Pendahuluan
Analisis volumetri adalah:
analisa kimia kuantitatif untuk menentukan
banyaknya suatu zat /konsentrasi suatu zat dalam
volume tertentu dengan mengukur volume larutan
standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan
zat yang akan ditentukan. (cuplikan)
Analisa volumetri: penentuan kadar zat berdasarkan
pengukuran volume.
Disebut juga dengan titrasi.
Larutan standar adalah larutan yang normalitasnya
telah diketahui dengan teliti (= larutan baku)
Peralatan dan cara titrasi
Tangan kiri memegang
& mengatur kran
buret
Tangan kanan memegang
dan mengocok/memutar
gelas Erlenmeyer
Tambahkan titran
sedikit sedikit
atau
berat zat = V(dalam ml) x M x BM mg
Berat Ekivalen
Berat ekivalen suatu zat, ditentukan berdasarkan jenis reaksi yang
berlangsung
pada proses titrasi.
Berat Ekivalen dalam proses Titrasi Netralisasi
Berat Ekivalen Asam : adl banyaknya mol asam tersebut yang
dapat melepaskan 1 ion H+.
asam-asam monobasis, mis: HCl, HI, HNO3, CH3COOH;
1 gram ekivalen = 1 mol
1 BM = 1 BE
Jadi 1 grek HCl=1 mol HCl; 1 grek HNO3 = 1 mol HNO3.
untuk asam dibasis, misalnya H2SO4, H2CO3, H2C2O4.
berat ekivalennya ( BE ) 1/ 2 BM
berat ekivalennya ( BE ) 1/ 3 BM
Untuk asam tribasis H3PO4
`
Berat Ekivalen Basa : adl banyaknya mol basa tersebut yang
dapat melepaskan 1 ion OH- atau menerima 1 gram ion H+.
• basa-basa berasam satu, mis: NaOH, KOH, NH4OH,
berat ekivalennya = BM
• basa berasam dua , misalnya Ba(OH)2, Ca(OH)2
berat ekivalennya ( BE ) 1 2 BM
• Untuk basa-basa berasam tiga misalnya Al(OH)3 dll
1 BM
berat ekivalennya (BE)) = 3
Berat Ekivalen (lanjutan)
Berat Ekivalen Garam Normal : didasarkan pada valensi kation atau
anionnya.
Untuk garam yang valensi kation atau anionnya sama : sama dengan
berat molekul garam dibagi jumlah valensi kation atau anionnya.
Contoh : untuk KCl, NH4Cl, berat ekivalennya (BE) = 1 BM ;
1
Na2SO4 berat ekivalennya BM
2=
1
berat ekivalen AlCl3 BM
3
Untuk garam yang valensi kation atau anionnya tidak sama : sama
dengan berat molekul dibagi hasil kali valensi kation dan anionnya.
Contoh : Fe2(SO4)3, 1 mol 1
BM
berat ekivalen Fe2(SO4)3 =(2) (3) 6
Berat Ekivalen Garam rangkap : berat ekivalennya
berubah-ubah didasarkan pada komponen yang diekivalenkan.
Sedang untuk molekul NH3 dalam pembentukan kompleks berikut adalah = 2 BM.
Cu2+ + 4 NH3 {Cu(NH3)4}2+
Berat ekivalen
• Contoh:
HCl H Cl -
1 mol 1 mol
• 1 mol HCl memberikan 1 mol H+
1 molHCl =1 gram ekivalen (grek)
1 mol HCl = 36,5 gram (ingat BM HCl = 36,5 gram/mol)
1 ekivalen HCl = 36,5 g
BE HCl = BM HCl = 36,5
BE = berat ekivalen
Berat ekivalen
Contoh
• 1 mol H2SO4 = 2 ekivalen
BE H2SO4 =
BM 98
BE H 2SO 4 49
2 2
gram
jumlah ekivalen
BE
ekivalen g
N (V dalam liter)
liter BE x V
Berat Ekivalen (lanjutan)
Yang dimaksud titik ekivalen adalah saat
dimana banyaknya grek atau mgrek zat yang
dititrasi sama dengan banyaknya grek atau
mgrek zat penitrasi, sehingga berlaku rumus :
V1 x N1 = V2 x N2.
dimana : V1 , V2 volume zat penitrasi dan yang dititrasi
N1, N2 normalitas larutan penitrasi dan yang dititrasi.
Contoh 4.
Dalam suasana asam sulfat encer, 25 ml larutan garam
Ferro sulfat (FeSO4) dapat teroksidasi sempurna oleh 30
ml larutan KMnO4 0,125 N. Hitunglah berapa gram
FeSO4 terkandung dalam larutan tersebut.
Diketahui BM FeSO4 = 152
Penyelesaian :
Dengan memakai persaman : V1 x N1 = V2 x N2
25 x N = 30 x 0,125 N = 0,15
Dalam titrasi redoks , 1 grek FeSO4 = 1 mol.
Jadi banyaknya FeSO4 yang terkandung dalam larutan
tersebut
= 25 ml x 0,15 (mmol/ml)x 152 mgram = 570 mgram
•
Larutan Standar
Larutan standar yaitu suatu larutan yang mengandung suatu zat dengan berat
ekivalen tertentu dalam volume tertentu.
• Pada pembuatan larutan standar, perlu diperhatikan jenis titrasi yang akan
menggunakan larutan standar tersebut, dan pada prinsipnya suatu larutan
standar dapat dibuat dari zat berbentuk cair maupun padat (kristal).
Larutan Standar
Pembuatan Larutan Standar dari zat yang Berbentuk Cair
Pembuatan larutan standar dari zat yang berbentuk cair, disebut dengan
proses pengenceran, yaitu dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih encer.
Cara pengenceran dapat dilakukan dari zat cair yang telah diketahui
normalitasnya, maupun zat cair yang belum diketahui normalitasnya.
a. Apabila larutan standar dibuat dari zat cair yang telah diketahui
normalitasnya, maka untuk menentukan banyaknya volume yang akan
diencerkan digunakan rumus : V1 x N1 = V2 x N2.
dimana : V1 , V2 volume zat cair sebelum dan sesudah pengenceran
N1, N2 normalitas larutan sebelum dan sesudah pengenceran.
V2 x N 2
SehinggaV1:
N2
Larutan Standar (lanjutan)
Penyelesaian :
Dengan menggunakan : V1 x N1 = V2 x N2.
V1 x 4 = 500 x 0,1 V1 = 12,5
Jadi volume H2SO4 4 N yang harus diencerkan sebanyak = 12,5 ml.
Contoh 6.
Jika 3,9 ml HCl pekat yang densitasnya 1,2 g/ml dan kadarnya 39,1%
diencerkan hingga volume 500 ml, berapa normalitas larutan HCl yang
dihasilkan.
Penyelesaian : N x V x BM
V x
Rumus : 10 x n x K x L
N x 500 x 36,5
3,9
10 x 1 x 39,1 x 1,2 N = 0,1.
Larutan standar yang dibuat dari zat padat dengan kemurnian tinggi disebut larutan
standar primer.
Zat-zat yang dapat digunakan sebagai zat standar primer, antara lain adalah : Na 2CO3,
Na2B4O7.10H2O, Na2C2O4.2H2O, NaCl, KBrO3, K2Cr2O7 dan lain-lain.
Larutan standar yang dibuat dari zat dengan kemurnian rendah disebut juga larutan
standar sekunder.
Apabila zat padat yang digunakan pada pembuatan larutan tersebut kemurniannya
rendah misalnya : NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3 dan lain-lain.
Setelah larutan standar tersebut dibuat, sebelum digunakan harus distandarisasi
terlebih dahulu dengan zat atau larutan standar primer, untuk menentukan normalitas
yang sesungguhnya. (menentukan faktor normalitasnya).
Faktor normalitas = perbandingan antara normalitas yang sesungguhnya dengan
normalitas yang dikehendaki.
Syarat-syarat zat standar primer adalah :
1. Harus mempunyai kemurnian tinggi, atau mudah dimurnikan dengan jalan
dipanaskan pada suhu 110-120oC.
2. Zat harus stabil. Mudah dikeringkan dan tidak higroskopis, tidak mudah
menyerap CO2 dan tidak mudah teroksidasi oleh udara, sehingga dapat
ditimbang dengan berat tetap.
3. Berat ekivalen harus tinggi, agar kesalahan dalam penimbangan dapat
diminimalkan.
4. Harus mudah dan cepat larut dalam pelarut yang sesuai.
+ H2O + H3O+
NO2
N
O O
[H ] [In - ]
K ina
[HIn]
[HIn] [HIn]
maka : [H ] K ina x
; sehingga pH pK ina log
[In ] [In - ]
Indikator Basa: InOH
InOH In+ + OH- .....(2)
[In ] [OH- ]
K inb
[InOH]
[InOH] [In ]
maka : [OH- ] K inb x
; sehingga pOH pK inb log
[In ] [InOH]
[ In ]
pH 14 pK inb log
[ InOH ]
Contoh:
Suatu indikator asam Ka=10-5,
warna asam merah warna basa kuning
Bagaimana warna dalam larutan yg pHnya berbeda?
2 1.000 : 1 merah
3 100 : 1 merah
4 10 : 1 merah
7 1 : 100 kuning
8 1 : 1000 kuning
9 1 : 10.000 kuning
Kurva/grafik Titrasi Asam-Basa
Guna Kurva/grafik Titrasi:
untuk memilih jenis indikator yang paling sesuai untuk suatu proses
titrasi; agar kesalahan titrasi sekecil mungkin sehingga dapat
diabaikan.
NaOH pH pH pH
14
(ml) larutan larutan larutan
1N 0,1N
1N 0,1 N 0,01 N
12
0 0.000 1.000 2.000
0,01N
10 0.088 1.088 2.088
10
25 0.222 1.222 2.222
50 0.477 1.477 2.477 8
75 0.845 1.845 2.845
pH
90 1.279 2.279 3.279 6
95 1.591 2.591 3.591
99 2.299 3.299 4.299 4
0,01N
99,5 2.601 3.601 4.601
99,9 4.301 5.301 6.301 2 0,1N
100 7.000 7.000 7.000 1N
0
101 11.697 10.697 9.697
0 50 100 150 200
105 12.387 11.387 10.387
110 12.678 11.678 10.678
NaOH yang ditambahkan (ml)
Kurva Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat
Contoh: Titrasi 100 ml HC2H3O2 0,1 N dengan NaOH 0,1 N
a. Menentukan besarnya pH larutan sebelum titrasi
larutan HC2H3O2 0,1 N -3
-5
[H+] = Ka x C 1,82 x 10 x 0,1 1,35 x 10
pH = - log 1,35 x 10-3 = 2,873
b. Menentukan pH larutan sebelum titik ekivalen
Contoh:
penambahan 10 ml NaOH
100 ml HC2H3O2 0,1 N = 100 ml x 0,1 mgrek/ml = 10 mgrek
10 ml NaOH 0,1 N = 10 ml x 0,1 mgrek/ml = 1 mgrek
NaC2H3O2 terbentuk = 1 mgrek
HC2H3O2 sisa = (10-1) mgrek = 9 mgrek
Volume total larutan = 100 + 10 = 110 ml
Jadi dalam larutan terdapat: campuran asam lemah (HC 2H3O2) dan
garamnya (NaC 2H3O2).
[G] Larutan buffer 1 / 10
pH pKa log pH 1,82 x105 log pH = 3,786
[A] 9 / 110
Kurva Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat
c. Menentukan besarnya pH larutan saat terjadi titik ekivalen
pada titik ekivalen mgrek asam = mgrek basa
Jadi HC2H3O2 dan NaOH habis bereaksi dan membentuk garam NaC2H3O2
Konsentrasi NaC2H3O2 = 10/200 mgrek/ml = 0,05 mgrek/ml = 0,05 mmol/ml
pH 12 pKw 12 pKa 1
2
log[G ]
10 3,786 12
25 4,263 10
50 4,740 8
pH
75 5,217 6
90 5,694
4
95 6,019
2
99 6,736
99,9 7,739 0
0 50 100 150 200
100 8,719
NaOH yang ditambahkan (ml)
101 10,697
105 11,387
Titrasi Basa Lemah dengan Asam Kuat
Contoh: Titrasi NH4OH dengan HCl
a. pH sebelum titrasi
pH pKw ( log K b x C
HCl yang 14
ditambahkan pH
(ml) 12
0 11.127
10
10 10.214
25 9.737 8
pH
50 9.260
75 8.783 6
90 8.306 4
95 7.981
99 7.264 2
99.5 6.961
0
99.9 6.261
0 50 100 150 200
100 5.281
101 3.303 HCl yang ditambahkan (ml)
102 3.004
105 2.613
110 2.322
125 1.954
150 1.699
175 1.564
200 1.477
PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT
DALAM CUKA MAKAN
• Tujuan :
Menentukan kadar asam asetat dalam cuka makan dengan
cara menstandardisasi larutan cuka dengan larutan standar
NaOH.
• Prinsip :
Asam asetat sebagai larutan berasam satu dapat
distandardisasi dengan larutan NaOH (BE asam asetat = BM
asam asetat)
NaOH + CH3COOH → CH3COONa+ H2O
Cara Kerja :
• Ambil 10,00 ml cuka makan dengan pipet volume, tuangkan
ke dalam labu ukur 250 ml dan encerkan dengan aquades
sampai tanda batas.
• Ambil 25,00 ml dengan pipet volume, tuangkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalin
(pp).
• Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi
dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi
perubahan warna).
• Percobaan diulang 3 kali
• Hitung kadar (%) asam asetat dalam cuka
makan dengan persamaan :
Catatan :
BJ cuka = berat / volum
7. Titrasi Pengendapan dan Pembentukan
Kompleks
• Titrasi Pengendapan yaitu suatu proses titrasi yang
dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan.
• Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak
sebanyak titrasi yang melibatkan reaksi netralisasi
(asam-basa).
• Titrasi ini terbatas pada pengendapan ion perak
dengan anion halogen dan tiosianat
• Salah satu alasan mengapa penggunaan reaksi ini
terbatas adalah kurangnya indikator yang cocok.
Titrasi Argentometri
• Proses titrasi yang menggunakan garam Argentum nitrat
(AgNO3) sebagai larutan standar disebut proses titrasi
Argentometri.
• Dalam titrasi Argentometri, larutan AgNO 3 digunakan untuk
menetapkan garam-garam halogen dan sianida.
• Kedua jenis garam ini dengan ion Ag+ dapat membentuk suatu
endapan dan atau senyawa kompleks, sesuai dengan reaksi
berikut :
NaHal + Ag+ AgHal(s) + Na+
• Zat standar primer dalam titrasi Argentometri :
AgNO3, NaCl atau KSCN
3.2 Cara menentukan/memilih indikator
dalam titrasi Argentometri.
Untuk menentukan tercapainya titik ekivalen
dalam titrasi Argentometri dilakukan dengan
beberapa cara, diantaranya :
a. pembentukan endapan berwarna
b. pembentukan ion kompleks berwarna
c. menggunakan indikator adsorbsi
5,467
= (7,52 -2,053) mgrek = 5,467 mgrek. Ini sama dengan banyaknya LiCl dan BaBr2.
a 1000 2 a
Maka : 42,5
297
% K 2O 94
74,5 x 150, 61 x 100
800 % 23, 754%
% Na 2O 58,5
62
x 89,39 x 100
800 % 11,84%
% berat K2O =
Titrasi Oksidasi dan Reduksi
• Yang dimaksud dengan titrasi oksidimetri adalah
titrasi terhadap larutan zat reduktor dengan
larutan zat oksidator sebagai standarnya ;
demikian juga sebaliknya.
• Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi-
reduksi sangat banyak dalam analisa volumetri
dari pada reaksi asam basa, pengendapan dan
pembentukan kompleks.
Hal ini disebabkan oleh karena ion-ion dapat memiliki
beberapa bentuk oksidasi, sehingga kemungkinan
terjadi oksidasi reduksi sangat banyak.
Sistem redoks secara umum :
Reduktor I + Oksidator II Reduktor II + Oksidator I
Reaksi dapat dipecah menjadi sistem redoks tunggal :
Oksidator II + ne Reduktor II
Reduktor I Oksidator I + ne
Contoh :
(1) 5Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
dipecah menjadi :
MnO4- + 8 H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51 V
5Fe2+ 5Fe3+ + 5e Eo = -0,77 V
E = 2,28 V
(2) Fe3+ + I- Fe2+ + ½ I2
dipecah menjadi:
Fe3+ + 1e Fe2+ Eo = 0,77 V
I- ½ I2 + 1e Eo = -0,27 V
E = 0,94 V
• Besarnya perbedaan potensial sistem oksidasi
dan reduksi (E) menunjukkan kesempurnaan
reaksi.
• Pada contoh (1) beda potensial besar, reaksi
ini berjalan sempurna. Reaksi (2) beda
potensial kecil reaksi ini tidak sempurna.
Indikator dalam Titrasi Oksidasi Reduksi
• Indikator redoks adalah indikator yang memiliki warna
berbeda dalam bentuk teroksidasi dan tereduksi.
Inoks + ne Inred.
• Secara kualitatif persyaratan indikator untuk titrasi redoks
harus memiliki potensial oksidasi terletak diantara potensial
oksidasi larutan yang dititrasi dan larutan titran.
mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari reduktor
dan lebih kecil dari oksidatornya
Jika tidak maka indikator akan teroksidasi pada permulaan
atau tidak teroksidasi sama sekali.
• Beberapa contoh indikstor redoks adalah : fenosalfranina,
indigo tetrasulfonat, feroin, difenilamina dan lain-lain.
Indikator
Disamping itu ada beberapa tipe indikator yang lain, yaitu :
1. Own Indikator
Zat berwarna yang bertindak sebagai indikator sendiri. Misal :
larutan KMnO4
2.Indikator Spesifik
Zat yang bereaksi secara khas dengan salah satu reagensia dalam
suatu reaksi titrasi menghasilkan suatu warna. Misal : larutan kanji
yang membentuk warna biru tua dengan iod dan ion tiosianat
membentuk warna merah dengan ion besi (III)
3.Indikator Eksternal atau Uji Bercak
Misalnya : ion ferisianida untuk mengetes kelebihan besi(II)
membentuk fero-ferisianida (warna biru) pada lempeng bercak
diluar tabing titrasi.
4.Potensiometri
Perubahan potensial /voltase selama titrasi diamati kemudia dibuat
grafik titrasi, disebut titrasi potensiometri.
Pembagian Proses Titrasi Oksidasi dan Reduksi
Berdasarkan perbedaan jenis larutan
standarnya, proses titrasi oksidasi dan reduksi
dapat dibedakan menjadi :
a. Proses Titrasi Permanganometri
b. Proses Titrasi Iodo dan Iodimetri
c. Proses Titrasi Bikromatometri
d. Proses Titrasi Bromatometri dan lain-lain.
Proses Titrasi Permanganometri
• Proses titrasi permanagnometri adalah suatu
proses reduksi - oksidasi menggunakan garam
Kalium permanganat (KMnO4) standar.
• Garam Kalium permanganat tidak dapat
diperoleh dalam keadaan murni, karena
banyak mengandung oksidanya (MnO dan
Mn2O3), sehingga tidak dapat digunakan
sebagai zat standar primer.
Tabel 7. Penerapan Titrasi Langsung dengan Larutan
Permanganat dalam Asam
Analit Setengah Reaksi dari zat yang dioksidasi
Stibium (III) HsbO2 + 2H2O HSbO4 + 2H+ + 2e-
Arsen (III) HAsO2 + 2H2O H3AsO4 + 2H+ + 2e-
Hidrogen peroksida H 2 O2 O2 + 2H+ + 2e-
Besi (II) Fe2+ Fe3+ + e-
Nitrit HNO2 + H2O NO3- + 3H+ + 2e-
Oksalat H2C2O4 2CO2 + 2H+ + 2e-
Timah (II) Sn2+ Sn4+ + 2e-
Titanium (III) Ti3+ + H2O TiO2+ + 2H+ + e-
Uranium (IV) U4+ + 2H2O UO22+ + 4H+ + 2e-
Vanadium (IV) VO2+ + 3H2O V(OH)4+ + 2H+ + e-
Pembuatan Larutan KMnO4
• Larutan standar KMnO4 dibuat tidak hanya dengan
melarutkannya dalam aquades, karena adanya sedikit zat
organik dalam air menyebabkan terjadinya peruraian ion
MnO4- menjadi oksidanya, sesuai persamaan reaksi berikut
4 MnO4- + 2 H2O 4 MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
0,3
0,3 gram Na 2 C 2 O 4 mol 2,239 mmol
134
2 x 2,39 mgrek
4,478 mgrek
25
x 4,478 0,4478 mgrek
Dalam 25 ml ml banyaknya ion C2O42- : 250
Normalitas KMnO4 = N.
0,4478 mgrek
Maka: N
V lt
Penerapan Titrasi Permanganometri
• Penetapan Besi
Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu
penerapan paling penting dari titrasi permanganometri.
Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida terhidrasi.
Hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), geotit (Fe2O3.H2O) dan limonit
(2Fe2O3.3H2O).
Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih tersebut adalah asam
klorida. Oksida terhidrasi mudah larut, sedangkan magnetit dan
hematit melarut agak lambat.
Sebelum titrasi dengan permanganat, maka besi (III)
harus direduksi terlebih dahulu menjadi besi (II).
• Reduksi dapat dilakukan menggunakan reduktor Jones (zink
amalgam) atau dengan timah (II) klorida. Reduktor Jones disukai
jika larutan mengandung asam sulfat. Jika larutan mengandung
asam klorida, reduksi dilakukan dengan timah(II) klorida. Timah
klorida dimasukkan ke dalam larutan sampel yang panas dan
proses reduksi dapat diamati dari menghilangnya warna kuning
ion besi (III), sesuai reaksi berikut :
Sn2+ + 2Fe3+ Sn4+ + 2Fe2+
• Penambahan timah(II) klorida sedikit berlebih untuk
memastikan reduksi berjalan sempurna. Kelebihan ini harus
dihilangkan agar tidak bereaksi dengan permanganat pada
proses titrasi. Untuk itu larutan didinginkan dan dengan cepat
ditambahkan merkurium(II) klorida untuk mengoksidasi
kelebihan ion timah(II), sesuai reaksi berikut :
2HgCl2 + Sn2+ Hg2Cl2(s) + Sn4+ + 2 Cl-
• Besi (II) tidak dioksidasi oleh merkurium(II) klorida. Endapan
merkurium(I) klorida jika hanya sedikit tidak mengganggu
titrasi, tetapi jika kelebihan timah(II) klorida yang ditambahkan
terlalu banyak, mekurium(I) klorida dapat direduksi lebih lanjut
menjadi merkuri bebas, sesuai reaksi berikut :
2Hg2Cl2 + Sn2+ 2Hg(l) + 2Cl- + Sn4+
• Merkuri yang dihasilkan dalam keadaan sangat halus, akan
menyebabkan endapan berwarna abu-abu atau hitam. Jika
endapan berwarna hitam sampel harus dibuang karena
merkurium dalam keadaan butiran halus akan teroksidasi
selama titrasi.
• Larutan Timah(II) klorida biasanya digunakan untuk mereduksi
besi dalam sampel yang dilarutkan dalam asam klorida.
Selanjutnya ditambahkan larutan pencegahan Zimermann-
Reinhardt (Zimermann- Reinhardt preventive solution), sebelum
dilakukan titrasi dengan permanganat.
• Larutan Zimermann - Reinhardt adalah campuran : larutan
MnSO4, H2SO4 dan H3PO4 yang berfungsi melindungi ion klorida
agar tidak dioksidasi oleh permanganat.
• Penetapan MnO2 dalam Pirolusit
Di alam MnO2 terdapat sebagai mineral pirolusit. Untuk
menentukan banyaknya MnO2 yang terkandung dalam mineral
tersebut dapat dilakukan secara titrasi permanganometri.
Untuk ini mineral dilarutkan terlebih dahulu, kemudian ke dalam
larutannya ditambahkan zat pereduksi seperti misalnya : FeSO4,
Na2C2O4 atau As2O3 berlebih,
kemudian kelebihan reduktor dititrasi dengan larutan KMnO4
standar.
Reaksi - reaksi reduksi MnO2 menjadi Mn2+ dengan beberapa
pereduksi adalah sebagai berikut :
MnO2 + 2Fe2+ + 4H+ Mn2+ + Fe3+ + 2H2O
MnO2 + C2O42- + 4H+ Mn2+ + 2CO2 + 2H2O
2MnO2 + 2H3AsO3 + 4H+ 2Mn2+ + 2H3AsO4 + 2H2O
Reaksi titrasi kelebihan reduktor adalah sebagai berikut:
5Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
2H3AsO3 + 2 MnO4- 4H+ 2Mn2+ + 2H3AsO4 + 2H2O