkan menteri
keuangan.
Contoh:
PT. Ealah Dalah mengekspor produk olahan kedelai dengan nilai ekspor USD20.000.
DPP untuk PPN ekspor adalah sebagai berikut:
Dasar Penghitungan Bea Keluar = 20.000 x 14.500 = 290.000.000
PPN terutang dengan tarif 0% adalah Rp0. Besaran tarif PPN ekspor sebesar 0% diatur
dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
(UU HPP), sebagai perubahan beberapa peraturan perpajakan sebelumnya salah satu
tentang pajak pertambahan nilai dengan mengubah dan mengurangi beberapa pasal
dengan tidak mengganti UU No. 42 Tahun 2009.
e. Nilai Lain
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2010 telah ditetapkan
beberapa transaksi menggunakan DPP yang berbeda yaitu:
- Untuk pemakaian sendiri BKP/JKP adalah sebesar harga jual / penggantian setelah
dikurangi laba kotor.
Contoh: PT. Rumaku menjual pintu rumah dengan ukiran jawa dengan harga
Rp600.000.000 per unit dengan rincian sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan = Rp500.000.000
Laba Kotor = Rp100.000.000
Harga Jual = Rp600.000.000
Apabila dijual ke konsumen maka DPP PPN adalah Rp600.000.000. Dengan tarif
PPN sebesar 11% maka PPN terutang adalah sebesar Rp600.000.000 x
11%=Rp66.000.000
- Untuk pemberian Cuma-Cuma BKP/JKP adalah sebesar harga jual / penggantian
setelah dikurangi laba kotor.
Contoh: Seorang Pengusaha mendapatkan hibah sebuah televisi dengan harga jual
sebesar Rp6.000.000. DPP PPN adalah sebesar Rp6.000.000, maka PPN terutang
adalah Rp6.000.000 x 11% = Rp660.000
- Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual
rata-rata.
Contoh: Harga jual rata-rata kain A adalah Rp400.000/meter, Kain B sebesar
Rp340.000/meter, Kain C sebesar Rp300.000. Maka DPP kain A adalah Rp400.000,
Kain B Rp340.000, dan kain C Rp300.000. PPN Kain A = Rp400.000 x 11% =
Rp44.000, Kain B sebesar Rp340.000 x 11%= Rp37.400, dan kain C = Rp300.000 x
11% = Rp33.000
- Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
Contoh: DPP yang digunakan untuk menghitung PPN terutang atas penyerahan film
adalah nilai lain berupa uang yang ditetapkan misalnya Rp10.000.000 per copy film.
PPN terutang adalah Rp10.000.000 x 11% = Rp1.100.000
- Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.
Contoh: Harga Jual Eceran Rokok sebesar Rp11.000. Maka DPP PPN adalah
sebesar Rp11.000 dengan PPN terutang sebesar Rp11.000 x 11% = Rp1.210
- Untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang tersisa pada saat pembubaran perusahaan , adalah
harga pasar wajar.
Contoh: Nilai Buku sebuah mobil adalah sebesar Rp100.000.000. Mobil tersebut akan
dijual untuk menutup utang perusahaan. Harga pasar Mobil tersebut adalah
Rp175.000.000. Maka DPP PPN yang digunakan adalah Rp175.000.000. PPN
terutang adalah 11% x Rp175.000.000 = Rp19.250
- Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang dan atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan.
Contoh: PT. Damatex menjual kain ke PT. Timatex sebesar Rp10.000.000, Harga
Pokok Penjualan sebesar Rp8.000.000. PPN terutang adalah sebesar Rp8.000.000 x
11% = Rp880.000
- Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati
antara pedagang perantara dan pembeli.
- Untuk penyerahan dari BKP melalui juru lelang adalah sebesar harga lelang.
- Untuk penyerahan jasa kiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau
jumlah yang seharusnya ditagih.
Contoh: Tuan A menggunakan jasa CV. Jastipis-tipis, sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang pengiriman paket, untuk mengirim sejumlah makanan kering. Atas
pengiriman tersebut Tuan A dikenakan tarif Rp400.000. DPP PPN adalah sebesar
Rp400.000 x 10% = Rp40.000. PPN terutang adalah Rp40.000 x 11% = Rp4.400
- Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari
jumlah tagihan atau jumlah jumlah yang seharusnya ditagih.
Contoh: PT A menagihkan Rp15.000.000 kepada Tuan C yang mengikuti trip ke Bali.
DPP PPN adalah sebesar Rp15.000.000 x 10% = Rp1.500.000. PPN terutang adalah
sebesar Rp1.500.000 x 11% = Rp165.000

Referensi:
BMP-PAJA3232 PPN dan PPnBM

Anda mungkin juga menyukai