Anda di halaman 1dari 10

MALNUTRISI

FARMAKOTERAPI II

Suci Indah Febryanti


2048201080

Dosen Pengampu : apt. Aisa Dinda Mitra, M.Farm.


PATOFISIOLOGI
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara

berkembang (WHO, 2004). Asupan makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh,

mengakibatkan kekurangan asam amino esensial yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel.

Apabila kebutuhan zat gizi akan protein tidak tercapai maka tubuh akan menggunakan cadangan makanan

yang ada, dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan

melalui proses katabolik. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu lama, cadangan itu akan habis dan akan

menyebabkan kelainan pada jaringan, dan proses selanjutnya dalam tubuh akan menunjukkan manifestasi

Kurang Energi Protein (KEP) berat yang biasa disebut kwashiorkor (kekurangan protein) ataupun marasmus

(kekurangan energi).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan malnutrisi yang paling penting adalah modifikasi diet dan
pemberian suplemen. Tujuan terapi pada malnutrisi adalah agar pasien dapat
memiliki tingkat kesehatan optimal, mencegah perburukan status gizi dan
metabolik, serta untuk memastikan asupan yang memadai. Pasien yang memiliki
nafsu makan dan tingkat kesadaran baik dapat dirawat jalan. Pasien yang memiliki
komplikasi medis, edema berat, atau nafsu makan yang buruk akan memerlukan
rawat inap.
STUDY KASUS
An.H usia 7 tahun 5 bulan, datang ke rumah sakit diantar oleh orang tua dengan
keluhan nyeri pada perut 3 hari. Nyeri dirasakan jika beraktivitas dan berkurang saat
istirahat. Terdapat bintik dibagian kedua kaki bagian bawah. Pasien nampak lemas,
menangis dan mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah. Pasien mengalami
penurunan nafsu makan sejak 2 minggu disertai penurunan BB 2,2 kg dalam 2
minggu. Hasil recall 1 x 24 jam selama di Rumah sakit, jumlah energi yang masuk
kedalam tubuh pasien sebesar 32% dari kebutuhan dengan rincian asupan 5 sdm
makan nasi pada pagidan siang Paien mengaku sakit perut stelah makan. Mengalami
BAB berdarah ≥ 10 kali. Saat ini pasien dipuasakan. Saat dilakukan visit diketahui
tanda vital pasien Nadi : 120x/menit, Respirasi : 22x/ menit dan suhu tubuh : 36○C.
Hasil pemeriksaan USG abdomen, pasien tidak tampak urolithiasis opak, tidak
tampak tanda-tanda ileus. Pasien memiliki tinggi badan 124 cm, berat badan saat ini
22,2 kg dengan berat badan biasanya atau 2 minggu yang lalu 24 kg. Di diagnosa
pasien mengalami kekurangan gizi ataupun nutrisi.
SOAP
PENILAIAN URAIAN
SUBJEK Nama : An.H
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Keluhan : nyeri pada perut, terdapat bintik dibagian kedua kaki bagian bawah, lemas, menangis dan
mengalami penurunan nafsu makan.
OBJEK TB : 124 cm
BB : 22,2 kg
Nadi : 120x/menit
Respirasi : 22x/ menit
suhu tubuh : 36○C
ASSESMENT Kurang Energi Protein (KEP) adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam
makanan sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta adanya
kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan
asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta rendahnya
pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena
adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik,
yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya
kehilangan nutrisi.
Lanjutan..
PENILAIAN URAIAN
PLAN • FARMAKOLOGI
1. Infus D5 ½ NS : Pengganti cairan
2. Vitamin A
3. Suplemen zat besi : Ferriz Drops

• NON FARMAKOLOGI
1. Diet Rendah Serat Rendah Lemak (RSRL) dengan bentuk bertahap : cair, lumat, lunak
2. Protein diberikan 1,5gr/KgBB dari kebutuhan energi pasien yaitu 45 gram
3. Memberikan zat gizi lemak sebesar 25% dari total kebutuhan yaitu 50 gram
4. Memberikan zat gizi karbohidrat sebesar 58% dari total kebutuhan yaitu 217 gram
5. Makananan diberikan dalam bentuk mudah cerna
6. Tidak mengandung bahan makanan yang berbumbu tajam yang disesuaikan dengan
kemampuan pasien
7. Porsi makanan kecil tapi sering (diberikan dengan cara mengedukasi pasien).
8. Frekuensi makanan diberikan 3 kali makan utama 2 kali snack
ANALISA DRPs
 Indikasi Tanpa Obat
Tidak ada
 Obat Tanpa Indikasi
Tidak ada obat tanpa indikasi
 Ketidaktepatan Pemilihan Obat
Pemilihan obat sudah tepat sesuai dengan penyakit yang diderita pasien
 Dosis Obat Kurang dan Berlebih
Dosis yang digunakan pada kasus ini telah sessuai dengan range dosis lazimnya, maka
dapat dikatakan bahwa tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dosis
 Interaksi Obat
Tidak ada
 Efek Samping
1. Vitamin A : iritasi kulit, mual, sakit perut dan pusing.
2. Ferriz Drops : mual, diare dan tinja berwarna lebih gelap dari biasanya.
3. Infus D5 ½ NS : iritasi mata dan mual.
 Kegagalan Terapi
Tidak ada ditemukan kegagalan terapi dalam kasus ini.
DRUG MANAGEMENT
 Infus D5 ½ NS
Diberikan melalui cairan infus sebanyak 0,5-1g/kgBB dengan dosis
maksimal 25 gram per 1 kali dosis.
 Vitamin A
Diberikan dalam bentuk oral sebanyak 400 mcg 1 x sehari, diminum sesudah
makan malam.
 Ferriz Drops
Diberikan dalam bentuk oral sebanyak 5 ml 1 x sehari, diminum saat perut
kosong.
REFERENSI
Apriani, S.R., Aqsha, R.K.D. and Zara, N. (2022) ‘Studi Kasus Stunting pada Usia 34
Bulan di Desa Cot Mee Puskesmas Nisam Kabupaten Aceh Utara Tahun 2022’,
GALENICAL : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh,
1(2), p. 69. Available at: https://doi.org/10.29103/jkkmm.v1i2.8095.
Hardani M and Zuraida R (2019) ‘Penatalaksanaan Gizi Buruk dan Stunting pada
Balita Usia 14 Bulan dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga’, Medula, 09(03),
pp. 565–575. Available at: http://repository.lppm.unila.ac.id/20412/.

 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai